Hari Meteorologi Sedunia dan Ancaman Perubahan Iklim Dunia

Hikmawan Firdaus | zahir zahir
Hari Meteorologi Sedunia dan Ancaman Perubahan Iklim Dunia
Ilustrasi Kondisi Cuaca di Belahan Dunia (pexels/pixabay)

Di tanggal 23 Maret kali ini kembali diperingati sebagai Hari Meteorologi Sedunia atau World Meteorological Day. Melansir dari situs National Today, peringatan yang jatuh setiap tanggal 23 Maret ini diadakan bersamaan dengan hari berdirina induk organisasi meterologi internasional atau World Meteorological Organization pada 23 Maret 1950. Peringatan hari meteorologi sedunia ini juga sekaligus sebagai pengingat masyarakat atas bahaya perubahan iklim dunia yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Iklim dan cuaca tentunya merupakan hal yang hampir mustahil dapat dikontrol oleh manusia. Akan tetapi, perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di dunia bisa pula disebabkan oleh faktor kegiatan atau aktivitas manusia. Aktivitas manusia setiap harinya bisa menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan iklim yang cukup ekstrim dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan iklim yang cukup ekstrim tersebut tentunya juga menjadi sebuah ancaman serius di masa depan apabila tidak ditanggulangi secara baik.

Pembuangan Emisi Gas Buang Menjadi Faktor Utama Pemicu Perubahan Iklim

Ilustrasi Pembuangan Gas Hasil Industri (pexels/chris wood)
Ilustrasi Pembuangan Gas Hasil Industri (pexels/chris wood)

Di era modern seperti sekarang ini tentunya keberadaan kendaraan bermotor yang sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utamanya menjadi salah satu faktor perubahan iklim yang cukup ekstrim di beberapa belahan dunia. Pelepasan gas karbon monoksida yang tidak terkendali tersebut disinyalir oleh beberapa ahli menjadi salah satu pemicu perubahan iklim dan suhu di beberapa daerah yang kian panas.

Melansir dari data yang diriilis oleh CEIC, pada tahun 2021 saja jumlah kendaraan bermotor yang ada di Indonesia mencapai lebih dari 22 juta unit kendaraan. Jumlah tersebut tentunya dapat bertambah di tahun-tahun berikutnya. Jumlah kendaraan bermotor yang ada di seluruh dunia diprediksi akan mencapai lebih 100 miliyar unit pada tahun 2025 dan sebagian besar kendaraan tersebut masih menggunakan bahan bakar fosil dengan tingkat gas buang yang tinggi.

Permasalahan gas buang kendaraan yang berlebih tersebut tentunya menjadi ancaman yang cukup serius dan dapat meningkatkan suhu permukaan bumi secara drastis dan dapat memicu global warming yang lebih tinggi. Belum lagi gas buang atau limbah asap yang dihasiilkan oleh berbagai macam industri juga dapat menjadi salah satu faktor perubahan iklim yang cukup ekstrim di dunia. Peningkatan suhu permukaan bumi yang kian meninggi juga beresiko mencairkan lapisan es di kawasan kutub yang dapat menjadi bencana global dan penyebab punahnya beberapa hewan endemik kawasan tersebut.

BACA JUGA: CEK FAKTA: Mimi Bayuh Dinikahi Raffi Ahmad karena Hamil, Benarkah?

Solusi Pengurangan Emisi Gas Buang dan Pelestarian Lingkungan

Kondisi Iklim di Belahan Bumi (unsplash/jaime photography)
Kondisi Iklim di Belahan Bumi (unsplash/jaime photography)

Perubahan iklim dan cuaca yang cukup ekstrim dalam beberapa tahun terakhir tentunya menimbulkan beragam kecemasan di masyarakat mengenai kondisi iklim bumi di masa depan. Saat ini mulai banyak gerakan atau kampanye yang menyuarakan terhadap pengurangan emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan dan industri. Beberapa kampanye seperti mengurangi penggunaan kendaraan bemotor dengan cara naik kendaraan umum, berjalan kaki atau menggunakan kendaraan lain seperti sepeda mulai digalakkan di beberapa daerah di dunia.

Selain itu, pengolahan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri, khususnya limbah asap menjadi salah satu hal yang harus diawasi secara ketat oleh berbagai pihak terkait. Sejauh ini memang pengolahan limbah industri menjadi hal yang seringkali diabaikan karena memang memerlukan waktu dan biaya yang berlebih, sehingga beberapa oknum seringkali mengabaikan pengolahan limbah tersebut sebelum dibuang ke alam.

Solusi dalam mengatasi perubahan iklim yang dapat mengintai di masa depan adalah dengan menjaga kelestarian hutan dan ruang terbuka hijau sebagai elemen penyeimbang dari polutan yang dilepaskan oleh kegiatan industri. Selain itu, masyarakat bisa mengurangi penggunaan plastik atau barang-barang yang susah diurai oleh tanah. Masyarakat juga mulai diarahkan untuk membatasi penggunaan alat-alat elektronik apabila dirasa tidak terlalu diperlukan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak