Beli paket internet super murah dengan kuota 64GB dengan masa waktu 30 hari. Itu salah satu contoh kecil promosi-promosi kouta internet di Indonesia. Tapi pernah gak sih pembaca budiman bertanya, kenapa kuota internet itu mesti harus terbagi-bagi lagi?
Misalnya kouta malam dengan kuota sepersekian, kouta game, kuota sosial media, dan kuota-kuota yang lain. Artinya yang 64GB itu terbagi-bagi, dan hanya sedikit yang tersisa untuk paket utamanya. Padahal kuota utama ini yang paling penting karena bisa digunakan untuk browsing apa saja, entah media sosial, nonton, paket malam, kuota belajar, maupun google. Sederhananya kouta utama serba bisa gitu.
Kenapa sih bukan pengguna sendiri yang harus tentukan paketnya mau dipake apa? Misalnya pengguna mau gunakan nonton youtube hanya 2GB saja, buat google 8GB saja, buat sosmed 5GB, dan seterusnya. Itu tergantung lagi penggunanya yang menyesuaikan. Kenapa dari kuota 64GB itu misalnya tidak digabung hanya paket utama saja, biar pengguna sendiri bebas menentukan menggunakannya untuk apa.
Kan menyebalkan kalau paket utama habis sedangkan paket-paket yang lain masih ada, karena memang paket utama yang paling banyak digunakan. Harus disadari bahwa tidak semua orang suka nonton youtube dan main game, jadi kalau ada kouta game tentu menjadi mubazir bagi mereka yang tidak bermain game.
Saya sendiri salah satunya, di HP saya tidak ada aplikasi game dan memang saya tidak hobi main game, sehingga kuota game saya pun selalu tak ada gunanya hingga masa tenggang kuota habis. Artinya sia-sia dong kalau begitu, tapi seandainya digabung semua jadi satu kuota utama, tentu tidak ada peket yang mubazir.
Iya mungkin ini termasuk teknik marketing sehingga kuota internet itu dibagi memang oleh pihak operator, dan kita sebagai pengguna kuota tidak punya otoritas membagi sendiri paket internet yang sudah kita beli. Ini sama saja kita hanya bisa diatur oleh pihak operator, nasib kita untuk bermedia sosial sudah ditentukan oleh pihak operator.
Di promosi sangat gencar kuota internet 64GB, tapi eh ternyata hanya 8GB kuota utamanya, ini salah satu contoh kecilnya saja ya. Kondisi ini seakan-akan memaksa orang harus bermain game dengan paket sekian, bermedia sosial dengan paket sekian, bahkan juga disuruh bermedia sosial hingga jauh malam melalui paket malam (mulai pukul 00.00-06.00 WIB). Artinya kehidupan kita bermedia sosial telah dipaksa dan diatur dengan sistem operator internet.
Kuota internet paket malam itu yang paling parah, disaat orang-orang kebanyakan untuk istirahat (tidur), justru paket malam yang paling banyak kuotanya ketimbang dengan paket-paket yang lain. Emangnya lho maunya kita berinternet di malam saja.
Kalau ditelisik ini salah satu teknik pihak operator juga, karena sedari dari awal sudah tahu kalau waktu itu pasti sedikit orang yang menggunakannya, sehingga paket malamlah yang menjadi paket porsi terbesar ketimbang yang lain, dan kuota utama yang paling sedikit porsinya pasti akan cepat habis karena paket itu yang paling sering digunakan. Artinya kita disuruh beli kembali kuota internet kalau paket utamanya habis. Saya akui bahwa itu memang strategi yang sangat menguntungkan pihak operator.
Dengan pembagian kuota internet yang ditentukan oleh pihak operator seakaan kita telah diseragamkan untuk menggunakan kuota internet. Kalau beli paket yang sama, tentu pembagian paket internetnya akan sama meskipun pengguna tidak memiliki hobi yang sama dalam menggunakan intenet. Bagi orang yang tidak suka main game, justru disediakan paket game dengan kuota sekian. Ini bisa saja memancing orang untuk main game yang dulunya tidak suka hanya karena menjaga kuota game tidak hangus saja.
Dengan begitu terasa bahwa semua orang harus bermain game, semua orang harus bermedia sosial, semua orang harus berinternet kalau sudah lewat jam 12 malam, dan beberapa pembagian kuota yang lain. Artinya itu bertanda kita seakan-akan diseragamkan dalam menggunakan internet. Rata-rata memang semua operator begitu paket internetnya telah dibagi-bagi, baik itu Axis, Tri (3), Indosat, maupun Telkomsel.
Entah apa pun namanya, apakah ini corak dari sistem kapitalisme atau bukan, tetapi yang jelas kita sebagai pengguna internet seakan telah dihegemoni dan diatur secara tidak langsung. Dan terkesan bahwa kita ini sebagai pengguna internet ingin diseragamkan. Itu sih termasuk problem kecil dari internet kita, dan tentu masih ada yang masalah lain, seperti kenapa internet di Indonesia masih ngadat, dan lain sebagainya.
Video yang Mungkin Anda Sukai.
Baca Juga
-
Estafet Jokowi ke Prabowo, Bisakah Menciptakan Rekrutmen Kerja yang Adil?
-
6 Alasan Kenapa Banyak Orang Lebih Memilih WhatsApp Dibanding yang Lain
-
6 Pengaturan di Windows yang Dapat Memaksimalkan Masa Pakai Baterai Laptop
-
7 Fitur Keamanan Android yang Bisa Lindungi Data Pribadi Kamu
-
4 Trik Tingkatkan Kualitas Audio di Laptop Windows
Artikel Terkait
-
Gebyar Ultah Indosat, Beli Kuota IM3 Murah Meriah via BRImo!
-
Australia Bikin RUU Larangan Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Jika Dilanggar Dendanya Mencapai Rp500 Miliar
-
IM3 Transformasikan Layanan Pascabayar Menjadi IM3 Platinum, Andalkan Digital Experience
-
Telkomsel Dukung Gelaran MPL ID Season 14 Tawarkan Jaringan Tanpa Lag
-
Jadi Tren Lagi di Medsos, Apa Itu Independent Women?
Kolom
-
Trend Lagu Viral, Bagaimana Gen Z Memengaruhi Industri Musik Kian Populer?
-
Usai Kemenangan Telak di Pilpres AS, Apa yang Diharapkan Pendukung Donald Trump?
-
Standar Nikah Muda dan Mengapa Angka Perceraian Semakin Tinggi?
-
Indonesia vs Arab Saudi: Mencoba Memahami Makna di Balik Selebrasi Seorang Marselino Ferdinan
-
Matematika Dasar yang Terabaikan: Mengapa Banyak Anak SMA Gagap Menghitung?
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg