Tepat pada hari ini, 72 tahun yang lalu, kontingen Indonesia pertama kali berpartisipasi di Olimpiade. Olimpiade Helsinki 1952 menjadi momen debut Merah Putih pada pesta olahraga internasional tersebut.
Olimpiade Helsinki awalnya hendak digelar pada tahun 1940 atau edisi ke-12, tetapi acara tersebut dibatalkan pada tahun 1939 karena Perang Dunia II. Lalu, pada tahun 1947 Komite Olimpiade Internasional (IOC) kembali menunjuk Helsinki, Finlandia sebagai tuan rumah Olimpiade untuk tahun 1952.
Olimpiade Helsinki yang digelar pada 19 Juli hingga 3 Agustus 1952 itu pun menjadi edisi ke-15 Olimpiade Musim Panas atau Summer Olympics, sekaligus menjadi debut Finlandia sebagai tuan rumah pesta olahraga multicabang internasional.
Pada saat itu, bukan hanya Helsinki, Finlandia yang turut berbahagia, tetapi Indonesia pun juga turut merasakan kebahagiaan pesta olahraga internasional terbesar tersebut. Sebab, untuk pertama kalinya, Indonesia berpartisipasi di Olimpiade.
Ya, setelah menanti selama 56 tahun sejak Olimpiade modern pertama digelar di Athena, Indonesia bisa berpartisipasi di pesta olahraga multicabang bersejarah tersebut. Olimpiade Helsinki 1952 pun menjadi saksi sejarah Indonesia dimulai.
Dikutip dari Olympics.com, pada saat itu terdapat 4.955 atlet (519 wanita, 4.436 pria) dari 69 negara yang berpartisipasi di Olimpiade edisi ke-15 tersebut. Dari 4.955 atlet tersebut, ada tiga atlet dari kontingen Indonesia.
Kala itu, Indonesia hanya mengirimkan tiga atlet putra dari masing-masing cabang olahraga (cabor) angkat besi, renang, dan atletik. Mereka yang mewakili Merah Putih di panggung olahraga dunia itu adalah Maram Sudarmodjo (cabor atletik), Habib Suharko (cabor renang), dan Thio Ging Hwie (cabor angkat besi).
Maram Sudarmodjo mewakili Indonesia dalam lompat tinggi putra di Olimpiade 1952. Pria yang juga seorang perwira angkatan udara Indonesia itu menduduki peringkat ke-20 klasemen akhir lompat tinggi putra.
Sementara itu, Habib Suharko turun di nomor 200 meter renang gaya dada. Dikutip dari Olympedia, Habib Suharko hanya sampai babak penyisihan dengan mencatat waktu 2 menit 51,3 detik.
Kemudian, Thio Ging Hwie turun di nomor 67,5 kg atau kelas ringan dalam angkat besi. Thio Ging Hwie menempati posisi ke-8 dalam angkat besi kelas ringan putra.
Alhasil, Indonesia yang merupakan salah satu kontingen terkecil di Olimpiade Helsinki 1952 itu pun tidak berhasil memperoleh medali apa pun. Meski begitu, Maram Sudarmodjo, Habib Suharko, dan Thio Ging Hwie, patut berbangga, karena mereka adalah atlet-atlet Indonesia pertama yang tampil di Olimpiade.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Data Bicara: Mobil F1 atau Motor MotoGP yang Lebih Cepat?
-
Profil Sjoerd Woudenberg: Pelatih Kiper Timnas Indonesia Era Kluivert
-
Mengapa Nama Orang Islandia Banyak Berakhiran "-Son"? Ini Alasannya
-
Mengapa All England? Sejarah di Balik Nama Kejuaraan Bulu Tangkis Tertua
-
Kilas Balik MotoGP Argentina 2018: Start Unik Jack Miller yang Jadi Sorotan
Artikel Terkait
-
Trapo Luncurkan Dashcam Mobil Rp300 Ribuan di GIIAS 2024
-
Legenda: Gendut Doni Christiawan, Striker Oportunis Timnas Indonesia di Piala AFF
-
3 Klub BRI Liga 1 yang Paling Banyak Diperkuat Pemain Timnas Indonesia
-
4 Tim Piala Presiden 2024 yang Diperkuat Banyak Bintang Timnas Indonesia
-
2 Fakta Menarik Stadion Gelora 10 November, Jadi Venue Piala AFF U-19 2024
Hobi
-
Pelatih Jepang Blak-blakan Ngaku Waspadai Pemain Timnas Indonesia, Siapa?
-
Meski Diisi Pemain Pelapis, 3 Hal Ini Bisa Buat Jepang Kalahkan Timnas Indonesia
-
Tak Gentar! Patrick Kluivert Tebar Psywar Jelang Laga Indonesia vs. Jepang
-
Jelang Hadapi Malaysia, Timnas Vietnam Ternyata Dihantui Fakta yang Cukup Mengerikan!
-
Tragisnya Pemain Keturunan Malaysia, Dinaturalisasi Hanya untuk Bermain di JDT!
Terkini
-
Nilai Nomor Sekian! Yang Penting Tetap Waras dan Tugas Kelar, Setuju?
-
Transformasi Pola Komunikasi Keluarga dari Telepon Rumah ke Chat dan Video Call
-
Idol Band vs Band Indie: Ketika Musik Bicara dengan Cara Berbeda
-
Sinopsis Drama China A Prime Minister's Disguise Episode 1: Romansa Kaisar
-
Review Sarung Untuk Bapak: Sarung lusuh dan Cinta yang Tulus