When Life Gives You Tangerines, Prinsip Ae Sun dari Perspektif Psikologis

Hernawan | Davina Aulia
When Life Gives You Tangerines, Prinsip Ae Sun dari Perspektif Psikologis
Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)

When Life Gives You Tangerines adalah seri web Korea Selatan yang akan datang yang ditulis oleh Lim Sang-choon, disutradarai oleh Kim Won-seok, dan dibintangi oleh Lee Ji-eun, Park Bo-gum, Oh Jung-se dan Lee Jun-young. Serial ini dirilis oleh Netflix pada 7 Maret 2025.

Hingga saat ini drama When Life Gives You Tangerines masih hangat diperbincangkan di sosial media. Tidak seperti drama Korea biasanya yang mengisahkan tokoh-tokoh kelas atas, drama ini menyoroti masa sulit seorang perempuan pada tahun 1960-an.

Drama ini mengisahkan tentang kehidupan Oh Ae Sun  yang dibesarkan dalam kemiskinan di sudut pulau Jeju. Meski hidup dalam kekurangan, Oh Ae Sun tumbuh menjadi seorang perempuan yang berpegang teguh pada tujuan dan prinsip hidupnya.

Melalui drama ini kita bisa melihat bagaimana cara Ae Sun menyikapi keadaan hidupnya. Hal ini dapat dijadikan model bagi masyarakat umum dan perempuan. Oh Ae Sun membuktikan bahwa siapa saja punya hak untuk memiliki mimpi yang besar, meskipun berada dalam keterbatasan dan berbagai tantangan.

5 Pelajaran Berharga dalam Drakor When Life Gives You Tangerines

1. Ketahanan Diri dan Adaptasi dalam Hidup

Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)
Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)

Hidup dalam kesulitan dan kemiskinan bukanlah hal yang mudah, tetapi karakter kuat Oh Ae Sun pada drakor When Life Gives You Tangerines menunjukkan pentingnya kekuatan dan usaha dalam menghadapi berbagai tantangan. Ae Sun dibesarkan dalam keluarga miskin di pulau Jeju dan menghadapi berbagai tantangan termasuk budaya patriarki yang sangat kental disekitarnya.

Terlepas dari itu, Ibu Ae Sun, Jeon Gwang Rye, berperan penting dalam menanamkan prinsip ketahanan kepada anaknya dengan menekankan pentingnya pendidikan. Dalam kisahnya Ae Sun juga menunjukkan usaha keras di mana ia sangat senang belajar dan selalu bersikeras untuk melanjutkan pendidikannya sampai ke bangku kuliah. 

2. Perempuan dan Kemandirian

Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)
Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)

Oh Ae Sun menolak bergantung pada orang lain dan ingin menentukan nasibnya sendiri. Meski hidup dalam lingkungan yang kental dengan budaya patriarki, Oh Ae Sun menunjukkan karakter yang teguh untuk terus bermimpi. Dalam psikologi hal ini berkaitan dengan Self-Determination Theory yang menekankan bahwa manusia lebih bahagia dan termotivasi Ketika mereka memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Dikutip dari Positive Psychology (21/6/2018) Self Determination Theory (SDT) adalah teori yang menghubungkan kepribadian, motivasi manusia, dan fungsi optimal. Teori ini menyatakan bahwa motivasi dan kebebasan berperan penting dalam membentuk perilaku dan identitas seseorang.

Pada usianya yang ke sepuluh tahun, Oh Ae Sun harus menelan pahitnya kehilangan seorang Ibu. Meski demikian hal ini tidak menyebabkan dirinya putus asa. Dengan keteguhan, Ae Sun memulai kebun di tanah kosong untuk membiayai sekolah dirinya saat itu. 

3. Tekanan Sosial Terhadap Perempuan Bukan Tantangan

Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)
Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)

Oh Ae Sun sering kali menghadapi tantangan terutama ekspektasi sosial tentang bagaimana perempuan seharusnya hidup, seperti mengenai pernikahan atau karir. Drama ini menyoroti budaya patriarki yang cukup kental terutama mengenai tanggungjawab perempuan dalam keluarga. Dalam psikologi sosial, hal ini berkaitan dengan social norms, yang bisa menekan seseorang untuk mengikuti aturan tang tidak selalu sesuai dengan keinginan pribadinya.

