Generasi Z atau yang lahir antara tahun 1996 hingga 2012, kerap disebut memiliki mental yang lemah. Generasi ini dikenal memiliki mental "tempe" atau manja karena cukup sensitif dengan segala bentuk perubahan emosinya. Anggapan ini muncul karena berbagai faktor. Yuk, disimak ulasannya.
1. Lebih terbuka tentang kesehatan mental
Gen Z dikenal lebih terbuka tentang kesehatan mental dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih berani untuk mengakui dan mencari bantuan ketika mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini membuat orang-orang di sekitar mereka, termasuk generasi yang lebih tua, menganggap mereka lebih mudah stres dan depresi.
2. Lebih rentan terhadap cyberbullying
Media sosial menjadi salah satu hal yang paling identik dengan Gen Z. Namun, media sosial juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko cyberbullying. Cyberbullying adalah bentuk bullying yang dilakukan secara online, melalui media sosial, pesan instan, atau email. Cyberbullying dapat menyebabkan korban mengalami stres, depresi, bahkan trauma.
3. Berhadapan dengan berbagai tantangan
Gen Z tumbuh dan berkembang di era yang penuh tantangan, seperti perubahan iklim, pandemi, dan konflik geopolitik. Tantangan-tantangan ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
4. Ditinggal oleh generasi sebelumnya
Gen Z sering kali dianggap sebagai generasi yang "manja" karena mereka tumbuh dan berkembang di era yang serba mudah. Namun, generasi ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak dialami oleh generasi sebelumnya, seperti perubahan iklim dan pandemi. Hal ini membuat mereka merasa ditinggal oleh generasi sebelumnya.
Benarkah Gen Z memiliki mental yang lemah?
Anggapan bahwa Gen Z memiliki mental yang lemah tidak sepenuhnya benar. Gen Z memang lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, tetapi bukan berarti mereka memiliki mental yang lebih lemah.
Gen Z justru memiliki kesadaran yang lebih tinggi tentang kesehatan mental. Mereka lebih berani untuk mengakui dan mencari bantuan ketika mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kedewasaan untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mensupport Gen Z, yaitu:
- Mendukung dan menerima
Generasi Z perlu merasa didukung dan diterima oleh orang-orang di sekitar mereka. Hal ini akan membantu mereka merasa lebih nyaman untuk terbuka tentang masalah kesehatan mental yang mereka alami.
- Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental
Kesadaran tentang kesehatan mental, baik di kalangan Gen Z maupun generasi yang lebih tua perlu ditingkatkan. Karena, hal ini akan membantu orang-orang untuk lebih memahami masalah kesehatan mental dan cara untuk mengatasinya.
- Memastikan ketersediaan akses dan layanan yang ramah
Gen Z perlu memiliki akses ke layanan kesehatan mental yang ramah, terjangkau dan berkualitas serta berkelanjutan. Hal ini akan membantu mereka mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang mereka alami.
Dengan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka dan akses ke layanan kesehatan mental yang berkualitas, Gen Z dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang sehat secara mental seperti yang dirangkum dari berbagai sumber.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Belajar Membaca Peristiwa Perusakan Makam dengan Jernih
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Membongkar Kekerasan Seksual di Kampus oleh Oknum Guru Besar Farmasi UGM
-
Idul Fitri dan Renyahnya Peyek Kacang dalam Tradisi Silaturahmi
-
Antara Pangan Instan dan Kampanye Sehat, Ironi Spanduk di Pasar Tradisional
Artikel Terkait
-
Angka Kematian Terhadap Remaja Meningkat 200 Persen, Kesehatan Mental Perlu Menjadi Perhatian
-
Ada 4 Kasus Percobaan Bunuh Diri dalam Waktu Dua Hari, Kota Semarang Darurat Kesehatan Mental
-
5 Rekomendasi Buku tentang Isu Kesehatan Mental, Layak Dijadikan Renungan
-
Marak Berita tentang Mahasiswa Bunuh Diri, Apa Penyebabnya?
-
5 Tips Jaga Kesehatan Mental Agar Hidup Tenang, Wajib Sering Healing?
Health
-
Ilmuwan Temukan 'Sidik Jari' Makanan Ultra-Proses dalam Darah dan Urin
-
Popcorn Brain: Ketika Otak Sulit Fokus Akibat Sering Terpapar Gadget
-
Neural Fatigue: Kelelahan Kognitif Akibat Terpapar Stimulus Berulang
-
Attention Fragmentation: Pecahnya Pikiran Akibat Konsumsi Konten Receh
-
Fenomena Brain Fog: Kesulitan Fokus Akibat Sering Konsumsi Konten Receh
Terkini
-
Film Jumbo 10 Juta Penonton: Sebuah Mimpi yang Kini Jadi Kenyataan!
-
Sutradara Sebut Film Ballerina Bukan Spin-off John Wick, Ini Penjelasannya
-
Huawei MatePad 12 X, Tablet Premium Rasa Laptop yang Ringan dan Irit
-
Indonesia Open 2025: Fajar/Rian Kembali Hadapi Musuh Lama di Istora!
-
Indonesia Open 2025: Jonatan Christie Bersiap Lawan Juara Thailand Masters!