Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin | Billie
Ilustrasi kemiskinan (Shutterstock).

Ketika mendengar jenama makanan siap saji alias fast food seperti McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, dan Burger King pasti yang terbayang di pikiran Anda adalah restoran siap saji yang menyajikan french fries, burger, nugget, dan makanan-makanan yang biasanya tergolong sebagai junk food.

etika memakan junk food yang terdapat pada beberapa restoran siap saji tersebut mungkin Anda tidak terlalu peduli untuk menghabiskan makanan tersebut karena alasan tertentu. Salah satu alasannya mungkin Anda merasa kenyang atau Anda tidak suka dengan rasa dari makanan tersebut.

Di Indonesia sendiri sisa makanan yang berasal dari restoran siap saji dapat diolah lagi menjadi pakan ternak. Mungkin setelah membaca pernyataan tadi, Anda akan merasa tambah tidak peduli untuk menghabiskan makanan Anda karena sisa makanan Anda dapat difungsikan menjadi pakan ternak.

Akan tetapi, kasus ini berbeda di Filipina. Tahukah Anda bahwa di Filipina sisa makanan yang sudah dimakan terlebih dahulu dari restoran siap saji seperti McDonald’s merupakan makanan pokok bagi kaum miskin di Filipina? Jika Anda tidak tahu, nama makanan tersebut adalah pagpag.

Pagpag dapat lebih mudah dimengerti apabila kita melihat penjelasan dari pelaku pembuatnya langsung. Marjorie Oronos Atip –seorang penjual pagpag lokal di Filipina- menjelaskan pagpag adalah makanan dari sisa makanan yang dimakan orang di restoran siap saji seperti McDonald’s.

Ia menjelaskan pagpag dapat berupa ayam yang sudah setengah dimakan, nugget ayam, burger dan semua makanan yang dibuang dari restoran tersebut. Sisa makanan tersebut lalu diambil olehnya dan dipisahkan dari kantong sampah dimana sisa makanan yang sudah terkumpul kemudian dibersihkan dan dimasak kembali untuk dijual. Harga pagpag berkisar diantara 10-20 peso yang jika kita konversikan ke rupiah harga tersebut berkisar diantara Rp 3.000-Rp 6.000.

Dengan memperhatikan harga pagpag, kaum miskin di Filipina tidak mempunyai banyak pilihan. Salah satunya dibuktikan dari kesaksian Nonoy Morallos -seorang pengantar es di Filipina- menjelaskan bahwa Ia memakan pagpag karena harganya yang murah dan rasanya yang enak.

Tidak hanya itu, Nonoy juga berargumen bahwa rumah makan yang menyediakan pagpag yang dimakan olehnya membuat pagpag dengan bersih. Terakhir, Nonoy berkata bahwa masyarakat kaum miskin sudah terbiasa dengan makanan seperti pagpag dimana mereka memiliki perut yang kuat.

Kesaksian tersedih diucapkan oleh Luzviminda Bocayan -seorang penjual pagpag di Filipina- ketika menerangkan cara membuat pagpag di video Garbage Meal yang dapat diakses pada media Youtube. Saat pagpag tersebut dimasak, Ia berkata “pagpag, makanan paling enak di Filipina” dilanjuti dengan kalimat “itu makanan untuk orang miskin.”

Ia mengucapkan kalimat tersebut dengan senyum hangat di wajahnya tanpa rasa malu atau sedih bahwa Ia harus hidup dari sisa makanan orang lain. Tidak hanya itu, Ia juga berkata bahwa menjual pagpag merupakan satu-satunya mata pencahariannya bersama putri bungsunya dan video tersebut diakhiri dengan salah satu perkataannya dimana ia berkata “We’re happy to make a living out of this.”

Melihat seberapa dalamnya arti pagpag bagi kaum miskin di Filipina dari kesaksian mereka, kita dapat melihat realita kehidupan mereka dimana mereka harus bertahan hidup dengan memakan sisa makanan dari orang lain. Realita dimana mereka happy dan bangga untuk menjual atau memakan sisa makanan dari orang lain.

Realita dimana tidak semua orang di bumi ini diberkahi oleh kehidupan yang layak sebagai manusia. Oleh karena itu, berdasarkan realita yang dihadapi oleh kaum miskin di Filipina kita harus bersyukur dengan kondisi kita sekarang dimana kita masih bisa menikmati makanan yang tidak diambil dari tempat sampah dan ketahuilah bahwa tidak ada orang di bumi yang layak hidup dari makanan yang diambil dari tempat sampah.

“What is useless to one person is valuable to another.” -Nikon Celis

Billie