Dilansir dari UNICEF (26/12/2023) Social Norms atau norma sosial adalah aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku yang dianggap dapat diterima dalam suatu kelompok atau komunitas. Norma ini terbentuk dari kebiasaan, keyakinan, serta harapan sosial, dan diperkuat melalui sanksi bagi yang melanggarnya. Hal ini dapat dilihat dari penolakan masyarakat ketika Oh Ae Sun bersikeras untuk melanjutkan pendidikannya dibanding harus bekerja dan mengabdi kepada keluarganya. 

Namun dalam drama ini Oh Ae Sun mematahkan hal tersebut dan menunjukkan bahwa sebagai perempuan ia juga memiliki hak untuk bermimpi serta berusaha dalam mencapai apa yang ia inginkan. Tidak hanya itu, suaminya, Gwan Sik, mendukung penuh impian Ae Sun. Hal ini bisa dilihat dari kerja sama keduanya dalam mengurus rumah tangga, mulai dari memasak hingga mengasuh anak. 

4. Mengelola Emosi dan Kekecewaan

Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)
Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)

Ae Sun mengalami berbagai kekecewaan, namun ia tidak membiarkan hal tersebut menghancurkannya. Salah satu kesulitan yang dihadapi Ae Sun dan suaminya, Gwan Sik adalah saat mereka harus kehilangan putra bungsunya yaitu Dong Myeong. Oh Ae Sun mengalami kehilangan yang sangat berat sehingga menimbulkan luka dan kesedihan yang mendalam bagi dirinya. Namun Oh Ae Sun berhasil bangkit dan melanjutkan hidupnya. Dalam psikologi hal ini disebut sebagai resilience. 

Dikutip dari American Psychological Association bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bangkit dari pengalaman sulit dengan fleksibilitas mental, emosional, dan perilaku. Faktor seperti pola pikir, dukungan sosial, dan strategi coping memengaruhi tingkat resiliensi seseorang, yang dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Dalam drama ini, Oh Ae Sun mendapatkan dukungan dari suaminya, Gwan Sik, serta keinginannya untuk terus membahagiakan anak pertama dan keduanya. 

5. Keberanian untuk Bermimpi

Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)
Potongan Adegan When Life Gives You Tangerines (Instagram.com/netflixid)

Hidup dalam kemiskinan bagi sebagian orang bisa menjadi batas bagi mereka untuk bermimpi. Namun tidak untuk Ae Sun, meski hidup penuh kekurangan tidak menyurutkan Ae Sun dalam bermimpi. Ia terus berusaha keras untuk mengejar pendidikannya dan melewati berbagai rintangan. Hal ini menunjukkan bahwa baik itu perempuan maupun laki-laki, tidak ada batasan untuk bermimpi, yang penting adalah keberanian untuk terus memperjuangkannya.  

Prinsip ini terus diturunkan Ae Sun kepada anak-anaknya, terutama Geum Myeong. Karakter Geum Myeong digambarkan mirip dengan ibunya yaitu memiliki pendirian keras dan fokus pada mimpinya. Oh Ae Sun bersama suaminya, Gwan Sik, mendukung penuh pendidikan anaknya. Meski hidup penuh kekurangan keduanya bekerja keras demi pendidikan anak-anaknya. 

Drama When Life Gives You Tangerines yang diperankan oleh IU sebagai Oh Ae Sun mengajarkan kita banyak hal terutama dalam bermimpi. Bahwa meski hidup ditengah keterbatasan, memiliki motivasi dan semangat dalam memperjuangkan adalah hal yang penting. Sekalipun mereka hidup dalam budaya yang kental akan patriarki, Oh Ae Sun membuktikan bahwa ia sebagai perempuan memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Dengan tekad dan semangat Oh Ae Sun terus melakukan hal yang ia inginkan. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak