Di tanggal 23 Maret kali ini kembali diperingati sebagai Hari Meteorologi Sedunia atau World Meteorological Day. Melansir dari situs National Today, peringatan yang jatuh setiap tanggal 23 Maret ini diadakan bersamaan dengan hari berdirina induk organisasi meterologi internasional atau World Meteorological Organization pada 23 Maret 1950. Peringatan hari meteorologi sedunia ini juga sekaligus sebagai pengingat masyarakat atas bahaya perubahan iklim dunia yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Iklim dan cuaca tentunya merupakan hal yang hampir mustahil dapat dikontrol oleh manusia. Akan tetapi, perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di dunia bisa pula disebabkan oleh faktor kegiatan atau aktivitas manusia. Aktivitas manusia setiap harinya bisa menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan iklim yang cukup ekstrim dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan iklim yang cukup ekstrim tersebut tentunya juga menjadi sebuah ancaman serius di masa depan apabila tidak ditanggulangi secara baik.
Pembuangan Emisi Gas Buang Menjadi Faktor Utama Pemicu Perubahan Iklim
Di era modern seperti sekarang ini tentunya keberadaan kendaraan bermotor yang sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya menjadi salah satu faktor perubahan iklim yang cukup ekstrim di beberapa belahan dunia. Pelepasan gas karbon monoksida yang tidak terkendali tersebut disinyalir oleh beberapa ahli menjadi salah satu pemicu perubahan iklim dan suhu di beberapa daerah yang kian panas.
Melansir dari data yang diriilis oleh CEIC, pada tahun 2021 saja jumlah kendaraan bermotor yang ada di Indonesia mencapai lebih dari 22 juta unit kendaraan. Jumlah tersebut tentunya dapat bertambah di tahun-tahun berikutnya. Jumlah kendaraan bermotor yang ada di seluruh dunia diprediksi akan mencapai lebih 100 miliyar unit pada tahun 2025 dan sebagian besar kendaraan tersebut masih menggunakan bahan bakar fosil dengan tingkat gas buang yang tinggi.
Permasalahan gas buang kendaraan yang berlebih tersebut tentunya menjadi ancaman yang cukup serius dan dapat meningkatkan suhu permukaan bumi secara drastis dan dapat memicu global warming yang lebih tinggi. Belum lagi gas buang atau limbah asap yang dihasiilkan oleh berbagai macam industri juga dapat menjadi salah satu faktor perubahan iklim yang cukup ekstrim di dunia. Peningkatan suhu permukaan bumi yang kian meninggi juga beresiko mencairkan lapisan es di kawasan kutub yang dapat menjadi bencana global dan penyebab punahnya beberapa hewan endemik kawasan tersebut.
BACA JUGA: CEK FAKTA: Mimi Bayuh Dinikahi Raffi Ahmad karena Hamil, Benarkah?
Solusi Pengurangan Emisi Gas Buang dan Pelestarian Lingkungan
Perubahan iklim dan cuaca yang cukup ekstrim dalam beberapa tahun terakhir tentunya menimbulkan beragam kecemasan di masyarakat mengenai kondisi iklim bumi di masa depan. Saat ini mulai banyak gerakan atau kampanye yang menyuarakan terhadap pengurangan emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan dan industri. Beberapa kampanye seperti mengurangi penggunaan kendaraan bemotor dengan cara naik kendaraan umum, berjalan kaki atau menggunakan kendaraan lain seperti sepeda mulai digalakkan di beberapa daerah di dunia.
Selain itu, pengolahan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri, khususnya limbah asap menjadi salah satu hal yang harus diawasi secara ketat oleh berbagai pihak terkait. Sejauh ini memang pengolahan limbah industri menjadi hal yang seringkali diabaikan karena memang memerlukan waktu dan biaya yang berlebih, sehingga beberapa oknum seringkali mengabaikan pengolahan limbah tersebut sebelum dibuang ke alam.
Solusi dalam mengatasi perubahan iklim yang dapat mengintai di masa depan adalah dengan menjaga kelestarian hutan dan ruang terbuka hijau sebagai elemen penyeimbang dari polutan yang dilepaskan oleh kegiatan industri. Selain itu, masyarakat bisa mengurangi penggunaan plastik atau barang-barang yang susah diurai oleh tanah. Masyarakat juga mulai diarahkan untuk membatasi penggunaan alat-alat elektronik apabila dirasa tidak terlalu diperlukan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Calvin Verdonk Singgung Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Ini Alasannya
-
Bersaing dengan 2 Seniornya, Apakah Arkhan Kaka Bisa Dilirik oleh STY?
-
Indonesia Perlu Waspadai Myanmar di AFF Cup 2024, Jadi Tim Kuda Hitam?
-
Titus Bonai Sebut Ada Perbedaan Kondisi Dulu dan Saat Ini di Tim Nasional Indonesia
Artikel Terkait
-
Jelang Libur Nataru, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem di Labuan Bajo
-
Potret Aksi Tuntut Penghentian Proyek Energi Fosil di Indonesia
-
Jendela Krisis Iklim Lewat Musik, Album Sonic/Panic Vol. 2 Resmi Dirilis di Ubud, Bali
-
Menilik Komitmen Pelaku Industri Nasional Terapkan Program Keberlanjutan
-
Desakan Krisis Iklim: Pemanfaatan Energi Berkelanjutan dan Green Jobs
Kolom
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Apatis atau Aktif? Menguak Peran Pemilih Muda dalam Pilkada
-
Mengupas Tantangan dan Indikator Awal Kredibilitas Pemimpin di Hari Pertama
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat