Pepatah mengatakan, "Mens sana in corpore sano." Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apa pun bentuk olahraganya, jangan lupa menjaga kebugaran dan kesehatan jasmani juga rohani. Karena, jika jasmani sehat, maka rohani akan kuat.
Inilah yang menjadi motivasi saya selama ini untuk terus menjaga kebugaran badan dan kesehatan jiwa. Sebagai guru, penulis, suami dan ayah dari dua anak, tak bisa dibayangkan bagaimana kesibukan saya. Benar-benar butuh pikiran ekstra untuk membagi waktu kepada semuanya, orang-orang yang selalu saya sayangi.
Maka, tepat hari Minggu pagi, waktu libur mengajar, saya ajak istri berolahraga dengan sepeda. Rute kami pasti ke area persawahan, air terjun, taman bunga, pegunungan, atau pun tempat lain yang menyajikan panorama indah nan sejuk.
Inilah salah satu cara saya dalam memberi penghargaan kepada diri sendiri sebagai bentuk menyayangi diri. Sebab, lantaran berolahraga badan saya sehat. Kesehatan ini saya dedikasikan untuk keluarga, anak didik, para santri dan diri sendiri. Dengan berolahraga sambil bersepeda inilah bentuk kecintaan saya pada diri sendiri juga keluarga.
Sebagai penulis yang lebih banyak duduk berlama-lama di depan komputer juga saya anggap merupakan kebutuhan primer untuk berolahraga, terlebih dengan bersepeda. Sebab, ketika kaki mengayuh pedal sepeda menyusuri jalanan berkilo-kilo, otomatis urat-urat yang tegang akan kembali mengendor, dan darah-darah yang semula beku akan kembali mengalir dengan normal.
Demikian pula dengan mata yang kerapkali hanya memandangi layar komputer, juga butuh refresh agar tidak bosan dan pekat. Maka, sekali-kali butuh waktu senggang untuk sejenak keluar dari ruang kerja. Butuh memanjakan mata dengan memandang kesejukan rumput, pepohonan hijau, air jernih, ikan yang berkejar-kejaran di sungai, dan lain-lain.
Telinga pun begitu. Butuh penyegaran agar tidak jemu. Saat saya bersepada ke area persawahan atau pegunungan, pikiran seolah menjadi kembali segar, dan seringkali ide-ide berloncatan, lantaran telinga menangkap kicau merdu burung-burung yang tengah bercanda di dahan pohon, yang sambil terbang mencari nafkah di atas pepadian, maupun suara-suara binatang lain yang khas. Sungguh kesyahduan suara-suara alam itu mengalir ke otak, sehingga pikiran pun jadi segar, damai, dan kembali kreatif.
Tag
Baca Juga
-
Temukan Potensi Diri dan Kekuatan Pikiran dalam Buku Mind Power Skills
-
Ulasan Buku Memaknai Jihad, Mengenal Pemikiran Prof. Dr. KH. Quraish Shihab
-
Cinta Datang dari Ranum Buah Mangga dalam Buku Kata-Kata Senyap
-
Proses Perubahan Ulat Menjadi Kupu-Kupu dalam Buku Metamorfosis Sempurna
-
Kritik Tajam tapi Santai dalam Buku Kumpulan Cerpen Jreng Karya Putu Wijaya
Artikel Terkait
-
Bukan Sekadar Mainan, Olahraga Intelektual Ini Didorong ke Kancah Internasional
-
Jarang Olahraga? Coba Cara Ini untuk Bangun Kebiasaan 10.000 Langkah Per Hari
-
20 Alasan Berat Badan Tidak Turun-Turun, Bagaimana Mengatasinya?
-
Sehat dan Bugar dengan Lari: Gaya Hidup Aktif Perempuan Masa Kini
-
Insecure Parah? Ini 3 Lagu Bertema Self Love dari IVE yang Bisa Kamu Dengar
Kolom
-
Scroll Tanpa Tujuan: Apakah Kita Sedang Menjadi Generasi Tanpa Fokus?
-
Ki Hajar Dewantara dan Tantangan Literasi Gen Z: Sebuah Refleksi Kritis
-
Belajar dari Film Adolescence: Bagaimana INCEL Buat Anak Lakukan Kekerasan
-
Kita Butuh Lebih Banyak Drama Korea Bergenre Slice of Life
-
PHK Massal usai Mogok Kerja: Hak Bersuara atau Jalan Menuju Pengangguran?
Terkini
-
5 Rekomendasi Drama Jepang Dibintangi Rina Kawaei, Terbaru Ada Damemane
-
Piala Asia U-17: Timnas Indonesia Wajib Jaga Marwah saat Ladeni Afghanistan
-
3 Pemain Timnas Indonesia U-17 yang Layak Promosi ke Level Timnas U-20
-
Berniat Rayakan Galungan di Bali: 3 Aktivitas Ini Bikin Kamu Makin Dekat dengan Budaya Lokal
-
Timnas Indonesia U-17: Tim Non-unggulan yang Bikin Lawan-Lawannya dalam Posisi Sulit