Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Selebrasi pemain Timnas U-22 setelah menjebol gawang Thailand di final Sea Games (pssi.org)
M. Fuad S. T.

Akhir tahun 2025 nanti, Timnas Indonesia akan menghadapi sebuah gawe besar level regional bertajuk SEA Games di Thailand.

Sepertimana dilansir oleh laman Suara.com (20/10/2025), Skuat Garuda Muda akan berjibaku melawan tim-tim usia muda sekawasan SEAN tersebut mulai tanggal 3 hingga 18 Desember mendatang.

Indonesia sendiri berada di grup yang relatif ringan. Di mana menurut informasi dari laman Suara.com (20/10/2025), mereka berada di grup C bersama tim-tim medioker kawasan sekelas Myanmar, Filipina dan Singapura.

Sepertimana gelaran Piala AFF yang juga diadakan oleh induk sepak bola Asia Tenggara, SEA Games sendiri juga termasuk dalam turnamen yang tak masuk dalam kalender FIFA.

Sehingga, selain sudah pasti tak akan mendapatkan poin terlepas dari kategori usia yang mereka miliki, SEA Games juga kerap mendapatkan masalah dalam hal pelepasan pemain dari pihak klub.

Tak masuknya SEA Games dalam kalender FIFA ini juga seringkali menimbulkan polemik terkait pemanggilan pemain ke skuat.

Mungkin, untuk para pemain yang berasal dari klub dalam negeri, pemanggilan ini bukanlah sebuah hal yang bisa memantik permasalahan. Karena bagaimanapun, tentunya pihak klub sudah harus memahami terkait kepentingan bangsa yang tentunya jauh harus diprioritaskan.

Namun tidak demikian halnya dengan para pemain diaspora. Klub-klub tempat mereka bernaung tentu saja memiliki dasar yang kuat semisal memutuskan untuk tak memberikan izin kepada para pemain untuk bergabung ke Timnas SEA Games.

Sebuah alasan yang dasarnya sangat kuat, karena langsung merujuk pada ketetapan FIFA selaku organisasi tertinggi di dunia sepak bola.

Jika memang pihak klub tak memberikan izin, tentu PSSI dan Timnas Indonesia tak bisa memaksa. Pasalnya, jika nantinya muncul paksaan terhadap klub untuk melepas sang pemain alias mereka melepas pemain dengan terpaksa, bukan tak mungkin hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi kepada sang pemain.

Kita tentu harus belajar banyak dari nasib yang dialami oleh Rafael Struick. Ketika masih memperkuat Brisbane Roar dulu, Struick memilih untuk bergabung ke Timnas Indonesia yang menjalani turnamen Piala AFF 2024 yang mana telah disebutkan juga tak termasuk dalam kalender resmi FIFA.

Hasilnya tentu saja kita tahu, Strick mendapatkan sebuah kepahitan yang mendalam. Karena setelah kembali ke klub, penyerang yang dijuluki dengan sebutan El Klemer tersebut kehilangan tempatnya di sana, hingga pada akhirnya harus menyeberang ke Liga Indonesia di musim ini untuk sekadar bisa mendapatkan menit bermain.

Jadi, dalam hemat saya pribadi, Timnas Indonesia SEA Games tak perlu memaksa untuk menurunkan para pemain diaspora, jika pihak klub tak berkenan untuk melepasnya. Karena jika hal itu tetap dipaksakan, maka bukan tak mungkin kejadian pahit Rafael Struick akan kembali terulang.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS