Ulasan Buku Maneki Neko: Rahasia Besar Orang Jepang Mencapai Keberuntungan

Hayuning Ratri Hapsari | Ardina Praf
Ulasan Buku Maneki Neko: Rahasia Besar Orang Jepang Mencapai Keberuntungan
Buku Maneki Neko (goodreads.com)

Ketika mengunjungi restoran atau toko-toko di Jepang, sering kali kita menemukan ornament berbentuk kucing kecil dengan tangan melambai dari keramik. Biasanya kucing ini diletakkan di depan pintu masuk, seolah seperti memanggil pelanggan untuk datang.

Ia dikenal sebagai maneki neko, sang “kucing pemanggil keberuntungan.” Tapi, apa sebenarnya arti dari keberuntungan itu di negeri yang begitu disiplin, tekun, dan percaya pada usaha? Itulah pertanyaan yang coba dijawab Nobuo Suzuki dalam bukunya yang hangat dan penuh renungan ini.

Maneki Neko bukan sekadar buku yang membahas sejarah atau makna simbolik dari jimat keberuntungan populer itu. Lebih dari itu, ia adalah sebuah perjalanan pemahaman, tentang bagaimana harapan, kepercayaan, dan kerja keras dapat saling bertaut untuk menciptakan keberuntungan yang sesungguhnya.

Di tangan Suzuki, pembaca diajak untuk melihat keberuntungan bukan sebagai sesuatu yang datang dari luar, melainkan sebagai cermin dari cara kita hidup, berpikir, dan bertindak.

Dalam gaya penulisan yang lembut dan menyentuh, Suzuki membongkar cara masyarakat Jepang memandang keberuntungan. Di satu sisi, Jepang dikenal dengan etos kerja yang luar biasa, kedisiplinan yang tinggi, dan budaya yang menjunjung tinggi ketekunan.

Di sisi lain, simbol-simbol keberuntungan dan ritual seperti ini masih melekat dalam kehidupan masyarakat Jepang. Sama halnya maneki neko ini.

Di sinilah letak keindahan dan kompleksitasnya. Bagi masyarakat Jepang, keberuntungan bukanlah lawan dari kerja keras, melainkan pendampingnya.

Buku ini membahas bagaimana keberuntungan berperan sebagai bentuk harapan dan penguatan diri, terutama di masa-masa sulit. Kepercayaan pada simbol atau ritual tidak berarti pasrah pada nasib.

Justru, hal-hal ini memberikan harapan dan mengingatkan kita untuk selalu mengutamakan logika. Kadang, kita hanya butuh sedikit kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari diri kita.

Salah satu bagian paling menarik dari buku ini adalah keberadaan latihan-latihan praktis yang diselipkan secara halus di dalamnya.

Bukan dalam bentuk langkah-langkah kaku, melainkan seperti ajakan kecil: menata ulang ruang kerja dengan lebih sadar, menulis keinginan dengan jujur, atau merenungkan kembali apa arti “beruntung” bagi diri sendiri. Bacaan ini tidak menggurui, melainkan mengajak berdialog.

Ada beberapa hal yang mungkin sudah kalian ketahui, misalnya tentang kerja keras dan harapan positif dalam melakukan suatu pekerjaan. Tapi di situlah kekuatan Maneki Neko berada.

Buku ini bukan bertujuan untuk memberi pelajaran baru, tapi mengingatkan kita kembali untuk selalu melakukan hal-hal kecil yang biasanya sering dilupakan.

Karena, sering kali kita lupa bahwa keberuntungan bisa datang dari niat hati yang tulus untuk menjalani kehidupan dan mencapai tujuan.

Kita pun tidak mengabaikan kenyataan bahwa keberuntungan telah meresap dalam kehidupan masyarakat Jepang, memengaruhi segala hal mulai dari tradisi, adat, interaksi sosial, hingga aspek keagamaan.

Membaca buku ini seperti membuka pintu untuk memahami lebih dalam budaya Jepang—tidak sekadar dari permukaan yang ditampilkan media, tetapi dari lapisan-lapisan makna yang lebih halus dan mendalam.

Bagi siapa saja yang ingin mengenal budaya Jepang lebih dekat, atau sedang mencari cara baru untuk memaknai hidup, Maneki Neko bisa menjadi teman bacaan yang tepat

Ia tidak menawarkan jalan pintas menuju kebahagiaan, tapi memberikan cermin, agar kita bisa melihat kembali diri sendiri, harapan kita, dan bagaimana cara kita memilih untuk tetap berjalan, meski kadang arah angin tidak selalu sesuai harapan.

Dan siapa tahu, mungkin dari situ, keberuntungan pun perlahan datang menghampiri kita semua!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak