Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sergio Asqueli
Ilustrasi Work From Anywhere (Pexels/Mart Production)

Bencana Covid-19 pada beberapa waktu lalu membawa dampak perubahan yang begitu besar terhadap pola kehidupan manusia saat ini. Perubahan bukan hanya dari pola kesehatan manusia namun juga pada budaya kerja yang semakin fleksibel. 

Di era digital dan pasca pandemi, budaya kerja mengalami perubahan signifikan mengikuti tren kerja yang semakin populer yakni Work From Anywhere (WFA), dimana para pekerja tidak lagi terikat dengan kantor fisik melainkan dapat bekerja dari mana saja. Model kerja ini didorong oleh kebutuhan saat pandemi, namun kini fenomena kerja ini menjadi tren secara global yang mengubah cara pandang perusahaan dan pekerja terhadap produktivitas. 

Lantas, apakah tren kerja ini akan bertahan lama ataukah hanya tren sesaat? Mari kita bahas lebih dalam.

Work from Anywhere vs. Work from Home: Apa Bedanya? 

sebelum jauh membahas tentang budaya kerja yang fleksibel mari kita bedakan terlebih dahulu dua konsep yang sering dianggap sama ini. 

Work From Home (WFH) merupakan istilah bekerja yang digunakan bagi para pekerja yang bekerja dari rumah. Ciri dari WFH adalah memungkinkan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dari rumah yang tidak berhubungan fisik dengan kantor atau dengan kata lain pekerja dalam bekerja masih pada lingkungan yang sama. Sedangkan, Work From Anywhere (WFA) merupakan istilah bekerja yang digunakan bagi para pekerja yang dapat bekerja dari mana saja. Ciri dari WFA adalah memungkinkan para pekerja untuk bebas melakukan pekerjaan mereka dari mana saja, baik dari rumah, cafe, coworking space, atau bahkan dari luar negeri sekalipun. 

Konsep WFA lebih fleksibel dibandingkan dengan WFH karena tidak membatasi lokasi kerja, selama mereka masih terhubung dengan tim dan tetap produktif. 

Faktor yang Mendorong Popularitas Work From Anywhere

Tren bekerja secara fleksibel yang hari ini banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan dan para pekerja tentunya tidak serta merta langsung hadir dan menjadi budaya populer, terdapat beberapa faktor yang mendorong tren kerja ini menjadi populer seperti perkembangan teknologi yang mendukung dari proses kerja yang lebih efektif. Hadirnya teknologi seperti cloud computing dan berbagai perangkat lunak seperti zoom, slack, trello dan aplikasinya lainnya, membuat proses kerja dari mana saja dapat tercapai serta, konektivitas internet yang lebih luas memungkinkan pekerja mampu untuk tetap produktif meskipun dari berbagai tempat. 

Selain itu, salah satu faktor yang menjadi pendorong popularitas dari WFA adalah efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih sedikit untuk WFA ketimbang bekerja di kantor. Perusahaan memilih tren ini karena biaya operasional seperti sewa gedung, pembayaran tagihan listrik, pembelian dan pemeliharaan fasilitas dapat dikurangi atau dialokasikan pada sektor lainnya. 

Gaya hidup digital nomad yang mana digandrungi oleh para pekerja dari kalangan milenial dan gen z yang lebih memilih kebebasan untuk bekerja sambil bepergian ke berbagai tempat. Hal ini berpengaruh dan berkaitan erat dengan salah satu faktor pendorong dari popularitas WFA yakni work-life balance yang mana para pekerja beranggapan bahwa mereka akan lebih sehat secara mental dan fisik ketika mereka dapat mengatur waktu dan tempat kerja sesuai dengan kenyamanan mereka. 

Tantangan dan Hambatan dalam Work from Anywhere

Meskipun menawarkan fleksibilitasnya pada pola work from anywhere, namun terdapat tantangan yang dibarengi pada pola kerja ini yang mana tantangan tersebut harus diatasi. 

