Dunia perkomikan maupun permanhwaan kini telah menyajikan beragam genre yang bisa diakses semua orang. Nggak hanya itu, para artist dan author pun menyuguhkan alur hingga art style yang memukau yang sukses menggaet hati readers di seantero dunia.
Nggak melulu seputar romantis, kadangkala manhwa juga menampilkan genre misteri dan thriller ciamik yang dieksekusi dengan cantik, seperti manhwa The Male Lead is A Murderer.
The Male Lead is A Murderer merupakan komik karya author Nana Maruse bersama artist Egativism yang tayang di platform Tapas. Manhwa ini mengusung genre thriller, isekai, drama, dan sentuhan dark minus komedi, dengan rating 17+.
Manhwa ini mengisahkan tokoh bernama Amber yang menjalani kehidupan keras akibat pembullyan, yang membawanya ke puncak karir sebagai penulis novel thriller best-seller berjudul Until Death Do Us Apart. Novel tersebut mengusung tema misteri dengan tokoh utama Oliver seorang psikopat, sebagai manifestasi kekecewaan atas kehidupannya.
Namun sayangnya, Amber mengalami kecelakaan pada suatu malam, dengan eksekusi cerita mainstream yakni ditabrak truk. Oh ayolah, saya pun heran kenapa scene ditabrak truk selalu muncul dalam manhwa isekai.
Alhasil, Amber pun menyadari bahwa dia merasuk ke dalam tubuh Jullie, yakni female lead dalam novelnya sendiri. Kenyataan ini membuatnya frustrasi karena dia tahu betul ending kisah ini.
Lagi-lagi, alur klise bangkit kembali dengan keinginan tokoh untuk membelokkan alur demi menghindari ending buruk. Dan ya, Amber atau Jullie berusaha melakukan hal serupa.
Manhwa The Male Lead is A Murderer nggak hanya menyuguhkan female lead yakni Jullie, melainkan juga keberadaan second male lead Leo dan male lead yakni Oliver.
Karakter Leo tercipta karena kebencian Amber kepada seorang teman kuliah yang dingin dan cuek. Bahkan, penggambaran karakternya pun dibuat semirip mungkin. Namun, dalam manhwa-nya sendiri, Leo adalah hero yang menyelamatkan Jullie.
Sedangkan karakter Oliver diciptakan dengan sesempurna mungkin. Wajah tampan, hidup mapan, penuh kekayaan, dan yang terpenting adalah psikopat tanpa ketahuan, haha. Sebagaimana Amber mengisahkannya sebagai male lead pembunuh yang akan menjadi ending novelnya.
Perjalanan The Male Lead is A Murderer dibuka dengan sentuhan misteri yang kental. Walau beberapa orang akan menebak bahwa alurnya klise, tetapi dari awal chapter para readers akan dijanjikan akan misteri dan rahasia yang belum dikuak.
Kita akan ditawari dengan teka-teki, dan plot twist yang nggak kaleng-kaleng. Nggak cuma itu, readers akan dibawa pada puncak emosi dan histeria kala Oliver mulai menggila, seperti yang Amber tuangkan dalam novelnya.
Salutnya, author dan artist-nim berhasil menggiring karakter Oliver ke dalam kebencian maupun pemujaan akan visualnya kepada para readers, dan mengeksekusi cerita serta konflik dengan art style cakep yang patut mendapat nilai 9 dari 10.
Walau art style-nya bukan tipe dewa yang menonjolkan shadow dan ketajaman gambar, tetapi Egativism berhasil menyusupkan segala aspek emosi yang tenang, namun mematikan. Sebagai reader pun, saya akui bahwa penggambaran ini jauh lebih baik ketimbang manhwa dengan art dewa tetapi banyak plot hole. Jadi, ibaratnya sederhana, tapi sanggup memperdaya para janma manusia.
Terutama untuk aksi kejar-kejaran. Dimana Oliver yang berdarah-darah sambil membawa senjata tajam, Jullie yang terluka kakinya, hingga Leo yang sempat tertusuk perutnya oleh kelakuan iblis Oliver.
Pelarian Leo dan Jullie berhasil menyusupkan emosi ketakutan dan ketegangan sih, asli! Namun, ketegangan nggak hanya berhenti sampai disitu. Mereka harus terus berlari hingga menemukan happy ending, yang diakhiri dengan kekalahan Oliver.
So, kamu berminat baca? Manhwa ini sudah tamat lho!