Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ruslan Abdul Munir
Ilustrasi sedang mengalami reading slump (Pexels/Cottonbro Studio)

Ada masa ketika rak buku terlihat membosankan. Bahkan mungkin buku yang dulunya sangat dinanti kini hanya tergeletak, tak tersentuh sama sekali.

Pikiran ke mana-mana, halaman pertama tak juga terlewati, dan setiap kalimat sangat terasa jauh. Inilah yang sering disebut dengan istilah reading slump, saat kita kehilangan semangat membaca, dan tak tahu harus mulai dari mana lagi.

Reading slump bukan kondisi langka yang terjadi pada setiap pembaca. Hampir setiap pembaca, baik yang baru mulai ataupun yang sudah bertahun-tahun mencintai buku, pernah mengalami hal tersebut.

Penyebabnya bisa beragam seperti kelelahan mental, kesibukan harian, stres pekerjaan, distraksi digital, atau bahkan efek dari membaca buku yang berat secara emosional.

Selain karena kelelahan mental atau kesibukan, reading slump juga sering kali disebabkan oleh kejenuhan terhadap genre bacaan yang sama secara terus-menerus.

Misalnya, seseorang yang terbiasa membaca novel romansa mungkin mulai merasa bosan karena pola ceritanya terasa serupa. Atau pembaca buku pengembangan diri merasa lelah dengan repetisi pesan yang sama.

Dalam kasus seperti ini, mencoba genre baru bisa menjadi cara untuk keluar dari zona reading slump. Misalnya beralih ke fiksi sejarah, puisi, atau bahkan komik bisa membuka pengalaman baru dan membangkitkan kembali semangat membaca yang sempat meredup.

Kadang, kita sendiri tak tahu kenapa semangat membaca tiba-tiba redup. Meskipun sebelumnya kita telah membuat jadwal baca harian bahkan target bulanan sekalipun. Sebetulnya kita hanya butuh perspektif segar untuk kembali mencintai membaca.

Namun yang perlu disadari adalah ketika kita mengalami reading slump secara tiba-tiba bukan berarti kita kehilangan identitas sebagai pembaca.

Justru, itu adalah bagian dari dinamika hubungan jangka panjang kita dengan buku. Sama seperti hubungan apa pun, ada kalanya rasa jenuh itu hadir. Dan itu adalah hal yang wajar bagi setiap pembaca buku.

Salah satu cara sederhana dan efektif untuk keluar dari reading slump adalah dengan beralih ke bacaan yang ringan dan menyenangkan.

Kita tak harus langsung membaca buku filsafat yang tebal atau novel sejarah yang kompleks. Cukup pilih buku yang membuat kita merasa nyaman seperti bisa novel romansa dengan alur yang cepat, cerpen yang menyentuh, atau puisi yang mudah dicerna.

Buku ringan punya kekuatan untuk mengisi kembali ruang kosong di dalam kepala yang terlalu penat. Membaca ulang buku favorit juga bisa menjadi terapi yang ampuh. Mengenang cerita yang dulu membuat kita jatuh cinta bisa memunculkan kembali koneksi emosional dengan aktivitas membaca.

Selain itu, kamu juga bisa mencoba mengubah suasana dan rutinitas membaca. Ganti tempat baca, coba waktu baca yang berbeda, atau temani diri sendiri dengan musik instrumental. Bahkan bergabung dalam komunitas baca dan berdiskusi soal buku (meski belum selesai dibaca) bisa memicu semangat yang sempat redup.

Hal yang terpenting ketika sedang mengalami reading slump adalah jangan paksa diri sendiri. Reading slump bukan musuh yang harus dilawan habis-habisan, tapi sinyal yang menandakan bahwa kita perlu rehat sejenak. Tak perlu merasa gagal hanya karena tidak membaca selama beberapa minggu atau bulan.

Membaca seharusnya menjadi ruang yang nyaman bagi semua orang, bukan target untuk dipenuhi secara membabi buta. Jadi, jika kamu sedang berada dalam fase reading slump, ambil napas, beri waktu. Buku-buku itu akan tetap ada di sana. Dan semangat membaca akan kembali, pelan-pelan.

Ruslan Abdul Munir