Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Christof
Ilustrasi obat terlarang (Szymon Shields /Pexels).

Narkoba semakin menjalar dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat tanpa pandang bulu. Tak hanya kalangan artis dan pesohor negeri, penggunaan narkotika dan obat terlarang sudah sampai pada tataran elit, pejabat, tokoh masyarakat, hingga anggota dewan terhormat. Tentunya pemilik kartel dan jaringan bisnis narkoba akan menari kegirangan dengan beragam fakta menyedihkan ini. Kartel dan jaringan besar narkoba akan mendapatkan keuntungan jumbo di atas tangis dan kesakitan para pemakai yang terjerumus di dalamnya.

Ada beragam alasan mengapa narkoba kian menggurita antara lain merosotnya norma, nilai, dan moralitas di masyarakat, menurunnya standar spiritualitas dan keimanan,  pergaulan bebas yang makin mengemuka, hingga hukum yang kurang menggigit. Hingga pada akhirnya narkoba disalahgunakan menjadi doping penggenjot stamina, pendorong rasa percaya diri, dan pengusir segala depresi atau kekalutan pikiran.

Jika ingin dikaji, salah satu kemungkinan besar pemakaian narkoba adalah karena ketidakmampuan menghadapi masalah dan deraan hidup. Di samping  ketidakmampuan mengelola segenap persoalan yang menyebabkan datangnya stress dan depresi.

Oleh sebagian orang, narkoba dijadikan sebagai pil ajaib dan permen manis penghilang segala pergulatan emosi dan kekalutan yang dirasakan. Kemungkinan, ketika menghadapi cambuk tekanan dan himpitan, seseorang  tidak lagi mampu mencari solusi dan pilihan terbaik hingga akhirnya memilih jalur pelarian memakai narkoba. Ketika persoalan berat dan pergulatan hidup seolah tak juga mereda, narkoba menjadi gula gula manis pemicu rasa gembira dan bahagia.

Ketika tekanan ekonomi terasa sesak, stres dalam pekerjaan yang menyiksa, konflik dan dilema di rumah tangga, polemik dan krisis dalam kehidupan, hingga persoalan hidup lainnya datang bertubi tubi tanpa iba, narkoba dianggap menjadi sebuah pelarian penenang jiwa dan sukma serta berharap rasa bahagia bisa datang menjelma.

Ketika itulah kemudian muncul rasa lega dan justru percaya bahwa narkoba bisa menenangkan segalanya. Tentu ini sebuah pemikiran dan langkah yang justru merugikan, karena si pemakai akan terus mencari dan membeli narkoba untuk memuaskan dahaga yang fana tersebut.

Memang sebuah kondisi yang seakan tak ada solusi dan pilihan yang bisa dilakukan jika hanya berputar dalam lingkaran persoalan seperti itu. Namun, tetap saja ada pilihan dan solusi lebih cerdas untuk menyiasati semua itu. Salah satunya dengan membahagikan hati sejenak melupakan deraan masalah dengan menyalurkan hobi kegemaran, bercerita dan menyampaikan isi hati kepada teman terpercaya atau mengisinya dengan kegiatan rohani spiritual yang lebih menenangkan batin.

Selain itu, pergunakanlah sarana dan layanan terapis kesehatan jiwa seperti psikolog, psikiater atau ahli jiwa untuk mendapatkan solusi terbaik menghadapi beratnya masalah yang dihadapi. Cara ini lebih tepat dan cerdas daripada harus melarikannya ke narkoba yang justru akan merusak daya hidup kita. (NATA)

Christof