Sebagai putri daerah yang lahir di Banyuwangi saya sering melihat derita warga pinggiran Kabupaten Banyuwangi bagian selatan. Saya sering merasakan derita yang terkait dengan jarak yang jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Banyuwangi.
Utamanya masyarakat pesisir pantai yang tinggal di Dusun Sukamade, Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran, yang berjarak sekitar 98 kilometer dari pusat Kota Banyuwangi.
Memang Banyuwangi menjadi kabupaten terbesar di Jawa dengan luasan yang melebihi Provinsi Bali (red Pulau Bali). Namun hal itu tentu bukan jadi pembenar untuk memusatkan pembangunan hanya di Kecamatan Kota Banyuwangi saja dan mengesampingkan daerah lainnya.
Tentunya hal ini bakal menjadi bumerang jika tidak diatasi lantaran pemeratan pembangunan dirasa menjadi keharusan untuk kesetaraan.
Ketimpangan Pusat Kota dan Daerah Pinggiran
Salah satu hal yang sangat mencolok adalah ketimpangan pembangunan antara pusat kota Banyuwangi dan daerah pinggiran. Pusat kota Banyuwangi, dengan fokus pengembangan pariwisata dan perekonomian, mendapatkan perhatian dan investasi yang lebih besar.
Namun, di daerah pinggiran seperti di Dusun Sukamade, pembangunan seringkali terabaikan. Bahkan untuk sekedar pengaspalan jalan warga harus berdemo dengan menanam pohon pisang dulu, setelah viral baru dilakukan perbaikan.
Infrastruktur yang memadai, akses transportasi yang baik, dan fasilitas umum yang memadai tidak selalu tersedia di daerah pinggiran ini.
Masyarakat di Dusun Sukamade bahkan harus menempuh perjalanan satu jam lamanya karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan. Hal itu membuat masyarakat di daerah pinggiran merasa dianak tirikan dan tidak mendapatkan manfaat pembangunan yang seharusnya mereka dapatkan.
Ketimpangan pembangunan dan jarak yang jauh ini sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga di daerah pinggiran.
Masyarakat sering kali merasa tidak setara dengan warga yang tinggal di pusat kota Banyuwangi. Potensi ekonomi dan pariwisata di daerahnya tidak sepenuhnya dimanfaatkan atau dikembangkan secara merata, sehingga kesenjangan sosial dan ekonomi semakin terlihat.
Layanan Fasilitas Kesehatan yang Tak Memadai
Selain itu, jarak yang jauh dari pusat kota Banyuwangi juga menjadi kendala tersendiri bagi warga. Ketika warga membutuhkan layanan di fasilitas kesehatan, atau kebutuhan sehari-hari lainnya, mereka harus melakukan perjalanan yang cukup panjang meski hanya ke pusat Kecamatan. Hal ini tentu memakan waktu, tenaga, dan biaya transportasi yang signifikan.
Bahkan dalam beberapa kasus, sulit bagi warga untuk mendapatkan akses yang mudah dan cepat ke fasilitas dan layanan yang dibutuhkan.
Ini terjadi beberapa pekan lalu dan sempat viral di media sosial, dimana seorang ibu yang akan melahirkan harus dibawa dengan kendaraan pribadi warga padahal kondisinya sangat urgent. Ketersediaan ambulans yang jauh membuat hal tersebut biasa terjadi dan menjadi masalah yang seharusnya perlu solusi bukan solasi.
Sebagai masyarakat di daerah pinggiran, tentu berharap agar pemerintah Kabupaten Banyuwangi dapat lebih memperhatikan dan mengatasi ketimpangan pembangunan ini. Investasi dan pembangunan yang merata di seluruh wilayah Banyuwangi sangatlah penting untuk menciptakan keadilan sosial dan memperkuat kesatuan antara pusat kota dan daerah pinggiran.
Infrastruktur yang memadai, akses transportasi yang baik, dan aksesibilitas terhadap fasilitas dan layanan publik harus ditingkatkan di daerah-daerah pinggiran.
Selain itu, penting bagi pemerintah daerah untuk memfasilitas dalam mengembangkan potensi ekonomi dan pariwisata di daerah pinggiran. Sehingga masyarakat tidak berjalan sendirian.
Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan keunikan dan kekayaan alam yang ada di daerah masing-masing. Nah, nantinya diharapkan masyarakat dapat merasakan manfaat langsung dari perkembangan ekonomi yang berkelanjutan.
Sebagai warga asli yang melihat derita warga pinggiran di pesisir Kabupaten Banyuwangi bagian selatan, saya berharap ada upaya serius untuk perhatian dari pemangku kebijakan kepada daerah-daerah pinggiran yang selama ini seringkali terabaikan.
Tentu dengan adanya pembangunan yang merata dan kesetaraan akses terhadap fasilitas dan layanan, saya yakin bahwa derita mereka dapat berkurang dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara keseluruhan.
Baca Juga
-
Masyarakat Sukamade: Penjaga Konservasi Penyu di Pantai Selatan Banyuwangi
-
Nelayan Banyuwangi dan Perjuangan Menjaga Laut dari Kerusakan
-
Nelayan Pancer Beradaptasi dengan Teknologi yang Melindungi
-
Monumen Tsunami Pancer, Pengingat Asa Dikala Bencana Melanda
-
Tekad Nelayan Pancer, Banyuwangi: Bangkit Setelah Diterpa Gelombang Tsunami
Artikel Terkait
Kolom
-
Pesisir: Hidup di Ujung Negeri, Bertahan Tanpa Tepuk Tangan
-
Mangrove dan Manusia Pelajaran tentang Kesabaran yang Tak Instan
-
Bukan Malas, Hanya Lelah: Kisah Pribadi Mengatasi Kelelahan Mental
-
Nelayan Banyuwangi dan Perjuangan Menjaga Laut dari Kerusakan
-
Dari Cerita dan Moral Pesisir, Kita Belajar Hakikat Manusia
Terkini
-
OOTD Natal ala Momo TWICE: Intip 4 Padu Padan Gaya Stylish-nya!
-
Gachiakuta S2 Resmi Diproduksi, Dua Kreator Utama Rilis Ilustrasi Perayaan
-
Review Film Patah Hati yang Kupilih: Konflik Cinta Beda Agama yang Menyentuh Hati
-
Belajar dari Laut dan Masyarakat Pesisir: Bertahan, Beradaptasi, dan Menjaga Batas
-
Di Bawah Bayang-bayang Shin Tae-yong, Mampukah John Herdman Penuhi Ekspektasi?