Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian atau peristiwa perundungan pada lingkungan anak-anak. Ironisnya aksi tak terpuji tersebut kerap terjadi pada lingkungan pendidikan atau bisa disebut lingkungan anak sekolah.
Perundungan atau lebih dikenal sebagai bullying merupakan sebuah tindakan kriminal yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang kepada seseorang atau kelompok lain. Tindakan yang dilakukan bisa berupa aksi fisik ataupun non-fisik. Apa pun tindakan yang dilakukan pasti akan membuat sang korban mengalami luka.
BACA JUGA: Antara Minyak, Senjata Perang, dan Mencari Jalan Damai di Timur Tengah
Kejadian yang sering terjadi kali ini adalah aksi bullying di dalam lingkungan sekolah atau pendidikan. Di mana sekolah harusnya menjadi sebuah tempat untuk seseorang mencari ilmu dan mendapatkan nilai-nilai kehidupan, tetapi faktanya tidak seperti itu. Rasanya nilai-nilai esensial yang diajarkan di sekolah tidak tertanam dalam benak para siswa.
Contoh kasus bullying terbaru adalah dilakukan oleh anak SMP di Cilacap. Kejadian menyedihkan tersebut viral di seluruh jagat sosial media Indonesia. Diketahui motif pelaku melakukan bullying adalah karena masalah perebutan seorang wanita. Korban tak berani melawan dan hanya bisa berpasrah saja.
Bercermin dari kejadian tersebut, betapa rendahnya rasa empati seseorang untuk saling mengerti. Anehnya lagi, setiap seseorang melakukan aksi perundungan, teman-teman yang lain malah asyik merekam dan diunggah ke media sosial mereka. Rasanya tidak ada rasa kemanusiaan di dalam diri mereka.
BACA JUGA: Mengatasi Beragam Aksi Kekerasan di Satuan Pendidikan
Itu kejadian yang direkam lalu di diketahui oleh publik, belum lagi aksi-aksi perundungan di luar sana yang tidak terekspos oleh khalayak umum. Jika dibayangkan, sudah berapa banyak aksi bullying yang terus terjadi di dunia pendidikan Indonesia ini.
Menurut studi Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) pada tahun 2018 menyebutkan bahwa ada sebanyak 41% pelajar di Indonesia yang menjadi korban aksi bullying. Sebuah angka yang cukup besar untuk tahun 2018. Pada tahun 2023, Sekjen FSGI Heru Purnomo mengatakan bahwa dalam periode bulan JanuariāJuli 2023, terdapat 41 peserta didik yang menjadi korban perundungan.
Lalu jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan dan dibenahi? Institusi pendidikan, peserta didik, atau orang tua?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Timnas Indonesia Wajid Pertajam Lini Serang jika Ingin Lolos Piala Dunia 2026!
-
Kenapa Penalti Justin Hubner Diulang? Ternyata Begini Alasannya!
-
Bak Emi Martinez, Ernando Ari Unjuk Tarian Usai Blok Tendangan Penalti
-
Miliki Squad Lebih Mahal, Apakah Timnas Indonesia U-23 Bisa Taklukan Qatar?
-
Menerka Peluang Timnas Indonesia Lawan Qatar di Piala Asia U-23
Artikel Terkait
-
Harapan Baru di Kampung Sanem, Asmat: Sekolah Baru untuk Semua Warga
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Kompak Sentil Menteri, Pendidikan Melly Goeslaw Vs Rieke Diah Pitaloka Kontras
-
Dulu Menggebu-gebu Jadi Menteri, Jerome Polin Kini Fokus Berkontribusi untuk Pendidikan
-
Pentingnya Fasilitas Pendidikan Terintegrasi dengan Perumahan: Investasi Terbaik untuk Masa Depan
Kolom
-
Thrifting: Gaya Hidup Hemat atau Ancaman Industri Lokal?
-
Thrifting: Gaya Hidup Hemat atau Ancaman Industri Lokal?
-
Tantangan Literasi di Era Pesatnya Teknologi Informasi
-
Tren Media Sosial dan Fenomena Enggan Menikah di Kalangan Anak Muda
-
Mengemis Digital di TikTok: Ketika Harga Diri Menjadi Komoditas
Terkini
-
Usai Konser di 'Bukan Main' Vindes, Sukatani Menjadi Band Punk Kian Eksis
-
Hasil Box Office Joker 2 Dinilai Mengecewakan, Warner Bros Beri Komentar
-
Tampil Feminin saat Hangout dengan 4 Padu Padan Outfit Rok ala Beby Tsabina
-
Mengulas Romantisme Ibukota Lewat 'Kisah dari Selatan Jakarta' Karya WSATCC
-
Taeyeon Girls' Generation Bahas Ketidaksempurnaan di Lagu Baru 'Hot Mess'