Generasi muda sudah tak bisa dipungkiri mereka pasti mengerti akan bahasa cinta atau yang dikenal dengan love language. Pemahaman yang timbul ini tak cukup diketahui saja, tetapi juga dilakukan di kehidupan mereka. Misalnya, kepada keluarga, teman, dan sahabat dekatnya.
Terkadang love language juga menjadi senjata untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepada pacar atau hubungan dengan lawan jenis. Hal inilah yang sebenarnya kurang baik untuk dilakukan sebagai pelajar, karena bisa terjadinya kesalahpahaman antara satu sama lain.
Walau bahasa cinta memberikan efek positif seperti membuat hubungan menjadi langgeng, tentu saja jika siswa SMA yang melakukan ini akan memunculkan dampak negatif. Misalnya, dengan words of affirmation yaitu perkataan "kamu cantik hari ini."
Kalimat tersebut bisa menimbulkan respons yaitu antara percaya dan tidak, timbul prasangka bahwa dia cantik hanya di hari itu saja, atau jangan-jangan hanya menjadi senjata lelaki agar pasangannya tersenyum dan bahagia dengan perkataan dirinya.
Ini merupakan salah satu kesalahpahaman yang ada dan bisa menjadi keributan, selain itu dalam berhubungan jangan sampai memperhitungkan seberapa banyak jumlah love language yang diberikan oleh pasangan, apalagi dibanding-bandingkan dengan rasa cinta.
Karena makna cinta sejati yang sebenarnya adalah seseorang yang tulus dengan pasangannya dalam keadaan apapun. Bahkan, anggap saja love language itu sebagai perasaan kebahagiaan sementara dengan pasangan dan tak perlu diperhitungkan setelahnya.
Jika siswa SMA ketergantungan dengan love language, maka bisa berdampak buruk seperti rentan untuk dimanipulasi atau dibodoh-bodohi oleh orang lain atau pasangannya sendiri.
Sebaiknya lebih baik melakukan afirmasi positif untuk menyemangati diri sendiri dalam menghadapi kehidupan. Kemudian, akan bisa jadi berbahaya ketika generasi muda tak bisa membedakan orang yang tulus dan manipulatif saat bercakap-cakap.
Melakukan love language lebih disarankan untuk mengutamakannya kepada setiap individu bukan kepada orang lain terlebih dahulu, karena ketika orang yang selalu menyemangati tidak ada bisa jadi kita terbawa dengan suasana dan keadaan yang ada, sehingga membuat hati menjadi sedih berlarut-larut tiada henti.
Dengan demikian, adanya bahasa cinta ini memberikan berbagai implikasi dan efek yang terjadi tergantung dengan kita paham dengan waktu kapan menggunakannya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Peduli Kebersihan! Aksi Ekologi Peserta MPLS di SMA Negeri 1 Purwakarta
-
Keren! Rizky Pratama Riyanto Sabet 5 Kali Juara Lomba Video di Karawang
-
Futsal dan Kecerdasan Spasial: Penting Diterapkan dalam Pendidikan?
-
Meriah! HUT ke-68 SMA Negeri 1 Purwakarta Penuh dengan Nasi Tumpeng
-
Taruh Batu di Atas Rel: Apakah Membahayakan Perjalanan Kereta Api?
Artikel Terkait
-
Maraknya Judi Online: Seberapa Buruk Dampak Negatifnya?
-
Kenali Tanda-tanda Kamu Mulai Stres Akibat Tekanan Keluarga dan Cara Mengatasinya
-
Siswa SMA di Papua Ikut Demo Tolak Makan Bergizi Gratis, Netizen Sentil Deddy Corbuzier: Beraninya Sama Anak SD
-
Harap-Harap Cemas Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia Di Balik Rencana Pemerintah Pangkas Anggaran
-
Efisiensi Anggaran vs Janji Politik, Pengamat: Kepala Daerah Wajib Tepati Janji Kampanye!
Kolom
-
Move On yang Tertunda: Bagaimana Otak Menyimpan Hubungan yang Sudah Usai
-
Tertinggal atau Terjebak? FOMO dan Luka Batin Era Digital
-
Saat Kenangan Jadi Komoditas: Psikologi di Balik Tren Vintage Masa Kini
-
Menyelamatkan Harimau: Ketika Konservasi Satwa Liar Menjadi Solusi Iklim
-
Psikolog Masuk Sekolah: Kebutuhan Mendesak atau Sekadar Wacana?
Terkini
-
5 Jurus Sakti Biar HP Bebas Iklan Ngeselin, Auto Adem Jiwa di 2025
-
Review Novel Pulang: Kisah Eksil Politik yang Terasing dari Negara Asalnya
-
4 Rekomendasi Toner dengan Willow Bark yang Ampuh Redakan Breakout Wajah
-
Jika Raih Gelar AFF Cup U-23 2025, Gerald Vanenburg Bisa Lampaui STY?
-
Belajar Merasa Cukup dengan Apa yang Kita Punya Lewat Buku Everything You'll Ever Need