Timnas Indonesia U-20 memulai laga dengan buruk usai takluk 3-0 dari Iran di ajang Piala Asia U-20 2025 kemarin. Melansir dari laman resmi AFC (the-afc.com), kekalahan ini membuat skuad garuda U-20 berada di posisi juru kunci klasemen sementara grup C dengan raihan 0 poin dan kian memberatkan langkah anak asuh Indra Sjafri di ajang Piala Asia U-20 2025.
Di sisi lain, kekalahan memalukan 3-0 timnas Indonesia U-20 atas Iran juga memberikan beberapa bahan evaluasi bagi staff pelatih jelang laga ke-2 kontra Uzbekistan. Setidaknya, ada 3 bahan evaluasi bagi timnas Indonesia U-20 usai laga kontra Iran kemarin. Berikut adalah ulasannya!
1. Timnas Indonesia U-20 Lemah dalam Skema Bola Set Piece
Melansir dari laman resmi PSSI (pssi.org), dalam laga kontra Iran kemarin, timnas Indonesia U-20 kebobolan 2 gol dari skema sepakan pojok yang tak mampu dihalau oleh lini pertahanan skuad garuda U-20. Hal ini tentunya menyiratkan bahwa timnas Indonesia U-20 masih memiliki kelemahan dasar di lini pertahanan, yakni tidak bisa menghalau skema sepakan pojok atau set piece yang dilakukan oleh pemain lawan.
Kondisi ini tentunya cukup memprihatinkan mengingat lini pertahanan timnas Indonesia U-20 memiliki deretan bek-bek tangguh semacam Kadek Arel, Sulthan Zaky, Iqbal Gwijangge dan Dony Tri Pamungkas. Namun, kurang baiknya koordinasi di lini belakang membuat timnas Indonesia harus kebobolan 3 gol tanpa balas dengan 2 gol dari skema set piece.
2. Tak Ada Variasi Serangan
Dalam laga kontra Iran kemarin, timnas Indonesia U-20 dianggap tak memiliki variasi serangan yang cukup baik. Indra Sjafri yang mengandalkan kekuatan di lini sayap ternyata tak mampu berbuat banyak dan justru tak terlalu memberikan serangan ke lini pertahanan Iran. Tercatat, hanya ada sekitar 5 serangan saja yang dilakukan oleh timnas Indonesia U-20 dengan 2 ancaman berpeluang menjadi gol.
3. Lini Depan Kurang Suplai Bola
Salah satu hal yang cukup membuat kurang maksimalnya serangan timnas Indonesia saat melawan Iran kemarin adalah kurangnya aliran bola ke lini depan. Melansir dari laman transfermarkt.co.id, Jens Raven yang dimainkan sebagai striker tunggal di lini depan tak mampu berbuat banyak karena kurangnya suplai bola dari lini tengah. Hal ini sempat diakali oleh Indra Sjafri dengan menginstruksikan Dony Tri Pamungkas dan Iqbal Gwijangge menjadi seorang supplier di lini belakang ke depan. Akan tetapi, cara ini belum terlalu efektif.
Nah, itulah beberapa evaluasi dari timnas Indonesia U-20 saat laga jumpa Iran kemarin. Semoga dalam laga kontra Uzbekistan permasalahan tersebut segera dibenahi
Baca Juga
-
Gagal di Piala Asia U-20, Indra Sjafri Perpanjang Rekor Buruk di Level Asia
-
3 Pelatih Lokal yang Cocok Gantikan Indra Sjafri di Timnas U-20, Siapa?
-
Hadapi Yaman, 3 Hal Ini Harus Diperbaiki dari Timnas Indonesia U-20
-
Ironi Indra Sjafri: Berprestasi di ASEAN, Selalu Gagal di Kompetisi Asia
-
Gagal Tembus Piala Dunia, Akankah Indra Sjafri Mundur dari Timnas U-20?
Artikel Terkait
-
Timnas U-20 Gagal Penuhi Target Piala Dunia, Sumardji: Kecewa Berat
-
3 Pemain Andalan Shin Tae-yong yang Melempem bersama Indra Sjafri di Piala Asia U-20 2025
-
Momen Ragnar Mengeram Kesakitan karena Cedera Hamstring, Kabar Buruk bagi Timnas Indonesia
-
Marselino Ferdinan Jadi Starter di Oxford United: Tim yang Kuat!
-
Sumardji: Tidak Menutup Kemungkinan Pemain Timnas Indonesia U-20 Dipromosikan
Hobi
-
Sama-Sama Terjun di Piala Asia, Ada 3 Alasan Timnas Indonesia U-20 Era STY Lebih Baik
-
Meski Masih Sisakan Satu Laga, Raihan Indra Sjafri Dipastikan Lebih Minor Dibandingkan STY
-
Jens Raven Targetkan Timnas Indonesia Tetap Raih Poin di Piala Asia U-20
-
Demi Harga Diri, Timnas Indonesia U-20 Wajib Tuntaskan Misi Kemenangan atas Yaman
-
BRI Liga 1: Sempat Tertinggal, Arema FC Bangkit dan Hajar PSS Sleman 6-2
Terkini
-
Bye-Bye Mata Panda! 3 Eye Cream dengan Ekstrak Licorice yang Wajib Dicoba
-
Makoya Pandaan, Objek Wisata dengan Segudang Daya Tarik di Pasuruan
-
Rahasia di Balik Layar, Mengungkap Peran Penting Produser Kreatif dalam Film
-
Sinopsis Film 'Perang Kota': Antara Perjuangan, Luka Batin, dan Cinta yang Rumit
-
Fenomena Tagar Kabur Aja Dulu: Eksodus Muda Indonesia dan Dilema Nasionalisme