Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Zidan
Ilustrasi Belanja Online. (pexels/PhotoMIX Company)

Beberapa waktu lalu, muncul sebuah pernyataan yang membuat heboh dari salah satu Presiden kebanggaan kita, Bapak Joko Widodo. Dalam pernyataannya , Presiden mengajak kepada masyarakat Indonesia untuk membenci produk asing.

Munculnya pernyataan ini lantaran Jokowi geram melihat salah satu E-Commerce, sebut saja Sh*p**, yang berpotensi membunuh usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia. Namun, apakah itu bisa dilakukan dan bisakah produk lokal bersaing dengan produk asing?

Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain untuk tetap menyambung kehidupannya. Setidaknya kalimat itulah yang sering dikatakan oleh guru-guru kita dari Sekolah Dasar atau SD hingga ke perguruan tinggi. Kita sebagai manusia tidak bisa hidup secara individualis.

Hal ini juga berlaku dalam sistem negara. Negara adalah bentuk representasi dari orang (masyarakatnya). Baik buruknya seseorang tergantung bagaimana menyikapi sebuah persoalan, begitupun dengan negara.

Dalam hal ini kita menganalogikan sebuah negara sebagai seseorang. Dari segi ekonomi, negara juga tidak bisa lepas dari hal semacam itu. Negara saling membutuhkan satu sama lain seperti halnya manusia sebagi makhluk sosial

Hal yang menjadi persoalan adalah tentang bagaimana produk lokal dan asing saling bersaing dalam menggaet hati masyarakat Indonesia. Secara logika, kita tidak bisa menyalahkan produk asing dalam kasus ini.

Persaingan usaha pada setiap brand produk itu sudah biasa. Tergantung bagaimana seorang konsumen menanggapinya dan bagaimana produsen menjadi sebuah pelayan bagi konsumennya.

Sebuah produk bisa diterima oleh konsumen karena beberapa kriteria tertentu. Hal itu mencakup harga, kualitas, kegunaan, dan nilai. Ada orang yang membeli barang hanya karena harganya yang murah, ada juga yang membeli karena value yang didapatkan, ada yang membeli karena kegunaannya, dan tentu saja ada juga yang membeli karena kualitasnya. Tapi yang terakhir, ada juga konsumen yang membeli karena sebuah barang tersebut mencakup semua kriteria yang telah disebutkan. Dan inilah yang terjadi pada produk asing.

Sejatinya produk lokal di Indonesia masih kalah jauh dengan produk asing. Mengganungnya semboyan “cintailah produk-produk Indonesia” seolah memberikan kita gambaran betapa mirisnya produk lokal yang kita miliki. Karena saking tidak lakunya sampai pemerintah membuat semboyan tersebut agar kita lebih menghargai produk lokal.

Indonesia sebnarnnya sudah mempunyai beberapa produk-produk lokal yang berkualitas. Seperti misalnya barang elektronik seperti laptop dan computer. Ada brand lokal bernama Zyrex yang kualitasnya hampir sama dengan kualitas produk asing.

Harganya pun terbilang murah, namun brandnya saja yang belum terlalu dikenal masyarakat. Tapi Zyrex ini hanya satu dari sekian brand yang berkualitas dalam produk lokal. Dalam hal transportasi misalnya, kita ketinggalan jauh dari negara-negara lain.

Meskipun Indonesia punya mobil dengan merk Esemka namun tampaknya itu belum terlalu diminati oleh masyarakat. Masyarakat lebih suka pada pabrikan yang mayoritas berasal dari wilayah Asia Timur, dan tentu saja ini karena kualitas, harga, dan nilai yang dimilikinya.

Produk lokal jika dibandingkan dengan produk asing juga harganya tidak beda jauh, namun kualitasnya yang sangat berbeda. produk lokal kualitasnya bisa dibilang sangat minim namun harganya dipatok setara dengan produk asing yang lebih berkualitas.

Taruhlah misalnya dalam hal teknologi komunikasi, smartphone. Indonesia punya brand Mito yang dipatok diharga rata-rata satu jutaan namun dengan kualitas dan desain yang itu-itu saja. Sedangkan Xiaomi sebagai salah satu brand asing justru lebih berusaha meningkatkan kualitas dan berusaha menekan harga supaya barang yang ditawarkan lebih murah. Dan disinilah konsumen lebih melirik pada produk asing.

Tidak ada yang salah apakah kita menggunakan produk lokal ataupun produk asing. Itu tergantung pandangan masing-masing orang. Ada yang berusaha menggunakan produk lokal meski kualitasnya biasa-biasa saja namun karena jiwa nasionalisme yang kemudian mendorongnya melakukan itu, dan ada juga yang tidak peduli dengan hal itu yang pokonya murah dan berkualitas langsung beli.

Toh Indonesia juga sudah memiliki produk lokal yang berkualitas dan lebih murah, meski hanya beberapa. Ini juga bukan berarti kita bisa semenah-menah menggunakan produk asing tanpa peduli pada produk lokal, tidak.

Produk lokal juga harus didukung karena hanya kitalah yang bisa memajukan produk tersebut. Karena dengan meningkatnya penjualan produk lokal secara tidak langsung juga bisa membantu perekonomian negara.

Pada akhirnya, perusahaan-perusahaan lokal harus bisa meningkatkan mutu dan kualitas produknya serta meningkatkan brand supaya produknya bisa diterima oleh masyarakat.

Zidan