Memahami Anoreksia Nervosa Lewat Buku Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim

Hikmawan Firdaus | Ranti Riani Jhonnatan
Memahami Anoreksia Nervosa Lewat Buku Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim
Cover buku Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim (Goodreads)

Apakah kamu pernah bertanya-tanya apa yang ada dalam pikiran seseorang yang memiliki gangguan makan? Apa yang mereka rasakan? Ada beberapa jenis gangguan makan dan salah satunya adalah anoreksia nervosa dan anoreksia ini memiliki kaitan dengan body image.

Secara sederhana, body image atau citra tubuh merupakan bagaimana cara seseorang melihat tubuhnya sendiri dan bagaimana perasaannya terhadap persepsi tersebut. Setiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda terhadap dirinya sendiri, termasuk Citarani Sylvia dalam buku Surat-Surat yang Tak Pernah Dikirim karya Miranda Malonka.

Dilihat dari luar, Sylvia terlihat seperti anak remaja pada umumnya. Ia menjalani hari-harinya dengan pergi ke sekolah, menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan asyik melukis. Namun, yang tidak diketahui oleh orang lain adalah ia memiliki dorongan yang sangat kuat untuk menurunkan berat badannya. Meskipun bagi teman-temannya berat badannya tidak berlebihan sama sekali, Sylvia tetap bersikeras bahwa ia harus menguranginya hingga akhirnya hal ini terus berlanjut makin dalam dan ia makin terjebak.

Kisah Sylvia dihimpun dalam bentuk kumpulan surat yang ditulis olehnya yang ditujukan untuk Anggara, seorang anak laki-laki yang bersekolah di SMA yang sama dengannya. Sejak melihat Anggara pada acara rutinan sekolahnya, ia mulai terus memikirkan Anggara dan mencari tahu segala tentangnya. Berawal dari perasaan tersebut Sylvia mulai mencurahkan segala isi hati dan pikirannya lewat surat-surat yang ia tulis dengan tangannya sendiri hingga surat-surat tersebut menumpuk tanpa pernah dikirim sekali pun.

Dari surat yang dituliskannya akan terlihat pola makan Sylvia yang mengalami naik-turun. Pada awalnya, ia memang hanya mengurangi porsi makannya, tapi setelah itu berlanjut dengan ia yang menghentikan total makanan masuk ke dalam lambungnya. Karena tidak mengonsumsi apa pun, ia berujung tak sadarkan diri. Diagnosa dokter terkait kondisi Sylvia berhasil membuat saya tertegun karena saya tidak menyangka kondisi organnya akan memburuk.

Meskipun menyadari ada yang berbeda pada dirinya, hal tersebut tak serta-merta membuatnya langsung mendapatkan pertolongan. Ia berjuang sendirian dan dalam waktu yang bersamaan juga mendampingi temannya yang bernama Scarlet di rumah sakit jiwa seolah-olah keadaannya baik-baik saja. Namun, teman-teman yang melihatnya menyadari perubahannya dan khawatir sebab ia terlihat sangat pucat dan mengalami penurunan berat badan yang drastis.

Melihat bagaimana Sylvia lambat-laun makin tenggelam membuat perasaan saya campur aduk, rasanya saya ingin sekali memeluknya dan mengulurkan tangan. Anoreksia bukan hal yang baru pertama kali saya ketahui lewat buku ini, namun saya belum pernah membaca buku fiksi yang memberikan edukasi tentang hal tersebut. Setelah Orbit Tiga Mimpi dan Awan-Awan di Atas Kepala Kita, Miranda Malonka kembali berhasil mengangkat isu-isu penting dan benar-benar menggali ke dalam diri para tokohnya hingga saya sebagai pembaca turut merasa kewalahan.

Akhir kisah Sylvia membuat saya merasa mendapatkan sebuah tamparan keras yang menyakitkan. Dari buku ini kita diingatkan bahwa citra tubuh yang negatif bukan hal sepele yang bisa dijadikan candaan ataupun diabaikan. Hal tersebut juga dapat berlanjut ke gangguan mental yang berantai. Dari salah satu kisah teman Sylvia yang bernama Andy pula dapat ditarik pesan bahwa membandingkan anak yang satu dengan anak yang lainnya dapat membuat seorang anak membenci saudaranya sendiri dan anak menjadi merasa tidak berharga sebab pencapaiannya selalu dianggap kurang.

Membaca buku ini tidak akan membuat saya benar-benar mengerti rasanya memiliki gangguan makan, namun setidaknya saya menjadi lebih teredukasi. Tidak menyepelekan dan menyalahkan ketidakinginan seseorang untuk makan karena kita tidak pernah tahu bagaimana sulitnya mereka menghadapi hal tersebut. Untukmu yang ingin melihat bagaimana lika-liku seseorang dengan anoreksia nervosa, maka saya merekomendasikan buku ini agar kamu dapat memahaminya dengan lebih mudah.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak