Keputusan Ducati merekrut Marc Marquez musim lalu menjadi salah satu langkah paling kontroversial dalam sejarah MotoGP. Keputusan pabrikan asal Italia ini langsung memicu berbagai reaksi dari penggemar, pengamat, bahkan sesama pembalap.
Di satu sisi, banyak yang menyambut baik kedatangan Marquez ke tim berwarna merah tersebut. Mereka menilai bahwa meski sempat terpuruk akibat cedera berkepanjangan dan performa yang menurun bersama Honda, Marquez tetaplah sosok pembalap legenda yang punya mental baja dan pengalaman luar biasa. Potensinya untuk bangkit kembali sangat besar dan Ducati menjadi panggung yang tepat untuk itu.
Namun di sisi lain, muncul gelombang kritik yang tak kalah keras. Banyak pihak menilai Ducati terlalu gegabah dengan keputusan tersebut. Mereka dianggap menyalahi komitmen mereka sendiri untuk membangun masa depan lewat pembinaan pembalap muda.
Kekecewaan itu muncul karena harus ada yang dikorbankan demi hadirnya Marquez. Nama-nama seperti Enea Bastianini dan Jorge Martin menjadi contohnya. Keduanya merupakan talenta hebat yang selama ini menjadi bagian penting dari proyek Ducati dan dianggap sebagai aset jangka panjang.
Namun dengan hadirnya Marquez, ruang bagi mereka mengecil, hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk hengkang, Bastianini memilih KTM, sementara Martin merapat ke Aprilia.
Tak hanya kehilangan dua pembalap muda berbakat, Ducati juga harus rela melepas tim satelit andalan mereka, Pramac Racing, yang memutuskan untuk bekerja sama dengan Yamaha mulai musim ini.
Hilangnya Pramac jelas menjadi pukulan berat karena selama ini tim tersebut menjadi partner pengembangan teknologi Ducati sekaligus tempat Ducati mendidik rider masa depan mereka.
Meski dihujani berbagai kritik, keputusan Ducati mendatangkan Marquez ternyata tidak sia-sia. Musim ini, semua pertaruhan mereka seolah terbayar lunas. Marquez tampil luar biasa sejak awal musim dan hingga kini telah memenangkan 19 dari 24 balapan yang sudah digelar.
Dengan performa dominan seperti itu, ia tak hanya membungkam kritik, tetapi juga mengembalikan nama Ducati sebagai penguasa lintasan.
Yang menarik, baru-baru ini Carlo Pernat, sosok manajer tim/pembalap senior yang dikenal luas di dunia MotoGP, turut angkat bicara soal keputusan berani Ducati ini.
Menurutnya, langkah tersebut bukan semata strategi jangka pendek. Pernat meyakini Ducati telah melihat sesuatu yang belum diketahui publik, semacam prediksi apa yang akan terjadi di masa depan yang membuat mereka yakin bahwa Marquez adalah kunci utama untuk menghadapi sesuatu tersebut.
Ia juga menyebut bahwa meskipun perekrutan Marquez bertentangan dengan prinsip pengembangan talenta muda, kali ini Ducati telah mengambil keputusan yang benar.
"Saya tidak pernah menyembunyikan bahwa saya sangat kritis terhadap Ducati karena mengambil Marc Marquez berarti mengingkari kebijakan anak muda yang dibesarkan di Borgo Panigale selama bertahun-tahun," ujar Pernat, dilansir dari laman Crash.
Lebih lanjut, Pernat menjelaskan bahwa menurutnya Gigi Dall'igna, Manajer Umum Ducati Corse, sudah tahu motor mereka tahun ini, GP25, tidak sempurna. Itulah yang menjadikan Ducati mantap mengambil Marc Marquez dibandingkan dua pembalap lainnya.
Marquez adalah 6 kali juara dunia, kemampuan dan pengalamannya luar biasa, dia juga menunjukkan kemajuan yang sangat brilian di tahun lalu. Ini adalah modal yang mereka butuhkan untuk menjalani tahun 2025 dengan motor yang bermasalah.
"Hari ini, harus diakui bahwa Gigi Dall'igna benar. Angka dan hasilnya sudah berbicara sendiri. Jelas, Gigi tahu bahwa proyek Desmosedici telah mencapai puncaknya. Jelas GP25 adalah motor yang tidak sempurna. Ini bukan berarti motor itu dibuat untuk Marquez, itu kesalahpahaman, tapi karena mereka tahu mereka mengambil risiko kemunduran teknis, mereka memilih pembalap yang mampu maju dua langkah sendiri," tambahnya.
Kini, Marquez duduk nyaman di puncak klasemen sementara dengan keunggulan 120 poin atas rival-rivalnya. Dengan sepuluh balapan tersisa di musim ini, bukan tidak mungkin Marquez akan terus mendominasi dan mengamankan gelar juara dunia ketujuhnya di kelas utama.
Baca Juga
-
Jadwal MotoGP San Marino 2025: Waktunya Pembalap Italia Unjuk Gigi
-
MotoGP Catalunya 2025: Perayaan Juara Dunia Tak Akan Terjadi di Misano
-
Sprint Race MotoGP Catalunya 2025: Alex Marquez Giveaway Medali Kemenangan
-
Terdepak dari Pramac, Miguel Oliveira: Keputusan Ini Mengejutkan Saya
-
CEO MotoGP Enggan Hentikan Marc Marquez yang Dianggap 'Terlalu Mendominasi'
Artikel Terkait
-
Pecco Bagnaia Minta MotoGP Tetap Masukkan 'Sirkuit Klasik' dalam Kalender
-
Tech3 Bawa Dua Kabar Bahagia, Herve Poncharal Tenang Sambut Jeda Paruh Musim
-
Marco Bezzecchi Akui Kehebatan Marc Marquez: Dia Cepat di Lintasan Manapun
-
Banyak Jasa, Franco Morbidelli Ucapkan Terima Kasih pada Rossi dan Marquez
-
Bak Bumi dan Langit, Alex Rins Lebih Menderita daripada Fabio Quartararo
Hobi
-
Mirisnya Nasib para Pelatih Asal Belanda, Sampai Kapan Mereka Dibandingkan dengan STY?
-
Erick Thohir, dan Masa Kelam Inter Milan yang Hantui Timnas Indonesia
-
Gerald Vanenburg dan Rasa Overconfidence yang Berujung Blunder Fatal di Timnas U-23
-
Akhirnya, Gerald Vanenburg Setuju dengan STY Terkait Masalah Timnas U-23 yang Satu Ini! Sadar?
-
Vanenburg Out? 2 Alasan Krusial PSSI Harus Evaluasi Pelatih Timnas Indonesia U-23!
Terkini
-
Pentingnya Sensitivitas Pejabat Publik di Tengah Kecemburuan Sosial
-
4 Daily Outfit Effortless ala Shuhua I-DLE, Simpel tapi Bikin Gemas!
-
Sad Face oleh no na: Keberanian untuk Keluar dari Hubungan Asmara Toxic
-
Menulis di Tengah Kebisingan Dunia Digital, Masihkah Bermakna?
-
Jackson Wang GOT7 Ajak Kita Lepaskan Penat di Lagu Terbaru 'Let Loose'