Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Desyta Rina Marta Guritno
Pecco Bagnaia (Instagram/@Pecco63)

Sejak format sprint race diperkenalkan dua musim lalu, Pecco Bagnaia belum benar-benar menemukan performa terbaiknya di sesi balap singkat tersebut. Meskipun singkat, sprint race memang menghadirkan tantangan yang berbeda dibandingkan balapan utama.

Bagi Pecco, tantangan ini seolah menjadi batu sandungan tersendiri. Musim lalu, misalnya, salah satu faktor yang membuatnya gagal mempertahankan gelar juara dunia adalah minimnya poin tambahan dari sprint race. Di beberapa seri, dia justru kehilangan banyak poin akibat hasil sprint yang kurang maksimal.

Akibatnya, Pecco gagal bersaing dengan Jorge Martin dalam perebutan gelar, meskipun dirinya telah memenangkan 11 dari 20 balapan Grand Prix musim lalu.

Tahun ini pun situasinya belum banyak berubah, Pecco belum mencatatkan satu pun kemenangan di sesi sprint.  Atas masalah ini, Pecco menilai ada aspek teknis yang membuatnya kesulitan.

Menurutnya, penggunaan tangki bahan bakar dengan kapasitas lebih kecil di sprint race memengaruhi performa motornya. Tangki yang lebih kecil itu membuat bobot motor berbeda dibandingkan saat balapan Grand Prix.

Akibatnya, karakter motor pun terasa berubah, terutama pada bagian belakang yang terasa lebih ringan saat menikung cepat.

Sejauh ini, Pecco baru mengoleksi 9 kemenangan di sesi sprint. Pembalap asal Italia ini mengaku selalu berusaha untuk melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut, kenyataannya, dia masih belum tahu bagaimana cara mengatasi kendalanya di sesi sprint.

"Saya selalu mencoba memahami mengapa, dalam balapan sprint (saya kesulitan). Saya tahu mengapa saya kesulitan, tim tahu mengapa saya kesulitan, tangki bahan bakar adalah sesuatu yang banyak mengubah perasaan saya terhadap motor. Saya tahu masalah saya, jika ada yang perlu diperbaiki, itu adalah saya," ujar Pecco dalam wawancara usai GP Assen, dilansir dari laman Crash.

Dalam sesi sprint race MotoGP Assen 2025 yang dilaksanakan hari Sabtu kemarin (28/06/25), Pecco Bagnaia hanya mampu finis di P5, meskipun memulai balapan dari grid kedua.

Tentang hasil ini, Pecco menjelaskan bahwa kurangnya feeling saat itu menghalanginya untuk menyalip, meskipun dia merasa lebih cepat daripada pembalap yang ada di depannya.

"Hari ini (sprint), saya tidak memulai dengan baik dan kemudian saya tertinggal lagi. Jadi, 'CD'-nya selalu sama dan saya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengubah situasi ini. Hari ini, posisi tertinggunya sayangnya adalah P5. Yang lebih buruk adalah saya lebih cepat dari orang-orang di depan saya, tapi saya tidak mampu menyalip lagi," tambahnya.

Hal ini juga mendapat komentar dari Davide Tardozzi, Manajer Ducati Lenovo. Menurut Tardozzi, masalah Pecco di balapan sprint kemarin adalah ketidakmampuannya untuk menyalip dan mengerem.

"Pecco tampil hebat pada hari Jumat dan Sabtu pagi dengan ban bekas. Sayangnya dia tidak bisa menyalip. Saat dia mendekati lawan-lawannya, dia tidak bisa mengerem seperti yang dia inginkan dan memiliii kecepatan yang dibutuhkan," katanya.

Kabar baiknya, di sesi balap utama Pecco berhasil naik podium, tepatnya di P3. Hasil ini mungkin bukan yang terbaik untuk Pecco, dia masih memiliki masalah-masalah yang harus diselesaikan, terutama dengan GP25 miliknya dan sprint yang menghantui sejak 2 tahun terakhir.

Ducati sendiri akan selalu mendukung Pecco Bagnaia untuk bisa mentas dari belenggu masalah yang tengah dia alami saat ini.

Sebagai seseorang yang pernah 2 kali meraih gelar juara dunia. Pecco bukan pembalap yang bisa dipandang sebelah mata, meskipun saat ini kondisinya tengah mengalami penurunan. Karena seperti yang kita lihat, saat dalam performa terbaik, Pecco bisa menjadi lawan yang berbahaya.

Desyta Rina Marta Guritno