Bagaimana rasanya jika seorang istri harus memilihkan perempuan lain untuk menjadi gundik suaminya? Bukan karena keikhlasan, tetapi karena aturan sosial yang tak memberi ruang bagi penolakannya.
"The Waiting Years" karya Fumiko Enchi akan membawa kita melihat bagaimana realitas pahit perempuan Jepang di akhir abad ke-19, ketika pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga kekuasaan, kehormatan, dan kepatuhan yang sering kali menekan perasaan pribadi.
Cerita ini berpusat pada Tomo, seorang istri dari pejabat bernama Yukitomo Shirakawa. Sebagai istri, ia harus menerima bahwa suaminya menginginkan perempuan lain, bahkan ia sendiri yang harus mencari gadis muda yang sesuai untuk dijadikan gundik.
Ini bukan hanya soal menghadapi pengkhianatan dalam rumah tangga, tetapi juga tentang bagaimana perempuan saat itu tidak memiliki pilihan atas hidup mereka sendiri. Mereka diharapkan tunduk dan menerima aturan yang telah ada, sekeras apa pun itu melukai hati mereka.
Salah satu kekuatan utama novel ini adalah penggambarannya yang begitu tajam tentang kehidupan perempuan di bawah bayang-bayang patriarki.
Tomo mungkin tampak pasrah dari luar, tetapi di balik itu, ia memiliki ketahanan luar biasa. Ia tidak memberontak secara terbuka, tetapi tetap mengendalikan rumah tangga, menjaga keseimbangan, dan mempertahankan martabatnya dengan cara yang halus.
Novel ini juga menunjukkan bahwa meskipun para perempuan dalam rumah tangga Yukitomo ditempatkan sebagai "saingan," mereka justru saling memahami penderitaan masing-masing. Ada solidaritas yang tumbuh di antara mereka, meskipun sistem yang ada seolah ingin menjadikan mereka musuh.
Kisah ini tidak hanya relevan dalam konteks sejarah Jepang, tetapi juga mencerminkan realitas yang masih ada di banyak tempat hingga saat ini. Tekanan sosial terhadap perempuan, harapan untuk selalu tunduk, serta ketimpangan dalam relasi kekuasaan masih menjadi isu yang dihadapi banyak orang.
Novel ini menegur pembacanya untuk merenungkan betapa kuatnya pengaruh budaya dan norma dalam membentuk kehidupan seseorang, terutama perempuan.
Fumiko Enchi juga menulis kisah inidengan gaya yang lembut namun menghujam. Setiap adegan terasa begitu emosional, membuat pembaca bisa merasakan beban yang dipikul oleh Tomo dan perempuan lainnya. Alurnya berjalan perlahan, tetapi penuh ketegangan yang membuat pembaca terus mengikuti perjalanan para tokohnya dengan perasaan campur aduk.
Pada akhirnya, "The Waiting Years" bukan hanya tentang kisah perempuan yang tertindas, tetapi juga tentang ketahanan dan keteguhan dalam menghadapi situasi yang tidak adil. Ini adalah cerita yang mengingatkan bahwa di balik keheningan seseorang, sering kali ada perjuangan besar yang tak terlihat.