Bayangin kamu lagi duduk di bioskop, gelap gulita, tiba-tiba layar meledak dengan suara torpedo ngebut di kedalaman laut yang bikin telingamu berdengung, itu Operation Hadal.
Film action militer China garapan Dante Lam ini baru aja masuk ke layar lebar Indonesia tanggal 10 September 2025, lanjutan dari Operation Red Sea yang dulu bikin heboh. Karena aku baru nonton kemarin, setelah lihat film horor Gereja Setan yang udah bikin bulu kudukku berdiri.
Lanjut gas deh lihat Operation Hadal dan rasanya kayak naik rollercoaster bawah air: seru banget di awal dan akhir, tapi tengahnya? Hmm, agak bikin ngantuk kayak lagi nunggu kapal selam muncul dari kegelapan. Langsung ajalah nggak usah banyak cingcong. Monggo simak ulasannya langsung!
Ceritanya berpusat pada misi berisiko tinggi yang dijalankan oleh Angkatan Laut Tiongkok. Mereka mendapat intelijen bahwa kapal selam super canggih milik musuh sedang merencanakan serangan rahasia ke kota-kota di pantai tenggara Tiongkok.
Untuk menggagalkan ancaman ini, Tiongkok mengerahkan kapal selam terbaru mereka, Longjing, bersama tim elit Jiaolong Squad. Misi ini nggak main-main, bro!
Mereka harus berhadapan dengan jebakan maut, pertempuran sengit, dan medan bawah laut yang penuh bahaya, termasuk jurang luas dengan gunung berapi aktif.
Di sisi lain, ada juga subplot tentang anjungan lepas pantai Deep Blue 3 yang dikuasai tentara bayaran, menambah lapisan konspirasi yang bikin penasaran.
Secara garis besar, plotnya cukup bikin jantungan. Ketegangan dibangun dengan baik, terutama di adegan-adegan bawah laut yang penuh suspense. Bayangin, kapal selam raksasa, torpedo meluncur, dan ledakan di kedalaman laut—semuanya disajikan dengan intensitas tinggi.
Tapi, sayangnya, ceritanya kadang terasa agak berantakan. Beberapa bagian terasa dipaksakan, dan transisi antar adegan kurang mulus, bikin aku bingung: “Eh, ini tiba-tiba kenapa sih?” Menurutku karakternya juga kurang menjiwai peran, jadi susah buat bener-bener connect sama perjuangan mereka.
Review Film Operation Hadal

Kalau soal visual, Operation Hadal nggak main-main. Efek CGI-nya, terutama di adegan bawah laut, bikin takjub. Pemandangan jurang laut, gunung berapi bawah air, sampai manuver kapal selam digambarkan dengan detail yang memanjakan mata.
Adegan aksi, mulai dari baku tembak di anjungan sampai pertempuran kapal selam, dikoreografikan dengan apik. Ada satu momen di mana Jiaolong Squad harus berenang di kedalaman ekstrem sambil menghindari serangan—itu bener-bener bikin deg-degan! Musik latar karya Elliot Leung juga sukses bikin suasana makin epik, walaupun kadang agak overdramatis.
Namun, meski visualnya cakep, beberapa efek terasa sedikit “too much” dan kurang realistis, terutama kalau dibandingkan dengan film kapal selam klasik seperti Das Boot. Tapi, buat kamu yang suka aksi popcorn yang nggak terlalu mikir, ini udah lebih dari cukup kok
Dari segi akting, Operation Hadal punya deretan aktor top Tiongkok seperti Huang Xuan, Yu Shi, Zhang Hanyu, dan Duan Yihong. Huang Xuan sebagai Meng Chuang tampil solid sebagai pemimpin yang tegas tapi punya sisi manusiawi.
Yu Shi sebagai Han Xiao juga cukup mencuri perhatian dengan pesona anak muda yang pemberani. Sayangnya, nggak semua karakter punya ruang buat bersinar. Banyak karakter sampingan yang terasa cuma “numpang lewat”, tanpa backstory yang bikin kita peduli.
Akting beberapa pemain pendukung juga terasa datar, sehingga emosi di momen-momen krusial kurang ngena. Kalau boleh jujur sih akting di film ini nggak bisa menyampaikan “beratnya” misi se-epik yang diharapkan, apalagi kalau dibandingkan dengan film perang seperti Black Hawk Down.
Kelebihan Operation Hadal jelas ada di aksi dan visualnya yang spektakuler. Film ini sukses menghadirkan pengalaman sinematik yang intens, terutama buat penggemar film perang atau aksi militer.
Tema keberanian dan pengorbanan juga cukup kental, walaupun nggak terlalu orisinal. Yang bikin film ini agak beda adalah fokusnya pada pertempuran bawah laut, yang jarang dieksplorasi di film Tiongkok.
Tapi, ada beberapa kelemahan yang cukup mengganggu. Pertama, narasinya sering kehilangan fokus. Banyak subplot yang nggak tuntas, bikin aku bertanya-tanya, “Ini ngapain sih tadi?”
Kedua, pengembangan karakter yang lemah bikin kita susah berempati. Ketiga, meski film ini coba menghindari propaganda berlebihan seperti beberapa film perang Tiongkok lain (Wolf Warrior, misalnya), ada beberapa momen yang terasa agak “memaksa” dalam menonjolkan patriotisme.
Operation Hadal adalah film yang cocok buat kamu yang pengen nonton aksi seru dengan visual megah tanpa terlalu mikirin plot mendalam. Dengan durasi 146 menit, film ini terasa sedikit kepanjangan, tapi adegan aksinya cukup bikin kamu lupa waktu.
Sayangnya, narasi yang agak lelet dan karakter yang kurang greget bikin film ini nggak sepenuhnya memenuhi ekspektasi sebagai penerus Operation Red Sea.
Buat penggemar film aksi Tiongkok atau yang suka tema militer, film ini tetap layak tonton di bioskop, apalagi di layar lebar seperti CGV atau Cinepolis. Tapi, kalau kamu cari cerita yang dalam atau akting yang bikin hati tersentuh, mungkin agak kecewa.
Rating dari aku 6.5/10. Namun secara keseluruhan, Operation Hadal adalah paket aksi yang seru dengan visual ciamik, ya meskipun kurang greget di sisi cerita dan karakter. Worth it buat hiburan akhir pekan, tapi jangan harap bakal jadi masterpiece. Nonton bareng temen sambil bawa popcorn, dijamin seru ya, Sobat Yoursay!
Fun Fact: Film ini punya anggaran 1 miliar RMB (sekitar Rp2 triliun), tapi sayangnya nggak terlalu sukses di box office Tiongkok karena kritik terhadap plot dan karakternya. Meski begitu, aksi bawah lautnya tetap jadi sorotan!
Kalau kamu pengin cek jadwal tayang di Indonesia, coba kunjungi situs resmi CGV atau Cinepolis. Tiket juga bisa dibeli online lewat platform seperti https://bit.ly/m/cgvindonesia