Baru-baru ini, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan liga dan kompetisi sepak bola di Indonesia, membuat sebuah kebijakan yang cukup mengejutkan.
Menyadur laman Suara.com (8/7/2025), dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT LIB, disepakati bahwa bakal ada penambahan kuota pemain asing, dari semula 8 pemain menjadi 11 pemain untuk gelaran kompetisi Liga 1 Indonesia yang untuk musim depan berubah menjadi Indonesia Super League.
Dari laman yang sama diinformasikan, Ferry Paulus selaku direktur utama PT Liga Indonesia baru menyatakan bahwa penambahan kuota asing tersebut berkaitan dengan daya saing yang dimiliki oleh klub-klub dalam negeri untuk level yang lebih tinggi, yakni bersaing di tingkatan Asia.
"Nah, apalagi kita punya keinginan tanpa mengesampingkan pemain lokal yang ada, bahwa kita sangat perlu untuk bisa juga compete di Asia, ya, oleh karena itu pendaftarannya boleh 11 musim ini." jelas Ferry Paulus sepertimana dilansir laman Suara.com.
Mendapat Sorotan dari Media Negara Tetangga
Ternyata, keputusan penambahan kuota pemain asing untuk setiap klub di Liga Indonesia musim mendatang tersebut juga mendapatkan sorotan dari media negeri tetangga. Dalam sebuah artikelnya, salah satu media asal Vietnam, Soha.vn (8/7/2025) menuliskan bahwa kebijakan terkait dengan penambahan kuota pemain asing tersebut cukup mengejutkan.
Bukan hanya itu, penambahan kuota pemain asing dari 8 menjadi 11 pemain, juga dinilai oleh Soha, bakal membuat para pemain domestik menjadi "tercekik" akibat aturan yang tak memihak mereka.
"Sepak bola Indonesia berubah drastis, membuat para pemain lokal tercekik" tulis Soha dalam judul artikelnya.
"Perubahan ini memungkinkan setiap tim untuk bebas menambah skuat, meningkatkan kualitas turnamen, dan menjadikan kompetisi nasional Indonesia sebagai destinasi favorit bagi pemain asing dari seluruh dunia. Namun sebaliknya, hal itu juga menutup peluang pemain lokal." bahas Soha dalam artikelnya.
Dan memang benar, apa yang dituliskan oleh media yang berbasis di Negeri Paman Ho tersebut, penambahan kuota pemain asing di Liga Indonesia, akan menggerus kesempatan para pemain lokal Indonesia untuk unjuk gigi di pagelaran.
Dengan adanya kuota pemain asing yang mencapai 11 orang, di mana 8 di antaranya bisa dimainkan secara bersamaan, tentunya kans para pemain lokal hanya tinggal 3 saja. Dan hal tersebut tentunya membawa ironi tersendiri bagi mereka.
Bagaimana tidak, di era gempuran 3 pemain asing, yang kemudian meningkat menjadi 4, 5, 6 dan kemudian 8 saja mereka masih kesulitan untuk mendapatkan jam terbang, apalagi ini meningkat di angka 11 pemain asing, yang 8 dari mereka bisa dimainkan secara bersamaan? Tentunya peluang untuk bisa mendapatkan tempat dalam tim menjadi semakin kecil bukan?
Dan hal ini juga nantinya akan berimbas negatif juga ke Timnas Indonesia. Dengan maraknya pemai asing yang menghuni sebuah tim, posisi-posisi sentral permainan sudah pasti tak akan jatuh kepada mereka. Ibarat kata, para pemain lokal Indonesia bisa saja hanya menjadi "pemain pelengkap" di tim masing-masing, dan tentu pelatih Timnas Indonesia akan kesulitan untuk mencari para pemain yang bisa diandalkan untuk merepresentasikan negara ini.
Bayangkan saja, di format tiga hingga empat pemain asing saja posisi-posisi penting di klub-klub Indonesia seperti penyerang ataupun midfielder dan bek sudah tak bisa lagi menjadi milik para pemain lokal, apalagi ini sebelas pemain asing! Tentu asumsinya para pemain Indonesia hanya bisa menempati posisi-posisi yang bukan kunci dalam klubnya masing-masing.
Namun apapun itu, tentunya keputusan yang telah ditetapkan oleh PT LIB telah dipikirkan dengan matang. Terlebih lagi, alasan penambahan kuota pemain asing ini juga berkenaan dengan niatan mulia mereka, yakni menghidupkan persaingan klub-klub Indonesia di level yang lebih tinggi, yakni di level benua Asia.
Ah, semoga saja para pemain lokal Indonesia tak benar-benar "tercekik" seperti yang dituliskan oleh media Vietnam tersebut ya!
Baca Juga
-
Target Medali Perak SEA Games dan Inkonsistensi yang Melanda Sepak Bola Nasional
-
Meski Disanksi FIFA, 7 Pemain Naturalisasi Malaysia Masih Bisa Bela Harimau Malaya! Kok Bisa?
-
FIFA Matchday Bulan November dan Ulah 2 Negara Tetangga yang Harusnya Bikin Malu PSSI
-
Segera Diumumkan, Pelatih Baru Skuat Garuda Harus Rela Dirundung Standar Tinggi Warisan STY
-
FIFA Puskas Award 2025 dan Potensi Besar Lambungan Market Value Rizky Ridho
Artikel Terkait
-
Aturan 11 Pemain Asing di Super League, Persib Singgung Soal Pemain Lokal
-
PT LIB Longgarkan Hadirnya Suporter Tamu, Kecuali untuk Persija hingga Persib Bandung
-
Ramaikan Piala Dunia Antarklub 2025, Legenda Timnas Indonesia Berbagi Ilmu Sepak Bola
-
Dua Pemain ASEAN yang Pernah Bertanding Lawan Mendiang Diogo Jota, Siapa yang Bisa Mengalahkan?
-
3 Dampak Negatif Regulasi dari Klub Super League Boleh Daftarkan 11 Pemain Asing
Hobi
-
Mencari Juru Taktik Baru Timnas Indonesia, Bagaimana Nasib Shin Tae-yong?
-
Bukan Emas, Erick Thohir Ungkap Target Timnas Indonesia di SEA Games 2025
-
3 Alasan Mengapa Nova Arianto Layak Jadi Pelatih Timnas U-20, Apa Saja?
-
Target Medali Perak SEA Games dan Inkonsistensi yang Melanda Sepak Bola Nasional
-
Nova Arianto Promosi, Siapa Kandidat Pelatih Baru Timnas Indonesia U-17?
Terkini
-
Bukan Sekadar Bahasa Asing: Ini 5 Alasan Belajar Mandarin Bikin Karier Banjir Peluang
-
Strategi Jitu Hadapi Persaingan! Begini Langkah Berani Avery Kusumanegara Merombak Total Hotel Mereka
-
Jennifer Coppen Sentil Haters usai Raih Penghargaan di TikTok Awards 2025
-
Raisa Kabur dari Wartawan di AMI Awards, Alasannya Bikin Netizen Ngakak!
-
Ungguli Severance Season 2, Debut Tayang Pluribus di Apple TV Pecah Rekor