Nerdy Girl: Luka Masa Lalu, Cermin Diri, dan Cinta yang Butuh Keberanian

Hernawan | Miranda Nurislami Badarudin
Nerdy Girl: Luka Masa Lalu, Cermin Diri, dan Cinta yang Butuh Keberanian
Nover Nerdy Girl (DocPribadi/Miranda)

Ada jenis luka yang tidak mengalirkan darah. Tidak meninggalkan bekas fisik. Tapi justru karena tak kasat mata, luka itu bisa menetap lebih lama. Ia menyatu dalam cara kita berpikir, berbicara, menatap dunia. Kita menyebutnya: trauma.

Alnira, melalui novel Nerdy Girl, membingkai satu jenis trauma yang kerap dianggap sepele—perlakuan buruk di masa remaja. Kita hidup dalam masyarakat yang masih sering mengecilkan rasa sakit semacam ini. Padahal, pengalaman diejek, dipermalukan, atau diabaikan saat usia belasan bisa tumbuh seperti duri kecil yang menancap dalam—dan bertahun-tahun kemudian, ia bisa tiba-tiba terasa kembali, ketika kita dihadapkan pada wajah-wajah yang dulu pernah menyakiti.

Tokoh utama dalam Nerdy Girl adalah Aihara Dianita. Seorang perempuan dewasa yang, dari luar, tampak tenang dan biasa saja. Namun masa SMP-nya menyimpan luka yang tak pernah selesai. Ia dikenal sebagai gadis kutu buku, penyendiri, berkacamata tebal—gambaran stereotipikal dari “nerdy girl” dalam dunia remaja. Di sekolah, Aihara bukan siapa-siapa. Ia dijadikan bahan lelucon. Dan di antara semua orang, satu nama yang paling ia ingat adalah Jonathan Prayoga—cowok populer, digilai banyak cewek, dan secara rutin mengejeknya.

Di masa itu, Jonathan mungkin hanya bercanda. Tapi bagi Aihara, candaan itu seperti karat yang terus menggerogoti harga dirinya.

Waktu berlalu. Aihara tumbuh, dunia bergerak, luka lama perlahan mengendap. Ia mencoba hidup seperti orang kebanyakan. Sampai suatu hari, ia kembali bertemu dengan Jonathan—sekarang dalam situasi profesional, dewasa, dan tampak sangat berbeda. Jonathan yang dulu penuh ejekan kini hadir sebagai pria sopan, menyesal, dan—yang mengejutkan—tampak tertarik pada Aihara.

Dan di sinilah cerita Nerdy Girl mulai menguji kita: bagaimana jika orang yang dulu menyakitimu, kini datang kembali membawa cinta?

Alnira tidak menjawab pertanyaan ini dengan cepat. Ia tidak menulis cerita cinta yang langsung manis dan menghangatkan hati. Sebaliknya, ia membiarkan kita menyelami dulu rasa ragu Aihara. Rasa marah yang masih tertahan. Rasa tidak percaya. Sebab cinta bukan tentang menyambut kehadiran seseorang—kadang ia tentang menyambut diri sendiri, dengan segala kerentanan yang kita bawa.

Sebagai pembaca, kita dibawa ikut menyusuri pikiran-pikiran Aihara yang rumit dan penuh pertanyaan. Ia bukan tokoh utama yang mudah luluh. Ia tidak mudah tergerak hanya karena Jonathan kini berubah menjadi pria yang “baik.” Karena masalahnya bukan tentang Jonathan semata. Ini tentang Aihara, tentang dirinya, tentang pertanyaannya sendiri: apakah ia sudah benar-benar sembuh?

Di balik alur yang ringan dan bahasa yang mudah dicerna, Nerdy Girl menyimpan banyak lapisan. Ini bukan kisah tentang nerdy girl yang akhirnya dilirik sang pangeran. Ini tentang nerdy girl yang akhirnya bisa melihat dirinya sendiri—dengan utuh.

Tentang perempuan yang tidak ingin hanya menjadi objek perubahan laki-laki, tapi menjadi subjek dari transformasi dirinya sendiri.

Jonathan dalam novel ini juga tidak digambarkan secara hitam-putih. Ia tidak hadir sebagai penyelamat. Bahkan, kehadirannya canggung. Ia berusaha membangun komunikasi, menunjukkan perubahan, dan kadang juga melakukan kesalahan. Dan justru karena itulah ia terasa nyata. Karakterisasi Alnira terhadap Jonathan membuat kita ikut mempertanyakan: apakah orang bisa benar-benar berubah? Dan jika bisa, apakah kita bersedia memberinya kesempatan?

Di satu sisi, Jonathan mengingatkan kita pada seseorang yang mungkin pernah datang kembali dalam hidup kita. Seseorang dari masa lalu yang meminta ruang baru. Dan kita pun, seperti Aihara, dihadapkan pada dilema: memaafkan atau menjaga jarak? Membuka diri atau tetap berlindung?

Novel ini tidak menjawab semua pertanyaan itu secara gamblang. Tapi ia memberi kita cermin. Cermin untuk mengenali bahwa banyak dari kita menyimpan luka kecil dari masa lalu. Bahwa luka itu bukan berarti kita lemah. Dan bahwa penyembuhan kadang datang bukan dari orang lain, tapi dari keputusan kita untuk memberi diri sendiri ruang—untuk sembuh, untuk menerima, untuk mencinta lagi.

Secara teknis, kekuatan Alnira ada pada kemampuannya menjaga emosi cerita tetap konsisten. Ia tidak memaksakan dramatisasi. Dialognya terasa natural. Tidak terlalu banyak metafora besar, tapi cukup untuk menggugah. Ia tahu di mana harus menahan, dan kapan harus mengalirkan emosi.

Namun, ada bagian-bagian yang mungkin terasa sedikit terburu-buru, terutama di bagian akhir. Beberapa momen yang seharusnya menjadi klimaks emosional terasa agak datar karena diselesaikan dengan cepat. Akan tetapi, itu tidak mengurangi nilai keseluruhan novel, karena pesan utama tetap tersampaikan dengan kuat.

Bagi saya, Nerdy Girl bukan sekadar novel cinta. Ia adalah novel tentang pemulihan. Tentang menyapa luka yang selama ini kita abaikan. Tentang mengenali suara kecil dalam diri yang pernah merasa tidak cukup baik, tidak cukup cantik, tidak cukup layak untuk dicintai.

Dan mungkin, itu sebabnya novel ini menyentuh banyak pembaca perempuan. Karena dalam Aihara, kita melihat bagian dari diri kita sendiri—yang pernah ditertawakan, pernah diabaikan, pernah merasa kalah. Tapi juga, kita melihat harapan. Bahwa meski kita pernah terluka, kita tetap punya kendali atas masa depan kita.

Penutup:

Nerdy Girl adalah novel yang hangat, jujur, dan menyembuhkan. Ia tidak sempurna, tapi justru di situlah kekuatannya. Ia mengajak kita menerima bahwa hidup tidak selalu rapi. Bahwa luka bisa tetap ada, tapi bukan berarti kita tidak bisa bahagia. Dan bahwa cinta sejati tidak datang untuk menyembuhkan luka kita—tapi untuk berjalan bersama kita, meski luka itu masih ada.

Rekomendasi untuk siapa pun yang sedang belajar memaafkan, mencintai diri sendiri, dan membuka hati—tanpa melupakan, tapi dengan keberanian untuk melangkah.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak