Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | zahir zahir
Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, di Bali pada Senin (14/11). (SAUL LOEB / AFP)

Di awal tahun 2023 ini, ketegangan antara Tiongkok dan Amerika kian memanas akibat dari penembakan objek angkasa yang disinyalir merupakan balon mata-mata Tiongkok pada Minggu (5/2/2023). Balon berukuran cukup besar tersebut memang diketahui telah terbang di atas langit Amerika Serikat sejak akhir bulan Januari 2023 silam. Pihak Amerika Serikat pada akhirnya menerjunkan jet tempur generasi ke-5 yakni F-22 Raptor untuk menembak jatuh balon tersebut.

Hal ini kemudian mendapatkan respon keras dari Beijing. Dilansir dari situs airspace-review.com, Kementerian Pertahanan China memprotes keras tindakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat tersebut.

China beranggapan bahwa respons Amerika terhadap balon cuaca sipil seperti yang disebutkan oleh pihak China terlalu berlebihan. Bahkan, mereka menyebut hal ini akan kian memanaskanj hubungan kedua negara yang memang sedikit kurang akur dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA: Marak Konten Kontroversial, Apakah Semua Salah Ria Ricis?

Persaingan Menjadi Negara Adidaya Modern

Kapal Induk Liaoning milik Angkatan Laut Republik Rakyat Cina (wikipedia.com)

Amerika Serikat memang merupakan salah satu negara super power atau adidaya paling berpengaruh di dunia. Sejak berakhirnya perang dunia ke-2, Amerika Serikat kian tumbuh memperkuat kekuatan Ekonomi dan militernya guna memperkuat pengaruhnya di dunia global.

Di masa lalu mungkin rival Amerika Serikat dalam urusan pengaruh di dunia adalah Uni Soviet. Rivalitas keduanya juga dikenal sebagai masa perang dingin (cold war) yang berlangsung selama kurang lebih 40 tahun hingga negara komunis terbesar di dunia tersebut runtuk pada tahun 1991.

Pewaris Soviet yakni Russia juga masih menjadi rival terbesar bagi Amerika Serikat hingga hari ini. Belum lagi saat negara Russia melakukan invasi terhadap Ukraina pada 2022 silam membuat rivalitas antara Russia dan Amerika Serikat dan NATO kian kentara. Namun, kita kesampingkan dahulu rivalitas antara Russia dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut memang menjadi salah satu negara super power di dunia hingga hari ini.

Akan tetapi, kebangkitan China dalam beberapa dekade terakhir memang tidak bisa dianggap remeh dan menjadi salah satu pihak yang dikhawatirkan oleh Amerika Serikat dalam mempertahankan eksistensinya di dunia global. Republik Rakyat China atau Tiongkok memang sejak dekade 2000-an giat membangun kekuatan ekonomi dan militernya.

Dilansir dari situs Global Fire Power (GFP), Tiongkok masih menempati urutan ke-3 dalam kekuatan militer di dunia. Posisi Tiongkok masih dibawah Amerika Serikat dan Russia yang berada di peringkat 1 dan 2.

Namun, kemajuan militer Tiongkok dalam beberapa tahun belakang memang cukup mengejutkan. Mereka mampu mengembangkan beragam sistem persenjataan mutakhir yang diklaim setara atau bahkan melebihi alutsista negara-negara yang terkenal sebagai produsen senjata internasional seperti Amerika Serikat dan Russia.

Hal tersebut tentunya tidak terlalu mengejutkan di mana Tiongkok di masa lalu memang giat melakukan pembangunan industri pertahanan dan penguatan aspek perekonomian. Seperti yang diketahui pengembangan industri pertahanan dan industri penunjang lainnya menjadi salah satu faktor majunya kekuatan militer negara Tiongkok atau China. Belum lagi pertumbuhan perekonomian China dalam beberapa dekade terakhir juga turut memegang andil kemajuan militer negara tersebut.

Peluang Meletusnya Konflik Terbuka Antara China dan Amerika Serikat

Pasca insiden masuknya balon mata-mata milik China di kawasan Amerika Serikat dan dibalas dengan ditembaknya balon tersebut membuat hubungan kedua negara kini kian memanas. Hal ini seakan-akan menjadi rentetan peristiwa gesekan kekuatan militer antara kedua belah pihak.

Dalam beberapa tahun ke belakang, Tiongkok memang seringkali menunjukkan kekuatan militernya dengan melakukan patroli militer dan latihan perang di kawasan yang diklaim sebagai miliknya. Mulai dari dekat selat Taiwan, kawasan dekat perairan Jepang hingga kawasan Laut China Selatan.

Tentunya hal ini juga direspons oleh pihak Amerika Serikat dengan menempatkan armada gugus tempurnya di beberapa pangkalan atau negara yang berhaluan blok barat seperti di Guam, Filipina, Jepang dan Australia.

Bahkan, Amerika Serikat juga sempat menempatkan beberapa unit pesawat bomber B-2 Spirit dan B-1 Lancer di pangkalan militernya di Guam. Tentunya hal ini merupakan respon terhadap manuver yang dilakukan Tiongkok dalam beberapa tahun ini.

Beberapa pengamat militer juga berpendapat apabila kedua negara tidak bisa meredam tensi yang kian memanas ini, bisa jadi kedua negara akan terlibat konflik bersenjata secara terbuka dalam beberapa tahun ke depan. Tentunya apabila sampai terjadi konflik terbuka antara kedua negara ini, tidak menutup kemungkinan negara-negara lain akan kian terlibat dalam konflik tersebut.

zahir zahir