Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Desyta Rina Marta Guritno
Jorge Martin (Instagram/@88jorgemartin)

Konflik yang sempat memanas antara Jorge Martin dan manajemen tim Aprilia sudah mencapai titik terang. Setelah serangkaian huru-hara mengenai masa depannya, Martin memutuskan untuk tetap bertahan di Aprilia hingga masa kontraknya selesai pada akhir musim 2026.

Di sisi lain, Aprilia juga menunjukkan kedewasaannya dalam menyikapi situasi ini. Meski sempat berada di posisi yang tidak nyaman karena permintaan mendadak dari Sang Pembalap yang ingin hengkang, pihak tim tetap memilih untuk menjaga hubungan profesional dengan Martin.

Mereka tidak hanya menerima keputusannya untuk bertahan, tetapi juga terus memberikan dukungan penuh agar Martin bisa kembali fokus memberikan performa terbaik di atas lintasan.

Bukti komitmen itu terlihat saat mereka bekerja keras mendampingi Martin hingga berhasil finis di posisi ketujuh dalam balapan utama GP Ceko lalu, hasil yang akhirnya memberinya poin perdana musim ini.

Kendati demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa persoalan yang terjadi antara Martin dan Aprilia meninggalkan kesan yang tak baik di mata publik, khususnya untuk Martin. Banyak penggemar menilai bahwa sikap Martin kurang mencerminkan loyalitas terhadap tim yang setia mendukungnya.

Selama Martin cedera, Aprilia memang selalu memberi dukungan, menunggunya pulih, bahkan sampai meminta kesempatan kepada Dorna dan Komisi Grand Prix agar diadakan tes privat untuk pembalap yang kasusnya seperti Martin (absen lama karena cedera).

Dengan keinginan untuk pergi padahal baru tampil sekali di GP Qatar, Martin dianggap terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Hal ini tentu memicu reaksi yang beragam, bahkan tak sedikit yang menganggap tindakannya mencoreng reputasinya sebagai seorang juara dunia yang seharusnya memiliki rasa profesionalisme tinggi.

Martin sendiri tidak menampik bahwa langkahnya menuai kontroversi. Ia menyadari sepenuhnya bahwa permintaan hengkangnya di awal musim bisa menimbulkan salah persepsi banyak orang.

"Pada titik tertentu saya dapat memahami pendapat mereka," ujar Martin, dilansir dari laman Crash.

Namun, ia menegaskan bahwa keputusan tersebut bukanlah bentuk pengkhianatan ataupun ketidaksetiaan, melainkan upaya untuk menjaga masa depannya di MotoGP.

Dengan penuh kejujuran, Martin mengakui bahwa posisinya saat itu sangat sulit. Ia merasa harus mengambil keputusan untuk karier dan masa depannya, bukan semata-mata karena ketidakpuasan atau masalah internal.

"Tapi satu-satunya hal yang dapat saya katakan adalah saya melakukan apa yang saya pikir lebih baik untuk hidup saya, untuk masa depan saya, dan itu saja," tambahnya.

Oleh karena itu, ia berharap publik bisa melihat situasi tersebut secara lebih luas dan objektif. Baginya, keputusan yang ia ambil merupakan bagian dari proses dalam kariernya, bukan sekadar drama atau permainan di balik layar.

Kini, setelah semua perbincangan panas mereda, Martin tampak lebih tenang. Ia memilih untuk menatap ke depan dan fokus membuktikan diri di lintasan. Dukungan Aprilia yang tetap solid juga menjadi bekal penting baginya untuk mengembalikan kepercayaan publik.

Meski citranya sempat menurun akibat kontroversi tersebut, Martin masih berharap bahwa para penggemar dapat memahami niatnya dan membuka kembali hati untuk mendukungnya sebagai pembalap, bukan sekadar menilainya dari langkah emosional sesaat.

"Saya berharap beberapa dari mereka akan kembali ke sisi saya, tapi sebenarnya saya tidak terlalu peduli dengan kritikan itu dan saya hanya fokus pada orang-orang dan keluarga saya agar tetap kuat," katanya.

Saat ini Martin dan Aprilia tengah fokus menatap 10 seri tersisa di musim 2025, meskipun tampak sulit untuk bisa mengejar kejuaraan dunia, setidaknya mereka mampu membutkikan bahwa mereka bisa bersaing dengan tim-tim lain.

Desyta Rina Marta Guritno