Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sherly Azizah
Ilustrasi mahasiswa (pexels/RDNE Stock project)

Prokrastinasi adalah musuh siluman yang bersemayam di setiap sudut kehidupan mahasiswa, menggoda dengan bisikan manis: “Nanti saja, masih ada waktu.” Tiba-tiba, tenggat tugas kuliah yang tadinya terasa jauh kini menjelma menjadi monster yang menggeram di depan mata. Dari scrolling media sosial hingga marathon serial favorit, godaan untuk menunda seolah tak pernah kehabisan akal. Namun, prokrastinasi bukanlah kutukan abadi. Dengan strategi yang tepat, mahasiswa bisa menggempur kebiasaan menunda ini, mengubah diri dari penutup deadline menjadi penguasa waktu yang tangguh.

Pentingnya memahami akar prokrastinasi menjadi langkah awal untuk mengatasinya. Dalam artikel Fostering Self-Regulation to Overcome Academic Procrastination Using Interactive Ambulatory Assessment oleh Loeffler, Stumpp, Grund, Limberger, dan Ebner-Priemer (2019), dijelaskan bahwa prokrastinasi sering dipicu oleh kurangnya pengaturan diri, terutama ketika mahasiswa merasa kewalahan oleh tugas yang kompleks atau kurang motivasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi sederhana, seperti mencatat kemajuan tugas secara rutin, dapat meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi kecenderungan menunda. Misalnya, sebuah esai 10 halaman tak lagi terasa seperti labirin jika dipecah menjadi langkah kecil—membuat kerangka hari ini, menulis satu paragraf besok—sebagaimana disarankan oleh Loeffler dkk.

Bayangkan prokrastinasi sebagai kabut tebal yang menyamarkan jalan. Strategi pertama untuk menerobosnya adalah membuat peta waktu yang jelas. Teknik seperti time-blocking—menyisihkan waktu khusus untuk tugas tertentu—bisa menjadi senjata ampuh. Misalnya, alih-alih berkata, “Aku akan ngerjain makalah nanti,” cobalah menetapkan, “Dari jam 10 sampai 11, aku tulis pendahuluan.” Aplikasi yang bisa digunakan sebagai catatan untuk menulis di ponsel bisa membantu. Tambahkan sedikit bumbu motivasi, janjikan hadiah kecil, seperti segelas es teh setelah menyelesaikan satu bagian tugas. Dengan cara ini, waktu tak lagi terasa seperti musuh, melainkan kawan yang bisa diatur.

Namun, jangan remehkan kekuatan lingkungan dalam melawan prokrastinasi. Meja belajar yang penuh distraksi—ponsel yang terus berbunyi atau camilan yang menggoda—adalah sarang bagi si penunda. Cobalah menciptakan “zona bebas gangguan”: matikan notifikasi, gunakan aplikasi seperti Forest untuk fokus, atau pindah ke perpustakaan yang suasananya memaksa otak bekerja. Seorang teman pernah bercanda, “Perpustakaan itu seperti gym untuk otak—awalnya males masuk, tapi begitu di dalam, kerja jadi jalan.” Mengubah lingkungan tak hanya membantu fokus, tetapi juga mengirim sinyal ke otak bahwa ini saatnya serius, bukan saatnya mengecek TikTok untuk kesekian kali.

Motivasi intrinsik juga punya peran besar. Prokrastinasi sering muncul ketika tugas terasa tak bermakna. Tanyakan pada diri sendiri: “Apa gunanya tugas ini buatku?” Menulis laporan kuliah mungkin terasa membosankan, tapi jika dihubungkan dengan tujuan besar—misalnya, mengasah kemampuan analisis untuk jadi profesional yang handal—tugas itu jadi lebih bernilai. Jika motivasi masih sulit ditemukan, coba teknik “5 menit saja”: komitmen untuk mengerjakan tugas hanya selama lima menit. Sering kali, begitu memulai, otak akan terpancing untuk melanjutkan. Seperti kata pepatah, “Langkah pertama adalah setengah dari perjalanan.”

Banyak mahasiswa menunda karena takut hasilnya tak sempurna. “Nanti kalau mood-nya pas, aku mulai,” begitu alasan klasik yang ternyata cuma ilusi. Padahal, seperti disindir oleh seorang dosen, “Tugas yang jelek tapi selesai jauh lebih baik daripada tugas sempurna yang cuma ada di kepala.” Mulailah dengan draft kasar, biarkan ide mengalir tanpa dihakimi. Proses revisi akan memperbaiki kekurangan. Ingat, done is better than perfect—selesai adalah kemenangan kecil yang membawa mahasiswa lebih dekat ke garis akhir.

Mengatasi prokrastinasi adalah tentang membangun kebiasaan kecil yang konsisten. Tak perlu menjadi superhero yang menyelesaikan semua tugas dalam semalam. Cukup mulai dengan satu langkah: buat daftar tugas, pilih satu yang paling mudah, dan kerjakan sekarang juga. Prokrastinasi mungkin tak akan hilang sepenuhnya—ia seperti tamu tak diundang yang sesekali muncul—tapi dengan strategi yang tepat, mahasiswa bisa belajar mengusirnya dengan sopan. Jadi, tarik napas, matikan ponsel, dan tunjukkan pada dunia bahwa kamu adalah penguasa waktumu sendiri. Tenggat tugas? Hanya kerikil di jalan menuju kesuksesanmu!

Sherly Azizah