Semifinal Piala AFF U-23 2025 antara Timnas Indonesia dengan Thailand dipastikan bakal berlangsung panas. Mengingat kedua kubu punya sejarah rivalitas yang kuat dan sama-sama tampil meyakinkan di babak grup.
Pasukan Garuda Muda datang ke pertandingan ini sebagai juara Grup A dengan tujuh poin, sementara Thailand merupakan juara Grup C. Partai tersebut akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Jumat (25/7/2025) malam.
Di tengah tensi tinggi jelang pertandingan krusial itu, pelatih Gerald Vanenburg yang menangani Jens Raven CS memilih fokus pada satu hal: menghindari adu penalti. Dalam konferensi pers pralaga, ia secara terbuka mengakui tidak menyiapkan skema adu penalti bagi para pemainnya.
“Saya tidak melatih adu penalti karena target saya menang dalam 90 menit. Saya puas dengan penampilan Hokky (Caraka) dan Jens (Raven), karena mereka selalu menciptakan peluang. Tinggal menunggu gol datang. Kami dapat peluang bagus di semua laga, jadi saya optimistis gol akan datang,” ujar Vanenburg, mengutip Antara News, Kamis (24/7/2025).
Pernyataan itu mencerminkan keyakinannya terhadap kualitas skuad Garuda Muda, khususnya lini serang yang diisi oleh nama-nama seperti Hokky Caraka dan Jens Raven. Ia menyebut keduanya konsisten menciptakan peluang dan hanya tinggal menunggu momen gol tiba.
Optimisme Gerald Vanenburg Kunci Kemenangan di Waktu Normal
Optimisme pelatih asal Belanda ini bukan tanpa alasan. Sepanjang fase grup, Timnas U-23 Indonesia menunjukkan permainan agresif dan konsisten. Meski tidak selalu mencetak banyak gol, mereka mampu menciptakan peluang yang berbahaya dan mengontrol pertandingan dengan cukup baik.
Vanenburg menganggap kemenangan dalam waktu normal bukan hanya soal menghindari adu penalti, tetapi juga untuk menunjukkan dominasi dan penguasaan permainan yang stabil. Pendekatan yang dipakai juga menjadi strategi untuk menjaga kondisi mental pemain tetap prima.
Seperti diketahui, adu penalti kerap menjadi momen penuh tekanan psikologis. Pemain dituntut tampil tenang di bawah sorotan penuh dengan risiko besar jika gagal mengeksekusi tendangan secara sempurna. Tekanan ini dapat memicu ketegangan otot, kehilangan fokus, hingga menurunkan rasa percaya diri.
Studi menyebut bahwa di bawah tekanan tinggi seperti adu penalti, peluang keberhasilan tendangan bisa turun drastis dibandingkan dalam situasi normal. Bahkan dalam jangka panjang, adu penalti yang dramatis bisa menguras stamina mental pemain untuk pertandingan selanjutnya.
Dengan kata lain, menghindari adu penalti bukan sekadar keputusan taktis, tapi juga langkah strategis menjaga kesehatan mental skuad muda yang belum semua punya pengalaman di laga-laga berintensitas tinggi.
Meski begitu, Vanenburg menyadari betul bahwa Thailand bukan lawan yang mudah. Ia menyebut tim asuhan pelatih asal Negeri Gajah Putih itu memiliki lini tengah dan serangan yang kuat, serta pertahanan yang solid.
“Kita harus mempersiapkan diri karena mereka punya lini tengah dan serangan yang kuat serta pertahanan yang bagus. Kita harus mencari cara untuk mengalahkan mereka,” tegasnya.
Tantangan makin berat karena Indonesia kehilangan Arkhan Fikri dan Toni Firmansyah yang absen akibat cedera. Kehilangan dua pemain penting menjelang semifinal tentu bukan situasi ideal, apalagi melawan tim sekuat Thailand.
Kondisi ini membuat Vanenburg harus meramu ulang strategi dan komposisi terbaik demi menjaga asa menuju final tetap terbuka lebar. Meski demikian, dukungan publik tuan rumah di SUGBK bisa jadi energi tambahan yang membangkitkan semangat bertanding para pemain muda Indonesia.
Laga besok malam tentunya tidak sekadar soal taktik dan skor akhir. Ini juga perihal bagaimana Garuda Muda menjawab tekanan, merespons kehilangan pemain inti, dan memanfaatkan dukungan penuh suporter untuk melangkah ke partai puncak.
Dalam situasi seperti tersebut, pendekatan Vanenburg yang menekankan optimisme dan pengendalian permainan bisa menjadi pembeda. Jika para pemain mampu bermain sesuai arahan dan memaksimalkan peluang, target menang tanpa adu penalti bukanlah hal mustahil.
Tag
Baca Juga
-
Dito Ariotedjo Dicopot, Program Strategis Kemenpora di Ujung Tanduk?
-
Diresmikan Hari Ini, Halte Jaga Jakarta Sisakan Jejak Peristiwa Unjuk Rasa
-
Erick Thohir Dorong Timnas Indonesia U-23 Tampil Totalitas Lawan Korea Selatan
-
Kapolri Listyo Sigit Serukan Pesan Persatuan dalam Momentum Maulid Nabi
-
Max Verstappen Tak Terbendung, Red Bull Kembali Juara di GP Italia 2025
Artikel Terkait
Hobi
-
Bukan Sekadar 5 Lawan 5, Ada Misi Besar di Lapangan Futsal Axis Nation Cup
-
Tiap Tim Memang Punya Strategi Formasi Futsal yang Berbeda
-
Hanya Bermain Imbang, Laga Lawan Lebanon Ternyata Dilingkupi Satu Fakta yang Tak Banyak Orang Tahu!
-
FMD 2025: Meski Unggul Dalam 3 Modal Ini, Skuat Garuda Urung Kalahkan Lebanon
-
Futsal Zaman Now: Ekspresi Diri, Kepribadian, dan Gaya Hidup Anak Muda
Terkini
-
Sidang Gugatan Ijazah SMA Gibran Rp125 Triliun Ditunda karena Polemik JPN
-
Yusril Pastikan 2 Anggota Brimob Pelindas Ojol Affan Kurniawan Tetap Dipidana
-
Krisis Kepercayaan Publik: Rakyat Dapat Apa dari Reshuffle Kabinet?
-
Peneliti Bikin Terobosan: Plastik Jadi Penyedot Gas Rumah Kaca, Bagaimana Caranya?
-
Ancaman TNI Tak Membuatnya Mundur, Ferry Irwandi Sempat Ungkap Didikan Keras Sang Ayah