Jejaring media sosial yang marak di lintas generasi menimbulkan efek negatif melalui postingan yang bermunculan di beranda, dengan membuka reels di Instagram, YouTube, Facebook, dan TikTok secara bergantian dan terus menerus tanpa henti.
Dari aktivitas itu mulai muncul pemahaman dan cara berpikir yang secara tidak sadar diserap ke otak, Maka dari itu, sesuatu yang dilihat akan masuk ke dalam pikiran. Setiap postingan yang ada di media sosial, tak semuanya berdampak positif bagi diri kita.
Pada hakikatnya, semua orang bisa mengetik, menyunting, dan mengunggah foto atau video apa saja. Hasil rekaman yang diedit dan dipotong sehingga tidak sesuai dengan kenyataannya lalu diunggah di media sosial pun bisa, mengunggah sebuah kata-kata dengan latar belakang gambar atau video juga bisa dilakukan. Walaupun itu hanya curhatan belaka yang belum bisa dipastikan kebenarannya berdasarkan data dan fakta yang terjadi.
Tetapi akar permasalahan sebenarnya bukan hal tersebut, justru yang menjadi pertanyaan adalah sebenarnya apa tujuan awal kita dalam menggunakan media sosial? Apakah hanya untuk menjalin komunikasi saja?
Lalu, postingan media sosial yang sering kali ditonton selama ini, apakah dijadikan sebagai media hiburan belaka atau malahan racun yang merusak standar hidup untuk kemajuan diri sendiri?
Lalu, Apa Sebenarnya Tujuan dari Penggunaan Media Sosial?
Berdasarkan kenyataannya, orang tua ketika melihat postingan yang menampilkan anak orang lain mendapatkan juara perlombaan, sukses masuk sekolah favorit atau perguruan tinggi negeri, dan pencapaian lainnya membuat anaknya sendiri merasa terpinggirkan dengan membanding-bandingkan kemampuan dan pencapaian yang diperoleh. Begitu juga ditularkan kepada anaknya yang melanjutkan kehidupan sesuai dengan standar media sosial, padahal belum tentu semuanya akan berdampak baik pada kehidupan yang dijalani.
Mari bersama-sama teguhkan niat dan tekad bahwa melihat postingan media sosial itu bukan dijadikan sebagai standar hidup, tetapi dijadikan inspirasi dan motivasi untuk diri sendiri. Ambil baiknya, buang buruknya, dan tidak perlu melihat atau mendengarkan hal yang membuat rusak hidup kita sendiri.
Inspirasi dan motivasi dari unggahan media sosial bisa membuat diri kita makin semangat mengarungi perjalanan kehidupan dan menggapai keinginan yang sedang diusahakan, asalkan tidak memunculkan rasa rendah diri, membandingkan diri sendiri, dan apalagi merasa tidak berguna untuk dilahirkan di dunia ini.
Penggunaan media sosial memang bisa menimbulkan berbagai respons positif dan negatif tergantung pemakainya. Dampak negatif yang bisa terjadi dapat menimbulkan ketidakpuasan diri, kecemburuan sosial, dan depresi. Hal ini perlu diwaspadai dengan menghindari penggunaan yang buruk dan kurang baik dalam menghadapinya.
Oleh sebab itu, tujuan penggunaan media sosial yakni sebagai media hiburan, mencari inspirasi, dan menguatkan motivasi perlu ditanamkan kepada seluruh penggunanya agar tidak menimbulkan efek negatif yang makin parah.
Postingan di media sosial bisa diunggah oleh semua pengguna, berbeda hal nya dengan penerbitan buku, koran, atau majalah yang melihat sisi etika dan moral. Melihat postingan di internet tidak ada salahnya, tetapi bisa berdampak buruk jika pemahaman otak kita sudah terpengaruh dengan standar media sosial. Dengan adanya media sosial, selain kita bisa melihat berbagai unggahan di dalamnya.
Marilah kita ikut serta untuk mengunggah konten positif dan membangun jejak atau langkah kebaikan untuk menghindarkan diri dari kejamnya fitnah dunia maya dan ketidaksesuaian pemahaman yang menjadikan racun sosial bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Baca Juga
-
Purwakarta Run 5K 2025: Ribuan Pelari Padati Jalanan dan Alun-Alun Kota
-
Semarak Perlombaan dan Talenta Singa di Perayaan Hari Anak Nasional 2025 Karawang
-
Peduli Kebersihan! Aksi Ekologi Peserta MPLS di SMA Negeri 1 Purwakarta
-
Keren! Rizky Pratama Riyanto Sabet 5 Kali Juara Lomba Video di Karawang
-
Futsal dan Kecerdasan Spasial: Penting Diterapkan dalam Pendidikan?
Artikel Terkait
-
Tips Aktif di Luar Ruangan Tanpa Takut Terik
-
15 Gaya Hidup Murahan yang Sekarang Jadi Simbol Kekayaan, Kamu Sudah Coba?
-
Jam Tangan & Karier: Bagaimana Gaya Minimalis Bisa Mendongkrak Citra Profesional Anda
-
Komdigi Gandeng UNICEF Terapkan Aturan Baru Batasi Anak Main Medsos
-
TPA Jatiwaringin Kritis, Tersisa 6 Hektar dari 31 Hektar Lahan
Kolom
-
Ketika Kesepian Menjadi Wajah Baru Krisis Sosial
-
Membaca Jadi Lebih Hidup: Dari Komunitas hingga Peran Media Sosial
-
Fenomena Bendera One Piece: Antara Kreativitas, Hukum, dan Simbol Negara
-
One Piece, Simbol Kecewa, dan Negara yang Tak Lagi Mendengar
-
Merdeka Tapi Masih Overwork: Refleksi Kemerdekaan di Tengah Hustle Culture
Terkini
-
Satu-Satunya Pemain Berlabel Timnas, Harga Justin Hubner Tergolong Rendah di Fortuna Sittard
-
Piala AFF Wanita: Timnas Indonesia Jalani Sesi Psikologi, Apa Manfaatnya?
-
Crazier oleh BoA: Bersikap Lebih Berani dan Lebih Gila saat Hadapi Musuh
-
4 Micellar Water Salicylic Acid untuk Kulit Berjerawat, Harga Rp30 Ribuan!
-
Raih Topskor AFF Cup U-23, Jens Raven Dijamin Promosi ke Timnas Senior?