Istilah PTSD sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat. Berdasarkan data statistik U.S. Department of Veteran Affairs, sekitar 6 dari 100 orang akan terkena PTSD di beberapa titik dalam hidupnya. American Psychiatric Association melansir, Posttraumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan pasca-trauma adalah gangguan kejiwaan yang terjadi pada orang yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Misalnya seperti bencana alam, kecelakaan serius, kekerasan seksual, cedera serius, pemerkosaan, ancaman pembunuhan, aksi teroris, hingga perang/pertempuran.
Menurut laporan Hughes-berjudul Nothing New Under the Sun, peneliti telah menemukan bukti bahwa gangguan PTSD sudah dialami pada tahun 1.300 sebelum masehi oleh prajurit perang Dinasti Assyria di Mesopotamia. Pikiran dan perasaan yang intens mengganggu, menghidupkan kembali peristiwa penderita melalui kilas balik dan mimpi buruk. Kesedihan, ketakutan, dan kemarahan yang dirasakan membuat mereka merasa terasingkan dari orang lain.
Penderita PTSD cenderung menghindari situasi dan orang-orang yang mengingatkan mereka terhadap peristiwa traumatis. Sehingga, suara keras dan kontak yang tidak disengaja juga membuat reaksi negatif kepada penderita. Secara realistis, banyak yang beranggapan bahwa PTSD merupakan penyakit yang tingkat kesembuhannya rendah. Akan tetapi, berbagai macam perawatan dapat diberikan kepada penderita PTSD. Salah satu perawatan yang terbaru adalah Psychiatric service dogs (PSDs) atau terapi dengan anjing.
Psychiatric Service Dogs (PSDs)
Psychiatric service dogs (PSDs) atau Anjing layanan psikiatri (PSD) adalah jenis anjing layanan khusus yang dilatih untuk membantu orang dengan penyakit mental, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Studi mendukung penggunaan anjing pembantu untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pada penderita PTSD.
Hewan pembantu psikiatri didefinisikan sebagai hewan yang dilatih secara individual untuk melakukan aktivitas atau tugas yang khusus untuk orang dengan gangguan mental seperti PTSD. Anjing psikiater dapat beruba anjing dari semua jenis dan ukuran, selama anjing tersebut dapat pergi ke tempat-tempat umum dengan pemiliknya.
Anjing layanan psikiatri dapat dilatih oleh pemiliknya, tetapi anjing-anjing ini biasanya dilatih secara individual oleh organisasi khusus. Beberapa dari tugas anjing tersebut adalah membangunkan seseorang dari mimpi buruk, mengalihkan perhatian penderita selama serangan kecemasan menyerang, menerapkan tekanan fisik dengan tubuhnya untuk membantu menenangkan penderita, mempengeringatkan orang lain untuk memberi penderita ruang sendiri, memberikan rasa aman dengan kehadiran mereka, serta membawakan obat kepada penderita yang sedang menjalani masa pengobatan.
Apakah Psychiatric Service Dogs (PSDs) benar-benar efektif?
Berdasarkan studi percontohan yang dilakukan oleh HABRI, Psychiatric Service Dogs (PSDs) berefek pada veteran dengan PTSD yang bervariasi. Veteran yang tidak menggunakan PSD memiliki tingkat kesembuhan berbeda dengan veteran pengguna PSD. Oleh karena itu, veteran yang menggunakan anjing penjaga ini mengalami penurunan keparahan gejala PTSD secara keseluruhan, dimana adanya peningkatan kemampuan untuk mengatasi flashback dan kecemasan yang mengurangi frekuensi mimpi buruk dan perubahan mood.
Hal ini berpengaruh terhadap integrasi sosial yang dialami, veteran dengan anjing penjaga menjadi lebih berani untuk bersosialisasi dan berpartisipasi dalam kegiatan di luar rumah sehingga menunjang kebahagiaan dan kepuasan hidup mereka. Hal ini juga berpengaruh terhadap penurunan penggunaan obat resep dokter untuk mengatasi kecemasan mereka.
Walaupun begitu, masih ada banyak peneliti yang terus menguji efektivitas terapi dengan PSD. Kemudian, penting untuk memilih PSD yang tersertifikasi bisa berperilaku baik agar tidak agresif terhadap Anda maupun orang sekitar Anda agar bisa membantu penyembuhan PTSD Anda. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa ada baiknya pula mengikuti saran dari pihak medis Anda dalam memilih terapi yang tepat.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
Health
-
Jangan Anggap Remeh! Padel Bukan Olahraga Santai, Ini Kata dr Tirta Soal Risiko Blackout
-
Generasi Sadar Mental Health, Tapi Kenapa Masih Takut Cari Bantuan Psikolog?
-
Tubuh Tak Pernah Lupa: Bagaimana Trauma Tinggalkan Luka Biologis
-
Kabar Buruk dari Jakarta! Udara Pagi Ini Resmi Masuk Peringkat 5 Terburuk di Dunia
-
Nitrit Lebih Mematikan dari Bakteri? 5 Fakta Mengerikan di Balik 1.315 Siswa Keracunan MBG
Terkini
-
Dari Kolaborasi Jadi Cinta: Momen Manis Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco
-
Banjir Tangis di Lapangan, SMAN 1 Cianjur Melaju ke Grand Final ANC 2025
-
Gak Pacaran Tapi Lebih dari Temenan: Selamat Datang di Era Situationship ala Gen Z
-
Lawan Arab Saudi, Waktunya Pendukung Skuat Garuda Keluarkan Doa Orang yang Terzalimi
-
Dari Lapangan ke Tribun: Evan Movic Ikutan Jadi Suporter di ANC 2025!