Tentang Waktu: Kisah Cinta, Sejarah, dan Pilihan dalam Lintasan Waktu

Hikmawan Firdaus | Miranda Nurislami Badarudin
Tentang Waktu: Kisah Cinta, Sejarah, dan Pilihan dalam Lintasan Waktu
Novel Tentang Waktu (DocPribadi/Miranda)

Ada kalanya dalam hidup kita, waktu bukan hanya tentang detik yang terus berjalan, tetapi juga tentang kenangan yang kita tinggalkan, pilihan yang kita buat, dan bagaimana segala hal yang terjadi di masa lalu berhubungan dengan masa depan. Begitulah kisah yang dihadirkan oleh Tyas Effendi dalam Tentang Waktu. Melalui perjalanan seorang perempuan muda bernama Granada Mahari, yang terlahir dengan buta warna total, kita diajak untuk memahami bagaimana waktu dapat mengubah takdir, membawa kita pada pertemuan tak terduga, dan menguji pilihan-pilihan besar dalam hidup.

Granada: Antara Dunia Hitam dan Putih

Granada Mahari adalah seorang ilustrator muda yang hidup dengan keterbatasan achromatopsia—sebuah kondisi medis yang membuatnya buta warna. Meski dunia yang ia lihat hanya terdiri dari hitam, putih, dan abu-abu, Granada tak pernah membiarkan kekurangannya menghalangi minatnya pada seni. Sebagai seorang ilustrator, ia berusaha keras untuk menggambarkan dunia melalui imajinasi, bukan hanya sekadar warna, tetapi juga perasaan dan makna di balik setiap gambar.

Namun, meski hidupnya penuh dengan kreativitas dan semangat untuk berkarya, ada suatu kesepian yang menyelimuti hatinya. Dunia yang ia huni terasa kurang berwarna, dan terkadang, ia merasa terperangkap dalam ketidakmampuan untuk sepenuhnya mengerti dunia di sekitarnya. Suatu hari, takdir membawanya bertemu dengan Harswenda, seorang penulis buku tentang Perang Bosnia 1992, yang memberinya sebuah vas bunga bekas mortir. Vas ini bukan sembarang vas. Bagi Granada, vas ini adalah gerbang menuju sebuah perjalanan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya—perjalanan melintasi waktu.

Melintasi Waktu: Dari Sekarang ke Masa Lalu yang Kelam

Tanpa disadari, vas tersebut menjadi lebih dari sekadar benda fisik bagi Granada. Vas itu, yang awalnya ia anggap sebagai benda antik biasa, ternyata adalah alat perjalanan waktu yang membawanya ke Sarajevo tahun 1993, di tengah kekacauan perang. Granada mendapati dirinya berada di sebuah kota yang penuh dengan reruntuhan, jalanan yang hancur, dan suasana yang dipenuhi oleh rasa takut dan kehilangan. Perang Bosnia, yang begitu banyak meninggalkan luka bagi orang-orang yang hidup di dalamnya, kini menjadi latar di mana Granada harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana ia bisa kembali ke masa kini.

Di tengah kekacauan perang, Granada bertemu dengan Reksa dan Lella, dua saudara kandung yang merupakan keturunan Indonesia-Bosnia. Mereka adalah tokoh kunci dalam kisah ini, yang membawa Granada untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan mereka yang terperangkap dalam sejarah yang kelam. Reksa, yang merasa terasing di tanah kelahirannya, dan Lella, yang memiliki idealisme yang kuat tentang masa depan, menjadi figur yang menarik dan penuh konflik. Mereka, seperti Granada, juga berjuang menghadapi kenyataan dan mencari makna hidup dalam dunia yang tak menentu.

Cinta dan Konflik dalam Perang

Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Granada, Reksa, dan Lella semakin mendalam. Granada tidak hanya terperangkap dalam perjuangan hidup mereka di tengah perang, tetapi juga mulai merasakan perasaan cinta yang berkembang, baik untuk Reksa maupun untuk Sarajevo itu sendiri. Di satu sisi, ia merasa terhubung dengan kota ini—dengan sejarahnya, dengan orang-orang yang berjuang untuk bertahan hidup, dan dengan cerita-cerita yang masih terpendam. Namun, di sisi lain, Granada juga merasa bahwa ia tak bisa tetap tinggal di masa lalu. Ia harus kembali ke masa kini, ke dunia yang lebih familiar baginya, meskipun itu berarti meninggalkan hubungan yang baru saja ia bangun.

