Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Ahmad Zubairi
Real Madrid (Instagram/realmadrid)

Fantastis dan dramatis adalah dua kata yang rupanya tak salah dikeluarkan jika kita membaca apa yang telah terjadi di pertandingan Real Madrid kontra PSG di leg kedua Liga Champions semalam. Hasilnya mungkin banyak yang tak menduga bahwa PSG akan takluk dengan angka besar besar itu.

Dengan kata lain, Real Madrid memang dipredikasi bakal menang dan cameback, tapi menang besar adalah hal yang sulit. Lawannya adalah PSG. Tapi nyatanya, itulah Real Madrid. Ia membuktikan diri bahwa ia adalah tim yang tak bisa ditebak asal-asalan. Bahkan ia menang dengan skor mutlak 3:1 dan berhak melaju ke babak berikutnya, 8 besar. Ia buktikan diri kalau Raja Liga Champions berhak menang, berhak melaju ke putaran berikutnya.

Real Madrid bermain di markasnya sendiri, Santiago Bernabeu pada Kamis, 10 Maret 2022, kedatangan PSG dibombambir dan diporak-porandakan oleh El Real. Padahal, prediksinya, banyak yang menaruh harapan PSG bisa mempertahankan kemenengannya di leg pertama. Atau, sebisa mungkin imbang adalah harapan seeutuhnya. Utamanya bagi fans Les Parisien di leg kedua. Seyang sekali. Itu nihil. 

Lagi dan lagi kita harus sadar bahwa lawannya adalah Madrid yang bukan klub leha-leha semata. Ia penuh dengan kekuatan berlapis. Tangguh di posisi pertahanan, apik di sektor tengah dan agresif di lini winger serta tajam di line depan, bomber. 

Apakah PSG tidak demikian? Sama. Sama-sama punya hal serupa. Hanya saja, jika menelaah terhadap apa yang telah dilewatkan oleh El Real di Liga Champions, tentu saja salah satunya PSG kalah perihal pengalaman dan cara bermain dominan untuk comeback dari ketertinggal pada leg pertama. Selanjutnya, tentu adalah ketidakberuntungan dan ketidakberpihakan sang Dewi Fortuna atas PSG. 

Kurang apa PSG? Sempurna dan sudah lumayan mapan. Lihat saja pemainnya, mulai dari Marco Verrati, Angel Di Maria, Lionel Messi, Neymar hingga Kylian Mbappe. Luar biasa. Semua pemain itu sudah familiar di kalangan publik pecinta sepak bola. Tapi itulah, ketidakberuntungan dan kalah pengalaman dari El Real adalah sebagian dari unit kecil mengapa PSG tumbang. 

Bayangkan, jika bukan klub sekelas Real Madrid menghadapi klub kuat sekaligus raksasa Prancis PSG, mana mungkin bisa menekan PSG mati-matian sejak menit 60? PSG dipaksa bertahan dan dipaksa menerima ikhlas atas hasil El Real daru jerih payahnya. Harapan PSG untuk menjuarai Liga Champions lagi dan lagi harus sirna. 

Ahmad Zubairi