Narkoba semakin menjalar dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat tanpa pandang bulu. Tak hanya kalangan artis dan pesohor negeri, penggunaan narkotika dan obat terlarang sudah sampai pada tataran elit, pejabat, tokoh masyarakat, hingga anggota dewan terhormat. Tentunya pemilik kartel dan jaringan bisnis narkoba akan menari kegirangan dengan beragam fakta menyedihkan ini. Kartel dan jaringan besar narkoba akan mendapatkan keuntungan jumbo di atas tangis dan kesakitan para pemakai yang terjerumus di dalamnya.
Ada beragam alasan mengapa narkoba kian menggurita antara lain merosotnya norma, nilai, dan moralitas di masyarakat, menurunnya standar spiritualitas dan keimanan, pergaulan bebas yang makin mengemuka, hingga hukum yang kurang menggigit. Hingga pada akhirnya narkoba disalahgunakan menjadi doping penggenjot stamina, pendorong rasa percaya diri, dan pengusir segala depresi atau kekalutan pikiran.
Jika ingin dikaji, salah satu kemungkinan besar pemakaian narkoba adalah karena ketidakmampuan menghadapi masalah dan deraan hidup. Di samping ketidakmampuan mengelola segenap persoalan yang menyebabkan datangnya stress dan depresi.
Oleh sebagian orang, narkoba dijadikan sebagai pil ajaib dan permen manis penghilang segala pergulatan emosi dan kekalutan yang dirasakan. Kemungkinan, ketika menghadapi cambuk tekanan dan himpitan, seseorang tidak lagi mampu mencari solusi dan pilihan terbaik hingga akhirnya memilih jalur pelarian memakai narkoba. Ketika persoalan berat dan pergulatan hidup seolah tak juga mereda, narkoba menjadi gula gula manis pemicu rasa gembira dan bahagia.
Ketika tekanan ekonomi terasa sesak, stres dalam pekerjaan yang menyiksa, konflik dan dilema di rumah tangga, polemik dan krisis dalam kehidupan, hingga persoalan hidup lainnya datang bertubi tubi tanpa iba, narkoba dianggap menjadi sebuah pelarian penenang jiwa dan sukma serta berharap rasa bahagia bisa datang menjelma.
Ketika itulah kemudian muncul rasa lega dan justru percaya bahwa narkoba bisa menenangkan segalanya. Tentu ini sebuah pemikiran dan langkah yang justru merugikan, karena si pemakai akan terus mencari dan membeli narkoba untuk memuaskan dahaga yang fana tersebut.
Memang sebuah kondisi yang seakan tak ada solusi dan pilihan yang bisa dilakukan jika hanya berputar dalam lingkaran persoalan seperti itu. Namun, tetap saja ada pilihan dan solusi lebih cerdas untuk menyiasati semua itu. Salah satunya dengan membahagikan hati sejenak melupakan deraan masalah dengan menyalurkan hobi kegemaran, bercerita dan menyampaikan isi hati kepada teman terpercaya atau mengisinya dengan kegiatan rohani spiritual yang lebih menenangkan batin.
Selain itu, pergunakanlah sarana dan layanan terapis kesehatan jiwa seperti psikolog, psikiater atau ahli jiwa untuk mendapatkan solusi terbaik menghadapi beratnya masalah yang dihadapi. Cara ini lebih tepat dan cerdas daripada harus melarikannya ke narkoba yang justru akan merusak daya hidup kita. (NATA)
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Fyegoodgurl Merilis EP 'Hypnosis', Hadirkan Nuansa R&B Pop dan Kolaborasi Apik
-
Konsep Pidana di Indonesia Berubah Jadi Alasan 5 Anggota Bali Nine Akan Dipulangkan
-
Beda dari Prilly Latuconsina, Amanda Manopo Ogah Dicap Sebagai Wanita Independen
-
Kehidupan Lina Mukherjee Selama di Penjara, Duit Ratusan Juta Rupiah Sampai Ludes
-
Kabar Duka, Komedian Sung Yong Meninggal Dunia
Kolom
-
Tolak PPN 12% Viral di X, Apakah Seruan Praktik Frugal Living Efektif?
-
Refleksi kasus 'Sadbor': Mengapa Influencer Rentan Promosikan Judi Online?
-
Harap Bijak! Stop Menormalisasi Fenomena Pemerasan di Balik Mental Gratisan
-
Bahasa Gaul di Era Digital: Perubahan atau Kerusakan?
-
Paylater dan Cicilan: Solusi atau Jalan Pintas Menuju Krisis?
Terkini
-
Cerdas dalam Berkendara Lewat Buku Jangan Panik! Edisi 4
-
Asmara Jung Woo-sung Disorot Usai Mengaku Punya Anak dengan Moon Ga-bi
-
Netflix Hadirkan Dokumenter Baru: Sisi Rentan Elvis Presley Terungkap!
-
4 Rekomendasi Blush On Berbentuk Stick, Anti Ribet dan Praktis!
-
Film Wicked Debut Box Office Hollywood dengan Raup Rp1,81 Triliun