Novel "They All Had A Reason" adalah novel karya Michele Leathers yang mengusung cerita dengan sebuah tragedi, jasad seorang gadis remaja bernama Amber ditemukan di sebuah hutan kecil dekat sekolahnya. Tragedi ini mengguncang kota kecil tempat mereka tinggal, terutama lingkungan terdekat Amber yang terdiri dari empat sahabat yaitu, Olivia, Jessica, Ashley, dan Madison.
Semua orang tampak terkejut dan berduka, tapi di balik air mata, tersembunyi rasa takut, rahasia kelam, dan kebohongan yang menumpuk selama bertahun-tahun. Amber bukanlah gadis biasa. Ia cantik, populer, dan terlihat sempurna di mata siapa pun yang mengenalnya.
Namun, saat kematiannya yang secara tiba-tiba, semua orang mulai menyadari bahwa kehidupan Amber tidak seideal yang mereka bayangkan. Ia menyimpan banyak rahasia, dan yang lebih mengejutkan, ia tahu terlalu banyak rahasia orang lain.
Keempat sahabat Amber menyimpan hubungan yang kompleks dengannya. Mereka terlihat akrab di luar, tetapi masing-masing dari mereka pernah menjadi korban kelicikan dan manipulasi Amber. Dari rumor yang menghancurkan hingga rahasia pribadi yang dipermainkan, Amber punya sejarah menciptakan drama dan kekacauan dalam hidup mereka. Jadi, ketika polisi mulai menyelidiki pembunuhannya, keempat sahabatnya menjadi tersangka utama.
Cerita ini disajikan secara menarik melalui sudut pandang bergantian dari masing-masing karakter. Setiap bab memberi kita akses ke pikiran terdalam para sahabat Amber, melalui narasi mereka, pembaca dapat menyadari betapa rumit dan beracunnya dinamika dalam kelompok pertemanan itu. Tidak ada yang benar-benar polos. Tidak ada yang sepenuhnya jahat. Mereka semua berada dalam zona abu-abu.
Olivia adalah tipikal gadis sempurna di mata masyarakat, anggun, kalem, dan berasal dari keluarga baik-baik. Tapi di balik senyum manisnya, ia menyimpan dendam terhadap Amber atas pengkhianatan masa lalu yang membuat hidupnya berantakan. Jessica, di sisi lain, merupakan tipe pemberontak. Ia sangat sensitif dan emosional, dan saat rahasianya disebar oleh Amber, hidupnya berubah drastis.
Ashley adalah gadis yang tampak tenang dan tidak banyak bicara, namun diam-diam menyimpan trauma masa kecil yang dalam. Amber mengetahuinya dan menggunakannya sebagai alat untuk mengendalikan Ashley. Terakhir, Madison adalah tipe sosialita yang perfeksionis dan haus pengakuan. Ia bersaing diam-diam dengan Amber untuk mendapatkan status sosial tertinggi di sekolah, dan konflik mereka perlahan meningkat hingga titik yang membahayakan.
Alur cerita bergerak dengan ritme yang cepat namun tidak terburu-buru. Setiap bab membuka potongan-potongan kecil dari puzzle besar yang perlahan mulai terbentuk. Ketegangan dibangun dengan sangat baik, dan Leathers sering kali menggoda pembaca dengan petunjuk-petunjuk samar yang seolah mengarah ke satu orang, hanya untuk memutar balikkan ekspektasi di bab berikutnya.
Selain cerita misteri, novel ini juga menggali tema persahabatan yang beracun, pengaruh media sosial, gengsi remaja, dan kekuatan kata-kata. Dalam dunia mereka, satu rumor bisa menghancurkan reputasi, satu rahasia bisa merusak hidup, dan satu kebohongan bisa berujung pada kematian. Ini membuat cerita menjadi relevan dan menggugah pemikiran, terutama untuk pembaca muda.
Gaya penulisan Leathers sederhana namun efektif. Ia tidak menggunakan bahasa yang terlalu puitis, tetapi tetap mampu menyampaikan ketegangan dan emosi dengan kuat. Penokohannya konsisten, dan dialog antar karakter terasa alami serta mendukung perkembangan cerita.
Salah satu aspek paling menarik dari novel ini adalah bagaimana pembaca diposisikan layaknya detektif. Kita diajak untuk memproses informasi secara kritis, membandingkan versi cerita dari tiap karakter, dan menyusun sendiri kesimpulan berdasarkan motif, kesempatan, dan bukti-bukti yang samar.
Ending novel ini disusun dengan twist yang cukup mengejutkan namun tetap masuk akal. Ketika pelaku sebenarnya terungkap, pembaca mungkin akan merasa terkejut tapi juga menyadari bahwa semua petunjuk telah disebar dengan rapi sejak awal. Ini menciptakan perasaan puas, namun juga menyisakan kegelisahan karena banyak isu moral yang tetap menggantung.
Kekurangan novel ini, pembaca merasa bahwa konflik antar karakter cenderung klise atau stereotipikal, seperti persaingan antar gadis populer, pengkhianatan cinta, dan gosip sekolah. Namun, kekuatan novel ini justru terletak pada bagaimana Leathers menyoroti dampak psikologis dari konflik-konflik tersebut, menjadikannya lebih dari sekadar drama remaja biasa.
Secara keseluruhan, "They All Had A Reason" adalah thriller remaja yang intens, penuh dengan lapisan-lapisan rahasia dan dinamika sosial yang kompleks. Ini bukan hanya cerita tentang pembunuhan, tapi juga tentang bagaimana tekanan, pengkhianatan, dan rasa takut bisa mendorong seseorang melakukan hal yang tak terbayangkan. Judulnya benar—mereka semua punya alasan. Tapi hanya satu yang benar-benar membunuh.
Identitas Buku
Judul:They All Had A Reason
Penulis: Michele Leathers
Penerbit: EMAR
Tanggal Terbit: 2 Januari 2021
Tebal: 181 Halaman
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS