Dalam khazanah kumpul-berkumpul, kejadian lelucon dan aksi humoris tentu kerap terjadi. Ngobrol dengan suasana lelucon dapat mengundang tawa hingga nada yang terbahak-bahak, melalui itu pula pikiran stress pun bisa sedikit mereda.
Kumpul bersama teman dihiasi candaan amat banyak terjadi pada setiap momen perkumpulan, beranjak dari sudut pos ronda di pedesaan, hingga ke pusat-pusat kota sekalipun, tak terkecuali pula di lingkungan organisasi dan mahasiswa.
Berteman kepada orang yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan bahasa, terasa erat arti keberagaman. Saling menerima dan menghargai perbedaan adalah kunci utama persaudaraan tak sedarah bisa tetap awet.
Begitulah yang kami rasakan dalam setiap momen-momen perkumpulan kami di organisasi GMNI Majene. Berbagai banyak karakter dan perbedaan telah mempertemukan kami untuk berteman akrab, bahkan sudah menyamai seperti saudara sendiri. Ada yang dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, bahkan di luar Sulawesi sekalipun.
Ngobrol lelucon dengan bayang-bayang canda tawa selalu menghiasi tiap harinya. Ketawa lepas bahkan sindiran candaan pun selalu saja ada ceritanya. Ada teman yang karakter pendiam, suka membuli, dan tingkah-tingkah aneh sekalipun, selalu saja menjadi bahan rindu untuk dikenang.
Di GMNI Majene, ada salah seorang teman yang berasal dari Enrekang, nama lengkapnya Abbas Husain tetapi lebih sering di sapa bung baca', entah apa maksud dari namanya itu, saya pun tak terlalu tahu.
Sosoknya memang suka sekali membercandai temannya, bahkan sindiran kata-kata menusuk pun sering terlontar dari mulutnya. Tetapi aksinya itu selalu saja dibarengi dengan nada yang ketawa terbahak-bahak.
Dirinya memang suka sekali membahas percintaan, tetapi nyatanya dirinya serasa masih berstatus ditindas asmara. Tetapi itulah hanyalah leluconnya saja dan memang dia sangat lihai dalam membuat perkumpulan selalu ada aksi lelucon. Ia serasa tak kehabisan ide untuk membuat orang selalu ketawa. Bahkan sampai-sampai sering dilontarkan kata lelucon kepadanya dengan sebuah, "sangga' mecawa naissangg," yang artinya hanya ketawa yang ia tahu.
Namun meski begitu, itu hanyalah sebagai lelucon saja bagi kami, kata baper di antara kamu seakan tidak ada lagi. Melalui momen-momen seperti demikian justru membuat perkumpulan semakin erat di antara kami. Lelucon telah menjadi pererat persaudaraan dan sukar untuk dilupakan, hingga mengartikan bahwa hidup tidak perlu terlalu diseriusi agar beban pikiran tidak terlalu menggumpal di kepala.
Salam hangat dan salam damai, hidup memang butuh keceriaan.
Tag
Baca Juga
-
Review ASUS Zenbook S16 OLED: Otak Einstein & Bodi Supermodel untuk Profesional
-
Generasi Z, UMKM, dan Era Digital: Kolaborasi yang Bikin Bisnis Naik Level
-
Bung Hatta, Ekonomi Kerakyatan, dan Misi Besar Membangun Kesejahteraan
-
Rengasdengklok: Peristiwa Penting Menuju Kemerdekaan Indonesia
-
Lopi Sandeq: Perahu Runcing yang Menjaga Napas Mandar
Artikel Terkait
Kolom
-
Bijak Berpakaian: Merdeka dari Fast Fashion Demi Bumi yang Lebih Lestari
-
Pikir Dulu Sebelum Kamu Bawa Bocil Nonton Film Panji Tengkorak
-
Peranan dan Strategi Pemuda dalam Penanggulangan Kebakaran Hutan
-
Moringa Oleifera: Suara Alam dalam Intrik Mistik dan Gema Reboisasi
-
3 Hal Sepele yang Diam-Diam Bikin Bumi Sakit!
Terkini
-
4 Exfoliating Toner Korea dengan Kandungan BHA, Ampuh Bantu Lawan Komedo!
-
Upside Down oleh Chanyeol: Tekad Kuat untuk Tak Menyerah pada Diri Sendiri
-
FYP Lagi Aneh, Muncul Tren 'Mama Muda' Menor dan Perang Fans Dadakan di TikTok
-
Dari Lapangan ke Lifestyle: Futsal sebagai Bahasa Gaul Anak Muda
-
Sinopsis New Tokyo Coast Guard, Drama Terbaru Ryuta Sato dan Shigeaki Kato