Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | .Totok Suryanto.
Ilustrasi me time (pexels/andrea-piacquadio)

Sungguh tidak nyaman memiliki teman dekat yang terlalu banyak terlibat dalam kehidupan pribadi sehingga tidak ada lagi batasan atas kepemilikan benda, tidak ada batasan secara fisik dan emosional atau tidak ada batasan tentang nilai-nilai moral dan spriritual.

Teman dekat yang terlalu mencampuri urusan pribadi dan lebih tahu tentang diri kita yang sebenarnya dibandingkan pengetahuan kita tentang diri sendiri, sehingga secara tidak sehat bisa mempengaruhi pengambilan keputusan urgent dalam kehidupan kita.

Atau sebaliknya, saat kita telah mencampuri urusan pribadi teman dekat kemudian memasuki ruang privasi terlalu jauh sehingga mengurangi kebebasannya dalam menentukan sikap. 

Menghadapi situasi semacam ini, kita patut menerapkan Personal Boundaries agar dapat menentukan batasan yang jelas untuk melindungi privasi dengan tetap mempertahankan hubungan personal yang sehat dengan teman dan kerabat. 

Mengutip dari hellosehat.com, Personal Boundaries adalah sikap berani membatasi diri dalam pergaulan dengan orang-orang terdekat yang secara sehat dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh kenyamanan dan penghargaan terhadap dirinya sendiri juga orang lain, menentukan jarak aman dan nyaman secara tegas dalam dimensi ruang dan waktu dengan tetap mempertahankan hubungan personal yang berkualitas. 

Sepintas, Personal Boundaries kelihatan kurang manusiawi dan egois sebab dianggap tidak bisa mewujudkan sebuah hubungan personal yang harmonis serta dianggap menciptakan kesenjangan.

Namun sebenarnya Personal Boundaries justru menciptakan hubungan menjadi lebih bermakna sebab kedua belah pihak bisa menciptakan hubungan personal yang sehat dengan saling menjaga privasi masing-masing.

Berdasarkan pandangan yang sehat, Personal Boundaries akan mengajarkan kepada kita bagaimana cara membatasi diri dalam sebuah pergaulan sosial yang terlalu mengikat bisa dikemas menjadi lebih bermakna untuk memperoleh tingkat kesejahteraan psikologis dan kesejahteraan sosial yang lebih baik. 

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kesenjangan sosial, sikap asertif semacam ini harus diawali dengan sebuah komitmen kuat yang harus dipegang teguh oleh kedua belah pihak ketika menerapkan Personal Boundaries yang sehat.

Dengan mengetahui batasan secara jelas untuk memahami diri sendiri, berani mengambil keputusan menerima atau menolak, berani untuk mengatakan ya atau tidak tentang sesuatu yang membuat kita tidak nyaman secara bertahap dan konsisten dalam kehidupan nyata.

Dengan saling menghargai, kamu mempunyai hak atas dirimu sendiri dan teman kamu memiliki hak atas dirinya sendiri, sehingga bisa membedakan antara ruang privat dan ruang pergaulan. Eksplorasi dirimu dalam hubungan personal yang sehat, me time and we time. Semoga bermanfaat. 

.Totok Suryanto.