Franchise Fatigue, Ketika Waralaba Hilang Arah dalam Film Despicable Me 4

Sekar Anindyah Lamase | Athar Farha
Franchise Fatigue, Ketika Waralaba Hilang Arah dalam Film Despicable Me 4
Poster Film Despicable Me 4 (IMDb)

Dalam industri perfilman, waralaba merupakan mesin penghasil uang yang seringnya mendulang kesuksesan besar. Namun, ada titik di mana sebuah seri film nggak lagi mampu menyajikan cerita segar, sehingga hanya berputar di lingkaran eksploitasi atau yang lebih dikenal dengan milking.

Fenomena ini disebut franchise fatigue, dan Film Despicable Me 4, jelas bukti nyata bagaimana waralaba animasi yang pernah memikat hati penonton mulai kehilangan arahnya. 

Film ini disutradarai oleh Chris Renaud, yang juga terlibat di film-film Despicable Me sebelumnya. Skripnya dibuat Mike White dan Ken Daurio, di bawah naungan Universal Pictures dan Illumination Entertainment.

Nah, Film Despicable Me 4 dirilis 3 Juli 2024, tapi sayangnya gagal ngasih dampak sebesar film-film sebelumnya, biarpun sukses secara finansial. Sangat disayangkan sekali. 

Sinopsis Film Despicable Me 4 

Despicable Me 4 membawa kembali Gru (disuarakan oleh Steve Carell) sebagai tokoh utama. Film ini memperkenalkan Maxime Le Mal (Will Ferrell), mantan teman sekelas Gru di sekolah penjahat, yang kini jadi musuh utamanya. Kisah dimulai dengan reuni sekolah penjahat di mana Maxime mencuri perhatian sebagai penjahat terbaik.

Namun, dendam lama membuat Maxime ingin menjatuhkan Gru. Di sisi lain, lima Minions mendapatkan kekuatan super dan membentuk tim bernama Mega Minions. Namun, subplot terkait para Minions itu, hanya jadi kilasan tanpa pengembangan berarti. 

Franchise Fatigue: Ketika Waralaba Kehilangan Arah

Sejak dirilis pertama kali pada 2010, Despicable Me jadi fenomena dan populer juga dicintai lintas generasi. Film pertamanya memadukan humor segar, cerita menyentuh, dan karakter ikonik seperti Gru, Agnes, dan tentu saja, para Minions. Namun, seiring waktu, waralaba ini tampak mulai kehilangan daya tariknya. Despicable Me 4 jadi bukti nyata betapa sulitnya mempertahankan konsistensi kualitas dalam waralaba. 

Hal pertama yang kentara banget itu terkait kurangnya inovasi. Cerita dalam film ini terasa seperti pengulangan formula lama tanpa ada upaya signifikan untuk menyegarkan narasi. Konflik antara Gru dan Maxime, misalnya, terkesan dipaksakan. Alih-alih membangun cerita baru yang relevan dengan penonton saat ini, Film Despicable 4 justru terjebak dalam pola lama. 

Selain itu, kesan nostalgia yang berlebihan pun jadi boomerang. Reuni sekolah penjahat dan kehadiran Maxime nggak cukup kuat membangun daya tarik cerita. Nggak ada penjelasan logis tentang mengapa Maxime, yang disebut sebagai “penjahat terbaik,” baru diperkenalkan di film ini. Unsur nostalgia, hanya akan efektif, ketika mampu membawa elemen baru yang menyegarkan, bukan sekadar tempelan untuk membangkitkan kenangan lama.

Bahkan untuk karakter Minions, yang dulu jadi daya tarik utama, kini pun terasa kehilangan pesonanya. Subplot Mega Minions sebenarnya berpotensi besar, tapi eksekusinya setengah matang. Alhasil, karakter-karakter ‘kuning itu’ gagal mencuri perhatian seperti biasanya. 

Kamu harus tahu juga ya. Fenomena franchise fatigue nggak hanya dialami Despicable Me, tapi juga waralaba besar lain seperti Film Pirates of the Caribbean atau Film The Transformers. Kunci keberhasilan waralaba panjang, menurutku, kemampuan untuk terus berevolusi dan relevan dengan zaman, seperti yang dilakukan Film Toy Story melalui pendekatan cerita yang lebih dewasa di film keempatnya.

Pada akhirnya, mempertahankan kejayaan sebuah waralaba membutuhkan lebih dari sekadar eksploitasi popularitas masa lalu. Tanpa inovasi dan usaha untuk menyajikan sesuatu yang segar, bahkan seri yang paling dicintai pun bisa kehilangan daya tariknya. Jika waralaba ini ingin bertahan, mungkin sudah waktunya para kreator kembali ke meja kreatif dan menggarap cerita dengan hati, bukan sekadar target keuntungan semata. 

Film ini tetap menghibur kok. Cocok juga ditonton bareng keluarga. Penuh warna dan masih bisa bikin ketawa. Jika kamu merasa film ini bagus, berarti film ini memang cocok untukmu. Jadi, jangan merasa panas ya. Eh.

Skor: 2/5

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak