Program naturalisasi kini semakin familiar di persepakbolaan Asia Tenggara. Pun dengan Timnas Malaysia yang tengah berupaya keras untuk memperbaiki level permainan. Capaian skuad Harimau Malaya belakangan ini jelas tak begitu memuaskan.
Dilansir laporan suara.com pada Senin (23/9/2024), sejatinya naturalisisasi bukan hal yang tabu lagi bagi negara tetangga tersebut. Sebab di Piala Asia 2023 kemarin, ada 14 pemain naturalisasi maupun keturunan yang dimainkan.
Namun agaknya hal tersebut kurang efektif, menyusul kegagalan Harimau Malaya di fase grup dan tak bisa melangkah lebih jauh. Kini 3 nama pemain keturunan Belanda disebut-sebut tengah menjadi incaran, satu di antaranya adalah Mats Deijl.
Pemilihan itu seakan mengikuti jejak Timnas Indonesia, yang mana skuad Garuda sudah lebih dulu banyak menggaet pemain-pemain keturunan berdarah Belanda. Berikut adalah 3 pemain yang dibidik Malaysia:
1. Mats Deijl
Mats Deijl merupakan pemain berusia 27 tahun yang memiliki nilai pasar Rp20,86 miliar. Ia bermain di posisi bek kanan dengan tinggi menjulang 1,81 meter. Kini dirinya tengah merumput di Eredivisie bersama Go Ahead Eagles.
Dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk proses naturalisasi kabarnya telah disediakan. Sang pemain pun mengaku antusias memperkuat Harimau Malaya.
“Saya pikir itu akan luar biasa, memiliki paspor Malaysia. Saya bahkan tidak pernah bisa membayangkan hal itu. Dan kemungkinan bermain untuk tim nasional (Malaysia). Sangat spesial,” ujarnya.
2. Sem Scheperman
Pesepak bola berusia 22 tahun ini disebut-sebut sedang didekati oleh federasi sepak bola Malaysia (FAM). Gelandang bertahan di Liga Belanda tersebut membela Heracles Almelo dan memiliki harga pasar Rp5,21 miliar.
Diketahui bahwa Sem merupakan jebolan akademi FC Twente dan sekarang menjadi junior dari calon pemain Timnas Indonesia, yakni Mees Hilgers. Jika Sem Scheperman menyusul ke Asia Tenggara, tentu persaingan Indonesia dan Malaysia bakal semakin menarik ditunggu.
“Sem Scheperman menjadi salah satu pemain yang diincar untuk diboyong ke Malaysia,” tulis akun Instagram @frfuturetalents.
3. Ferdy Druijf
Pemain kelahiran Uitgeest, Belanda ini pernah berseragam PEC Zwolle. Namun kini Ferdi Druijf tengah berkarir di Liga Denmark dengan usia yang terbilang muda, yakni 26 tahun.
Namun, penyerang Rapid Videnna tersebut masih dibekap cedera dan ingin fokus pemulihan. Bergabung dengan Timnas Malaysia bukan prioritasnya, sebab dirinya pun bertekad merebut kembali tempat di skuad utama timnya.
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Tag
Baca Juga
-
Arne Slot Soroti Rekor Unbeaten Everton, Optimis Menangi Derby Merseyside?
-
Carlo Ancelotti Wajib Jaga Fokus Pemain, Imbas Jadwal Padat Real Madrid?
-
Bukayo Saka Siap Tampil Lawan Fulham, Mikel Arteta Rencanakan Misi Revans
-
Piala FA: Gagal Eksekusi Penalti, Erling Haaland Kena Semprot Roy Keane
-
Media Jepang Sebut Indonesia Seperti Tim B Timnas Belanda, Ini Sebabnya
Artikel Terkait
-
Tristan Gooijer Klarifikasi dari Keturunan Keluarga Pendukung Republik Maluku Selatan RMS
-
Hasil Uji Coba Timnas Indonesia U-17 Jelang Piala Asia U-17 2025, Ditutup dengan Kekalahan
-
Dilema Tristan Gooijer: PSSI Ngebet Naturalisasi, tetapi Sang Pemain Cedera
-
Arus Balik Lebaran: ASDP Antisipasi Lonjakan Kendaraan di Pelabuhan Merak-Bakauheni
-
Viral Video Shin Tae-yong Kembali Latih Timnas Indonesia, Fakta Sebenarnya Mengejutkan!
Hobi
-
Dilema Tristan Gooijer: PSSI Ngebet Naturalisasi, tetapi Sang Pemain Cedera
-
Arne Slot Soroti Rekor Unbeaten Everton, Optimis Menangi Derby Merseyside?
-
Mathew Baker Nyaman di Tim, Kode Timnas Indonesia Berprestasi di Piala Asia U-17?
-
Jamu CAHN FC, PSM Makassar Optimis Mampu Tembus Babak Final ACC 2025
-
Carlo Ancelotti Wajib Jaga Fokus Pemain, Imbas Jadwal Padat Real Madrid?
Terkini
-
Review Anime Mob Psycho 100 Season 2, Kekuatan Esper Bukanlah Segalanya
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
-
Rilis Foto Pembacaan Naskah, Ini 5 Pemeran Drama Labor Attorney Noh Moo Jin
-
Selain Donatur Dilarang Ngatur: Apakah Pria Harus Kaya untuk Dicintai?
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?