Kisah cinta yang berkembang antara Granada dan Reksa adalah inti emosional dari novel ini. Namun, yang lebih menarik dari sekadar romansa adalah bagaimana cerita ini menggambarkan dilema yang harus dihadapi Granada. Jika ia tinggal, ia harus mengorbankan kehidupannya yang sudah ia kenal dan perjuangkan. Jika ia kembali, ia harus melepaskan sesuatu yang sangat berharga—sesuatu yang bahkan lebih bermakna daripada sekadar kenangan atau hubungan pribadi.

Waktu sebagai Tema Utama: Pilihan dan Takdir

Tema utama yang diangkat dalam Tentang Waktu adalah tentang bagaimana waktu itu sendiri bisa menjadi sebuah kekuatan yang mempengaruhi takdir. Tyas Effendi tidak hanya membawa kita pada perjalanan fisik melintasi waktu, tetapi juga pada perjalanan batin seorang perempuan yang harus memilih antara mengikuti perasaannya atau kembali ke kenyataan yang lebih pasti. Waktu dalam novel ini bukan hanya soal detik yang berlalu, tetapi juga tentang bagaimana kita mengisi setiap momen yang kita jalani. Setiap pilihan yang diambil, setiap langkah yang diambil, membawa dampak yang tak terduga.

Tentu saja, penggunaan vas bunga bekas mortir sebagai alat perjalanan waktu adalah sebuah simbolisme yang kuat. Vas tersebut bukan hanya benda mati yang membawa Granada ke masa lalu, tetapi juga representasi dari bagaimana kenangan dan sejarah bisa menjadi "kapsul waktu" yang membawa kita ke tempat-tempat dan perasaan yang mungkin sudah lama terlupakan. Dan seperti halnya sebuah vas, meskipun benda itu tidak hidup, ia bisa menyimpan kisah-kisah lama yang siap untuk diceritakan kembali.

Kekuatan Narasi dan Penggambaran Karakter

Salah satu kekuatan utama dari Tentang Waktu adalah cara Tyas Effendi menggambarkan karakter-karakternya dengan sangat manusiawi. Granada, meski menghadapi keterbatasan fisik yang besar, digambarkan sebagai sosok yang tidak mudah menyerah. Ia memiliki semangat yang kuat untuk menggali dunia melalui seni dan imajinasi, meskipun dunia di sekitarnya terkadang terasa dingin dan terputus. Reksa, dengan segala konflik batinnya, menunjukkan bagaimana seorang individu bisa terjebak dalam dilema antara masa lalu dan masa depan. Lella, yang penuh idealisme, memberi warna tersendiri dalam cerita ini, membawa semangat yang seolah bertolak belakang dengan kekerasan perang yang mereka hadapi.

Namun, meski karakter-karakter ini sangat kuat, ada satu bagian yang mungkin bisa lebih diperhatikan, yaitu hubungan emosional antara Granada dan Reksa. Meskipun keduanya memiliki kedekatan yang cukup kuat, pengembangan hubungan mereka terasa agak cepat dan tidak sepenuhnya digali lebih dalam. Pembaca mungkin berharap untuk lebih melihat konflik batin yang lebih mendalam dalam hubungan mereka, sehingga kisah cinta yang terjalin bisa terasa lebih dramatis dan emosional.

Kesimpulan: Sebuah Perjalanan yang Menggugah

Tentang Waktu adalah novel yang memadukan sejarah, romansa, dan perjalanan waktu dengan cara yang sangat menggugah. Melalui kisah Granada yang terperangkap dalam dilema antara masa lalu dan masa kini, kita diajak untuk merenungkan arti waktu dalam hidup kita sendiri. Meskipun ada beberapa aspek yang bisa lebih digali, terutama dalam pengembangan hubungan antar karakter, cerita ini tetap berhasil menyentuh hati dan memberikan refleksi tentang bagaimana waktu, kenangan, dan pilihan kita membentuk takdir.

Novel ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita tidak bisa mengubah masa lalu, kita selalu memiliki pilihan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Sebuah bacaan yang sangat cocok untuk mereka yang tertarik dengan kisah yang penuh makna, dan untuk mereka yang percaya bahwa waktu, meski tak bisa diputar kembali, selalu memiliki cara untuk membawa kita pada tempat yang kita butuhkan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak