Banyak dari kita mungkin belum familiar dengan istilah "hypophrenia", namun perasaan ini sering kali ada tanpa disadari. Hypophrenia sebenarnya adalah fenomena emosional yang dapat membuatmu menangis tanpa alasan yang jelas. Dikutip dari Halodoc, berikut faktor-faktor yang dapat memicu gejala ini.
1. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan dapat menjadi pemicu utama hypophrenia. Pikiran yang terus-menerus terjebak pada kekhawatiran dapat mempengaruhi tubuh secara fisik dan mental.
Kurangnya istirahat yang berkualitas juga turut berkontribusi dalam mendorong perasaan sedih yang tiba-tiba muncul. Penelitian dari University of Pennsylvania menunjukkan bahwa kurang tidur berdampak negatif pada suasana hati dan dapat meningkatkan perasaan sedih.
2. Kondisi Depresi atau Stres
Ketika stres menumpuk, perasaan sedih dan kecemasan bisa menyertainya. Tingkat stres yang tinggi mampu merasuki pikiran dan emosi, sering kali berujung pada tangisan tanpa sebab yang jelas. Depresi juga dapat menjadi faktor yang memperburuk kondisi ini, menghasilkan perasaan sedih yang berlarut-larut.
3. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Bagi mereka yang pernah mengalami trauma masa lalu, gejala PTSD dapat menyebabkan serangan panik yang melibatkan tangisan tak terkendali. Lebih sering terjadi pada wanita, PTSD memicu respons emosional yang intens dan bisa mengarah pada hypophrenia.
4. Organic Brain Syndrome (OBS)
OBS adalah gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi mental. Terutama dialami oleh lansia, kondisi ini dapat menyebabkan perubahan tiba-tiba dalam suasana hati dan emosi. Gangguan mental yang muncul akibat OBS dapat berkontribusi pada timbulnya hypophrenia.
5. PMS atau Menstruasi
PMS tidak asing bagi sebagian besar wanita. Selain gejala fisik seperti nyeri perut dan kepala, perubahan hormon yang terjadi selama PMS juga dapat memicu perasaan sedih yang tiba-tiba. Kombinasi faktor-faktor ini bisa menjadi penyebab munculnya hypophrenia selama periode menstruasi.
Hypophrenia mungkin bukan istilah yang umum didengar, tetapi dampaknya dapat mempengaruhi banyak aspek dalam hidupmu. Penting untuk mengenali gejala dan memahami penyebabnya agar dapat mencari solusi yang tepat.
Jika kamu merasa perasaan sedihmu sulit dikendalikan, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan panduan dan dukungan yang diperlukan.
Baca Juga
-
Viral Gempi Dapat HP Baru, Kapan Sebaiknya Anak Diberi HP Pertama?
-
Masalah Komunikasi, Apa Timnas Sepak Bola Wajib Dilatih oleh Pelatih Lokal?
-
Stop Gaya Hidup YOLO, Sekarang Waktunya YONO: You Only Need One!
-
Viral Istilah Self-Serving Bias Jadi Penyakit Orang Indonesia, Apa Artinya?
-
Welcome Desember, 4 Rekomendasi Tontonan Spesial Natal yang Ada di Netflix!
Artikel Terkait
-
Gelar Konferensi Pers, Kim Soo-hyun Menangis Bahas Isu Kim Sae-eon
-
Kenapa Ahli Kubur Menangis Saat Lebaran Tiba? Ini Penjelasannya
-
Jadi Perbincangan Netizen di X, Apakah Menangis Bikin Batal Puasa?
-
Kenapa Ahli Kubur Menangis saat Lebaran Tiba? Berikut Penjelasannya
-
Tangis Kiano Tak Mau Bertemu Paula Verhoeven Bikin Sedih, Ucapan Baim Wong Pada Anak Jadi Sorotan
Health
-
Mengenal Metode Mild Stimulation Dalam Program Bayi Tabung, Harapan Baru Bagi Pasangan
-
Kenali Tongue Tie pada Bayi, Tidak Semua Perlu Diinsisi
-
Jangan Sepelekan Cedera Olahraga, Penting untuk Menangani secara Optimal Sejak Dini
-
3 Tips agar Tetap Bugar saat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadan
-
Intermittent Fasting vs. Keto, Mana yang Lebih Efektif untuk Panjang Umur?
Terkini
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
4 Karakter Wanita dalam Drama China yang Badass Abis, Anti Menye-Menye
-
Stray Kids Donasi Rp9 Miliar untuk Korban Kebakaran Hutan di Korea Selatan
-
Mengenal 9 Karakter Baru yang Muncul di Serial The Last of Us Season 2
-
Review Qodrat 2: Lebih Religius dan Lebih Berani Menebar Teror!