Manajemen waktu dan disiplin menjadi tantangan yang banyak dirasakan oleh para pekerja WFA karena dengan fleksibilitasnya tidak semua orang mampu untuk tetap produktif tanpa pengawasan langsung. Sehingga, hambatan yang datang dari manajemen waktu dan disiplin terhadap pekerjaan harus diatasi oleh pekerja itu sendiri dengan cara mencari motivasi serta alasan kuat yang ditanamkan dalam diri untuk tetap produktif. 

Selain itu, tantangan berupa keamanan data juga menjadi salah satu faktor yang menghambat dari WFA. Meskipun bekerja dari mana saja menawarkan kenyamanan bagi para pekerja namun hal yang perlu disadari adalah dengan bekerja pada berbagai tempat juga meningkatkan risiko keamanan data perusahaan yang sewaktu-waktu bisa dibobol atau dicuri terutama ketika para pekerja menggunakan jaringan internet publik. Dengan mengurangi risiko tersebut para pekerja WFA dapat memanfaatkan jaringan pribadi atau dapat menggunakan proteksi terhadap jaringan. 

Salah satu tantangan yang menjadi hambatan dari work from anywhere adalah komunikasi. Meskipun work from anywhere dalam komunikasi antara pekerja dengan tim menggunakan berbagai perangkat yang canggih namun, tetap saja pada komunikasi secara daring dianggap kurang efektif yang mana dalam beberapa pekerjaan yang membutuhkan interaksi yang intensif seperti, brainstorming kreatif atau pengambilan keputusan yang cepat, komunikasi secara daring bisa menjadi hambatan yang signifikan bagi kelancaran sebuah proyek dibanding dengan pertemuan tatap muka. 

Apakah Work from Anywhere Bisa Menjadi Standar Baru?

Popularitas work from anywhere yang menjadi tren kerja saat ini, merupakan model kerja yang dikembangkan saat dunia mengalami pandemi beberapa tahun silam. Model bekerja dari mana saja menjadi pandangan dunia baru terhadap produktivitas dari bekerja yang tidak melulu dilakukan dari kantor, melainkan produktivitas kerja dapat dilakukan dari mana saja. 

Beberapa perusahaan besar seperti, Spotify dan Twitter (X) telah menerapkan model kerja work from anywhere secara permanen. Sementara itu, beberapa perusahaan lainnya menggunakan model hybrid yang menggabungkan kerja fleksibel dan beberapa hari wajib kantor. Dengan diterapkannya model kerja yang fleksibel ini pada perusahaan besar tersebut menunjukan bahwa dalam meningkatkan produktivitas kerja bisa dilakukan dari mana saja dan memberi keuntungan bagi perusahaan maupun bagi para pekerja. 

Model kerja darimana saja yang sangat digandrungi oleh para milenial dan gen z oleh karena memberikan kebebasan bekerja dari berbagai lokasi, menjadikan tren ini memiliki beberapa kemungkinan skenario masa depan yakni, hybrid work akan menjadi standar dominan untuk bekerja yang mana perusahaan tetap memberikan fleksibilitas bagi para pekerja namun, jadwal untuk ke kantor akan tetap diatur. Selain itu, work from anywhere tetap digunakan namun bagi beberapa industri seperti sektor teknologi, industri kreatif, dan industri digital yang pada dasarnya tidak memerlukan kantor fisik untuk bekerja. Skenario berikutnya adalah penyesuaian kebijakan work from anywhere sesuai dengan kebutuhan perusahaan yang mana perusahaan menyesuaikan kebijakan berdasarkan kebutuhan bisnis, regulasi, dan budaya kerja yang dibangun. 

Work from anywhere bila ditelisik bukan hanya sekedar tren sesaat, namun sebuah bentuk pandangan atau transformasi baru bagi budaya kerja yang setiap harinya diterima secara global. Akan tetapi, keberhasilan dari model kerja ini ditentukan oleh kesiapan perusahaan dan pekerja dalam menjawab tantangan yang dibarengi oleh model kerja ini. Dengan perkembangan teknologi yang pesat serta pandangan baru terhadap produktivitas kerja mampu mendorong model WFA agar terus berkembang, baik sebagai standar utama dalam bekerja maupun sebagai bagian dari sistem kerja hybrid. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Sergio Asqueli

Baca Juga