Siapa sangka, legenda lama dari Swiss bisa terasa begitu dekat dan relevan di masa kini. ‘William Tell’ nggak cuma menyuguhkan ‘aksi kece badai’, tapi juga membawamu dalam kisah seru tentang keberanian, keluarga, dan perlawanan atas ketidakadilan.
Film William Tell disutradarai dan ditulis Nick Hamm, yang pernah bikin film drama-politik: ‘Driven’ dan ‘The Journey’. Kali ini, Hamm menyuguhkan cerita klasik yang dibalut dramatisasi untuk era masa kini dengan sinematografi yang megah.
Menceritakan apa sih? Yuk simak bersama-sama!
Sekilas tentang Film William Tell
Kisahnya berlatar di awal abad ke-14, saat Swiss masih di bawah cengkeraman kekuasaan Austria.
Di tengah kondisi rakyat yang ditindas, muncullah sosok William Tell (diperankan Claes Bang), pemburu yang lebih suka hidup tenang di desa kecil bersama keluarganya. Namun, seperti yang sering terjadi di film, ketenangan itu nggak bertahan lama.
Semuanya berubah saat Tell menyelamatkan buronan bernama Baumgarten (Sam Kebelet) yang habis membunuh pejabat Austria karena dendam pribadi. Aksi kecilnya ternyata menjadi pemantik api perlawanan.
Kekuasaan Austria, yang diwakili Gessler (Connor Swindells), nggak tinggal diam. Gessler memaksa Tell menembak apel yang diletakkan di kepala anaknya sendiri, Walter.
Scene itu jadi momen paling ikonik sekaligus menegangkan dalam film. Nggak cuma karena akurasi panahnya, tapi karena makna simbolisnya, yakni saat sosok ayah dipaksa memilih antara tunduk atau melawan.
Dari sinilah kisah bergulir menjadi semacam perjalanan menuju pemberontakan, tempat rakyat kecil mulai bersatu, dan William Tell perlahan menjadi simbol perlawanan.
Kendatipun cerita model beginian sudah ada di banyak film, tapi ….
Impresi Selepas Nonton Film William Tell
Para aktornya tampil penuh komitmen lho. Claes Bang tampil sangat kece sebagai William Tell. Dia nggak cuma kelihatan jago memanah, tapi juga bisa menunjukkan konflik batin karakter ayah sekaligus pejuang. Golshifteh Farahani yang memerankan istrinya, Suna, juga nggak kalah pesonanya.
Di sisi antagonis, Connor Swindells bikin karakter Gessler terasa menyebalkan dan otoriter banget, sementara aktor legendaris Ben Kingsley muncul sebagai Raja Albert, yang tanpa perlu banyak dialog sudah terasa menekan. Oh ya, Jonah Hauer-King dan Ellie Bamber juga muncul dalam subplot romantis yang cukup segar di tengah tensi.
Jujurly, aku cukup puas. Film ini berhasil bikin aku peduli sama karakter-karakternya, terutama Tell dan keluarganya. Nuansa emosionalnya dapet, aksi-aksinya seru, dan nilai-nilai perjuangannya jelas terasa.
Namun, kalau boleh jujur, narasi film ini kadang terasa terlalu ‘berat sebelah’. Beberapa subplot seperti hubungan antar karakter pendukung terasa kurang digali. Ada potensi drama politik yang menarik, tapi hanya disentuh sekilas. Padahal kalau digali lebih dalam, bisa makin memperkaya cerita.
Dan meskipun durasinya lumayan panjang, akhir film terasa agak terburu-buru. Kayak semuanya ingin dituntaskan dalam waktu cepat setelah klimaks utama.
Oke deh, Sobat Yoursay. Buat yang suka film sejarah dengan bumbu aksi dan drama keluarga, Film William Tell ini bisa banget masuk watchlist kamu. Ceritanya nggak cuma soal panah-memanah atau heroik-heroikan doang, tapi juga ngulik konflik batin, pilihan hidup, dan perjuangan yang dibalut dalam latar sejarah Swiss yang kelam tapi menarik.
Emang sih, ada beberapa kekurangan di sana-sini. Namun, hal itu cukup tertutupi sama akting para bintangnya tampil niat banget. Mereka benar-benar membawa karakter masing-masing dengan intensitas dan emosi yang bikin penonton ikut kebawa suasana.
Dan siapa tahu, setelah nonton Film William Tell, kamu jadi ingin belajar memanah juga. Ups.
Terakhir, perlu diingat juga, ini cuma ulasan santai dari aku, bukan kebenaran mutlak. Jadi nggak harus kamu telan mentah-mentah. Setiap orang punya selera masing-masing, kan? Nah, kalau kamu memang penasaran, nggak ada salahnya kasih film ini kesempatan. Selamat nonton.