Beberapa waktu mutakhir, musik pop daerah kiranya menjamah di telinga masyarakat Indonesia secara massif. Musik ini agaknya memenangkan serta mampu menduduki segumpal ruang di hati masyarakat. Di YouTube misalnya, Penyanyi seperti Denny Caknan dengan lagunya yang bertajuk "Los Dol" menduduki ranking satu dalam trending YouTube tempo hari. Kemudian, dengan lagunya yang bertajuk "Satru" yang ditembangkan duet dengan Happy Asmara, yang juga menduduki trending; meskipun di posisi 3 per 17 Desember 2021.
Kemudian, melalui media TikTok kita dapat mendengarkan cuilan-cuilan lagu yang digunakan sebagai backsound sebuah video. Dalam peristiwa ini, lagu-lagu pop daerah juga menjadi primadona opsional untuk digunakan. Misalnya, lagu yang bertajuk "Angin Datang Kasih Kabar ( Bale Pulang 2)" yang dipopulerkan oleh Toton Caribo ft Justy Aldrin. Bahkan, dalam kanal Youtube-nya, lagu ini sudah ditonton oleh 5 juta orang per ditulisnya artikel ini. Lebih ke belakang lagi, lagu bertajuk "Panek Diawak Kayo Diurang" yang dilantunkan oleh Frans ft Fauzana misalnya. Lagu yang ditonton oleh 113jt orang per artikel ini ditulis juga begitu ditaksir oleh banyak orang.
Musik populer daerah kiranya menjadi sebuah ruang baru bagi masyarakat secara parsial. Lagu yang biasanya hanya dinikmati oleh masyarakat daerahnya, kini mulai meluas dan mengembara ke telinga masyarakat luar daerahnya. Musik populer daerah agaknya justru lekas "bersaing" dengan musik populer yang biasanya menggema. Atas peristiwa tersebut, keberadaan dari musik populer daerah kiranya tidak bisa diabaikan.
World Music
Secara struktur lagu, musik populer daerah banyak memiliki kesamaan dengan struktur musik populer pada umumnya. Bahkan, tema lagu yang diusung pun juga cenderung romantika. Namun, dalam hal peracikan musikalnya, musik pop daerah kiranya memiliki keunikan tersendiri. Idiom-idiom serta instrumen-instrumen tradisional menjadi bagian yang 'semakin' tak terpisahkan. Peristiwa ini seringkali disebut world music.
Secara subyektif, fenomena world music menjadi sebuah alternatif warna musikal yang menarik. Beragamnya alat musik tradisional yang ada menjadikan negeri ini berpotensi melahirkan warna musikal menarik. Misalnya, Grup musik Karinding Attack dengan karindingnya yang begitu ciamik. Kemudian karya-karya Alffy Rev dengan karya-karya world music-nya yang begitu konsisten. Ayu Laksmi dengan pantingnya, serta musisi-musisi yang lain.
Peristiwa world music kiranya bukan sesuatu yang baru. Dalam musik populer daerah pun juga tak luput mengilhaminya. Misalnya dalam karya Denny Caknan yang bertajuk "Satru". Dalam beberapa bagian di struktur sajiannya, bunyi gamelan memberikan nuansa Jawa yang lekat.
Kemudian, senggaan-senggaan khas dangdut koplo juga mengisi dan mempertebal keunikan ini. Selanjutnya, karya dari Cak Precil yang bertajuk "Kembange Ati". Dalam karya ini, dapat dirasakan idiom Banyuwangen di untaian nyanyiaannya. Kepentatonikannya begitu menjelma dalam alunan nada diatonik. Perkawinan dari dua unsur ini begitu ciamik.
Kemudian, dalam karya "Panek Diawak Kayo Diurang" yang terpapar sebelumnya. Dalam karya ini, kesan ke-Minang-an begitu terasa, entah dari progresi chordnya, melodi-melodinya, maupun lantunan syair lagunya. Secara subyektif, unsur instrumen bansi begitu meneduhkan dirasa. Idiom-idiom vokal Minang sangat terejawantahkan dalam karya ini.
Selain nuansa dan idiom yang begitu melekat di lagu pop daerah, pengawinan instrumen daerah juga begitu menjadi perhitungan dalam aransemennya. Hal inilah yang menjadi kekayaan dari lagu pop daerah. Secara subyektif, hal yang sangat menarik bagi saya adalah takaran penggunaan instrumen-idiom-serta pengaturan nuansa yang begitu seimbang. Atau dalam arti lain, tidak saling mendominasi. Atas pertimbangan tersebut, pencernaan bunyi yang dilahirkan lebih terasa nikmat.
Kesegaran
Musik populer daerah hadir dengan segala idiosinkratisnya. Agaknya, musik ini menjadi sebuah angin segar bagi penikmatnya. Meskipun kebanyakan menggunakan tatanan struktur repertoar yang umum, tetapi rupa aransemennya mampu menentang dominasi yang ada. Selain mewujudkan lagu yang easy listening, musik ini juga mampu menonjolkan identitas daerahnya.
Secara subyektif, lagu populer daerah menyuratkan sebuah kewibawaan bagi daerahnya masing-masing. Ia memberi informasi musikal terhadap penikmatnya. Memperkenalkan estetika musikal meskipun secara minostik. Juga, menjadi wahana pelestarian alat musik, idiom serta nuansa daerahnya.
Keberadaan musik pop daerah mampu menjelma sebagai katarsis 'kenakalan' bermusik dalam menyuarakan identitas daerah. Sekaligus, ia menjadi ladang pelestarian dengan memberikan pendekatan yang barangkali ideal bagi telinga masyarakat secara parsial. Kiranya musik pop daerah menjadi wujud genuin bagi generasi mutakhir dalam 'membawa' identitas daerah ke ranah lebih luas. Apresiasi patut dilayangkan atas kreatifitas yang diutarakan dalam musik pop daerah. Semoga musik pop daerah kian tumbuh dan mekar!
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Jago Matematika Disebut Pintar: Kenapa Angka Jadi Ukuran Cerdas di Indonesia?
-
Capres Private Account? Sekarang Bisa Scroll Bebas Lagi!
-
Kementerian Haji dan Umrah Jadi Solusi di Tengah Isu Birokrasi dan Politik?
-
Saat Podcast Jadi Pilihan Belajar, Apa yang Hilang dari Televisi?
-
Antara Guru dan Chatbot: Wajah Baru Pendidikan di Era AI
Terkini
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang Wild Ambition Bloom, Drama China Baru Bertema Bisnis
-
Nyesek Banget! Viral Kakak Adik di Bogor Gantian Pakai Seragam dan Sepatu Demi Bisa Sekolah
-
Erick Thohir Dilantik Jadi Menpora, Bagaimana Nasib PSSI?
-
Zita Anjani dan Gelombang Kritik: Antara Tanggung Jawab dan Gaya Hidup
-
Ghosting Bukan Selalu Soal Cinta: Saat Teman Jadi Avoidant