Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Davina Aulia
Ilustrasi kelelahan mental (Pexels.com/Thirdman)

Di tengah era digital yang dipenuhi informasi tak henti-hentinya, otak manusia bekerja lebih keras dari sebelumnya. Setiap detik, kita menerima stimulus visual, audio, hingga emosional dari media sosial, notifikasi, tugas akademik, pekerjaan, dan lingkungan sekitar.

Meskipun otak dirancang sebagai sistem adaptif yang canggih, paparan stimulus secara terus-menerus, terutama yang bersifat berulang dapat menimbulkan kondisi yang disebut neural fatigue, atau kelelahan saraf/kognitif.

Kondisi ini membuat kita merasa lesu secara mental, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas yang memerlukan pemikiran mendalam.

Apa Itu Neural Fatigue dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Neural fatigue adalah kondisi neuron-neuron di otak mengalami kelelahan akibat terus-menerus menerima dan memproses informasi tanpa cukup waktu untuk pemulihan. Secara fisiologis, sel-sel otak membutuhkan jeda untuk memulihkan sinyal elektrik dan kimiawi yang mereka gunakan saat memproses informasi.

Dikutip dari Miranda Physio Steps (20/11/2023) neural fatigue dapat digambarkan sebagai kelelahan mental, kesulitan berkonsentrasi dan fokus, dan mudah tersinggung.

Saat otak dibombardir stimulus tanpa henti, baik itu dari scrolling media sosial, multitasking, atau pertemuan daring yang terus-menerus, maka sistem saraf menjadi jenuh.

Aktivitas neurotransmitter seperti dopamin dan norepinefrin yang berperan dalam perhatian dan motivasi pun menurun. Akibatnya, kita merasa otak "penuh", lamban, dan tidak lagi produktif meski belum melakukan pekerjaan fisik berat.

Sumber-Sumber Stimulus Berulang di Kehidupan Modern

Kehidupan modern memaparkan kita pada berbagai stimulus berulang dalam bentuk yang sering tidak kita sadari. Notifikasi yang muncul berkali-kali, tugas akademik yang menuntut pemikiran repetitif, interaksi daring yang mirip, atau bahkan konsumsi konten singkat dengan format yang serupa.

Semua itu adalah pemicu neural fatigue. Bahkan mendengarkan lagu yang sama terus-menerus atau terpapar iklan digital berulang bisa menjadi beban kecil yang menumpuk dalam sistem saraf.

Tanpa disadari, otak bekerja tanpa henti memfilter, memilah, dan memutuskan apa yang harus diperhatikan, yang mana membutuhkan energi kognitif dalam jumlah besar.

Dampak Jangka Panjang dan Cara Mengatasinya

Jika dibiarkan, neural fatigue dapat menurunkan kualitas hidup. Selain menurunkan produktivitas, kondisi ini juga dapat memicu stres kronis, gangguan tidur, dan bahkan burnout. Fokus yang menurun dan perasaan "kosong" setelah aktivitas intens adalah tanda-tanda awalnya.

Dikutip dari Miranda Physio Steps (20/11/2023), kelelahan saraf dapat menimbulkan efek yang mendalam dan bertahan lama pada kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mengakibatkan:

  • Kehilangan memori
  • Berkurangnya kesadaran akan lingkungan sekitar
  • Gangguan kognitif
  • Manifestasi emosional dari kelelahan

Untuk mengatasinya, kita perlu memberi ruang pemulihan bagi otak. Beberapa strategi efektif termasuk teknik digital detox, melakukan aktivitas monoton yang menenangkan seperti berjalan kaki tanpa gawai, memberi jeda antara tugas, tidur cukup, serta teknik mindfulness seperti meditasi pernapasan. Selain itu, penting untuk mengenali batas kapasitas otak sendiri, dan menghindari multitasking yang tidak perlu.

Neural fatigue bukanlah mitos atau alasan malas semata. Ini adalah respons biologis dari otak yang kelelahan akibat terus-menerus menerima stimulus tanpa waktu istirahat. Di era serba cepat ini, menjaga kesehatan kognitif sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.

Memberi waktu otak untuk jeda, mengatur asupan informasi, dan melatih kesadaran diri dalam penggunaan teknologi adalah langkah penting untuk menjaga kejernihan pikiran.

Dalam dunia yang tak pernah berhenti, memilih untuk berhenti sejenak justru bisa menjadi langkah paling cerdas untuk mempertahankan performa, ketahanan mental, dan kesejahteraan jangka panjang.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Davina Aulia