There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak

Sekar Anindyah Lamase | Anggia Khofifah P
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
There's Still Tomorrow (IMDb)

Jika Indonesia punya film hitam putih brilian dalam wujud 'Jatuh Cinta Seperti di Film-film', Italia punya 'There's Still Tomorrow' yang powerful.

Film yang dirilis pada tahun 2023 ini membawa penonton pada perjalanan emosional seorang ibu rumah tangga bernama Delia. Berlatar belakang Roma pasca Perang Dunia II, tepatnya pada Juni 1946 saat perempuan Italia untuk pertama kalinya memperoleh hak pilih.

Dalam balutan nuansa hitam putih yang klasik dan estetik, film ini memadukan drama keluarga, sindiran sosial, dan sentuhan humor yang cerdas tanpa pernah kehilangan fokus pada pesan feminisnya yang kuat.

Paola Cortellesi, yang tak hanya membintangi film ini sebagai Delia namun juga bertindak sebagai sutradara dan penulis naskah bersama Furio Andreotti dan Giulia Calenda, menampilkan debut penyutradaraan yang sangat mengesankan.

Ia berhasil menyajikan sebuah kisah sederhana namun berdampak besar, tentang keberanian seorang perempuan menghadapi kekerasan rumah tangga dan ketidakadilan gender yang begitu membudaya di zamannya.

Sebelum masuk ke review, berikut adalah sinopsis ceritanya:

Delia hidup dalam tekanan. Setiap hari ia bangun bukan dengan cinta, melainkan dengan tamparan dari suaminya, Ivano, yang kasar dan otoriter.

Selain harus merawat dua anak lelaki, seorang putri remaja, dan ayah mertua yang misoginis, ia juga bekerja keras di luar rumah: menjahit, mencuci, hingga memberi suntikan, semua demi penghasilan yang kemudian dirampas oleh suaminya. Bahkan untuk sekadar keluar rumah, ia harus minta izin.

Namun di balik semua penderitaan itu, Delia menyimpan secercah harapan. Ia diam-diam mengumpulkan uang demi membeli gaun pengantin untuk putrinya, Marcella, yang akan menikah dengan pemuda dari keluarga terpandang.

Sayangnya, harapan itu terguncang ketika Delia mendengar sendiri bagaimana calon menantunya memperlakukan Marcella. Dari sinilah titik balik hidupnya dimulai.

Dengan bantuan seorang tentara Amerika yang simpatik, Delia mengambil keputusan berani yang akan mengubah masa depan anak perempuannya.

Ia juga mulai menemukan kembali rasa percaya diri dan harapan, termasuk lewat pertemuan kembali dengan Nino, pria baik hati yang diam-diam menyayanginya sejak lama.

Salah satu kekuatan terbesar film ini terletak pada naskahnya yang brilian. Dialog-dialognya tajam namun jenaka, menyentuh isu-isu sosial tanpa terkesan menggurui.

Karakter-karakternya pun terasa nyata, mulai dari Ottorino yang menyebalkan tapi sering melontarkan komentar satir nan lucu, hingga para tetangga perempuan yang secara diam-diam mendukung Delia dengan cara-cara sederhana seperti meminjamkan peralatan rumah tangga.

Film ini tak pernah menjual penderitaan tokohnya secara murahan. Sebaliknya, ia mengajak kita untuk tertawa getir sambil merenungkan realitas perempuan pada masa itu.

Penggunaan musik dan elemen musikal di beberapa adegan juga sangat cerdas. Ada momen-momen ketika koreografi dan lagu justru memperkuat pesan film tentang kekerasan dalam rumah tangga, tanpa harus menampilkan kekerasan itu secara eksplisit.

Pendekatan ini membuat film terasa ringan namun tetap menyentuh, bahkan menghibur meski isunya berat.

Penampilan Cortellesi sebagai Delia sangat memukau. Ia tampil lembut, nyaris pasrah, namun seiring waktu terlihat bagaimana ia tumbuh menjadi perempuan yang penuh keberanian. Transformasi ini tidak meledak-ledak, tapi terasa sangat nyata dan menginspirasi.

Kemenangan kecil yang diraihnya mungkin terlihat sederhana, tapi maknanya begitu besar—terutama bagi para perempuan yang merasa suaranya tak pernah didengar.

'There's Still Tomorrow' tidak hanya merayakan kekuatan perempuan, tapi juga menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari satu tindakan kecil yang penuh keberanian.

Saat Delia akhirnya tersenyum dan melihat kembali putrinya yang membalas senyuman itu dengan bangga, air mata pun tak bisa ditahan. Di situlah kekuatan film ini—membuat saya menangis, tertawa, dan berpikir, semua dalam waktu bersamaan.

Film ini adalah pengingat bahwa masa lalu bisa kelam, tapi selalu ada hari esok yang membawa harapan. Sebuah tontonan yang penting, menyentuh, dan sangat layak untuk disaksikan.

Jika kamu tertarik, bisa ditonton di KlikFilm, ya!

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak