Tren foto polaroid bareng idola atau artis lewat Gemini AI lagi ramai banget di TikTok dan Instagram. Netizen berlomba-lomba pamer potret estetik bareng bias idol atau artis favorit mereka seolah-olah momen itu nyata. Hasilnya memang bikin melongo karena terlihat realistis, rapi, dan bahkan susah dibedakan mana editan dan mana yang beneran.
Sekilas, tren ini memang terlihat fun dan kreatif. Orang bisa bikin kenangan maya bareng idola tanpa perlu keluar uang atau antre fan meeting. Frame polaroid yang identik dengan nostalgia pun menambah kesan hangat.
Namun di balik keseruan aktivitas itu, muncul satu pertanyaan yang bikin mikir banget: Kalau wajah idol sudah bebas pasang di frame digital, apakah kegiatan ini pure kreativitas netizen atau sudah masuk ke ranah objektifikasi? Idola yang aslinya manusia dengan batasan, dengan bebas jadi “bahan” manipulasi visual tanpa izin, dan beberapa tidak terkontrol.
Fenomena ini bukan sekadar soal bercanda. Dalam penelitian berjudul “Eroticizing Men: Cultural Influence on Advertising and Male Objectification”, dijelaskan bahwa objektifikasi muncul ketika seseorang diperlakukan hanya sebagai tubuh atau penampilan fisik, bukan sebagai individu yang utuh.
Di TikTok, misalnya, ada pengguna yang mengunggah polaroid AI dengan idol cowok yang tampak seperti merangkul atau mencium. Konten ini menuai tawa, tapi sekaligus kritik karena dianggap merendahkan.
Isunya mirip sama deepfake: foto asli diubah jadi fantasi personal orang lain. Bedanya, tren polaroid ini terkesan lebih ringan, lebih lucu. Padahal esensinya sama karena idol dijadikan objek yang bisa dipindah-pindah, diatur pose dan ekspresinya, seakan mereka nggak punya hak untuk bilang “iya” atau “tidak.”
Siapa Saja Bisa Jadi Korban
Hal yang menarik, kebanyakan idola yang dipakai adalah laki-laki. Ini bikin isu gender ikut kebawa. Objektifikasi yang sering dikaitkan dengan perempuan, di tren kali ini kebanyakan idol laki-laki yang menjadi sasaran.
Di sisi lain, ada juga fans yang bilang tren ini harmless, cuma buat seru-seruan aja dan hanya untuk konten. Tapi tetap saja, rasa “kedekatan” yang dibangun AI ini bisa bikin batas antara realita dan fantasi makin tipis.
Kalau publik terbiasa melihat idol laki-laki ditampilkan dalam situasi yang menyerempet pelecehan dan menganggapnya lucu, itu bisa menormalisasi perilaku yang seharusnya tidak wajar. Apalagi, masih ada anggapan keliru bahwa cowok tidak bisa dilecehkan, sehingga isu ini sering tidak dianggap serius.
Sejatinya siapa pun bisa menjadi korban objektifikasi tanpa melihat latar belakangnya, tingkat pendidikannya, berapa usianya, apapun gendernya. Objektifikasi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.
Teknologi: Kreatif tapi Berisiko
Selain itu, tren ini juga menyoroti sisi gelap dari kemajuan teknologi. AI seperti Gemini yang awalnya dirancang untuk memudahkan pekerjaan manusia, mengasah kreativitas, ternyata bisa dipakai untuk hal-hal yang berpotensi merugikan diri sendiri maupun orang lain. Risikonya makin besar, termasuk penyebaran konten palsu atau manipulasi citra publik figur.
Ujung-ujungnya, tren ini bikin kita bertanya lagi: sampai di mana kreativitas digital bisa berjalan tanpa melanggar privasi dan martabat orang lain? Apakah polaroid AI cuma sekadar gaya baru di media sosial, atau pengingat halus bahwa objektifikasi bisa bertransformasi lewat teknologi: lebih estetik tapi tetap problematis?
Dunia digital selalu menawarkan cara baru buat merasa dekat dengan idola. Hanya saja, kedekatan yang sehat harusnya tetap menyisakan ruang hormat bukan sekadar menjadikan mereka properti visual.
Kreativitas itu penting, tapi jangan sampai melupakan batasan dan martabat orang lain.
Baca Juga
-
Pipi Balon: Tren Selfie Receh Gen Z yang Mengubah Cara Kita Berkomunikasi
-
Mendung Itu Lebih dari Cuaca: Terlena Sementara dan Menemukan Tenang
-
From TikTok To Kick Off: Futsal Jadi Content Playground
-
Bukan Sekadar Coretan, Inilah Alasan Poster Demo Gen Z Begitu Estetik dan Berpengaruh
-
Playlist Jadi Vitamin Mental: Musik Sebagai Mood Booster Anak Muda
Artikel Terkait
-
Prompt Siap Pakai untuk Edit Foto Ala Studio Profesional Pakai Gemini AI, Bisa Buat Profil CV
-
Bosen Sama Foto Biasa? Ini 10 Prompt Simpel Buat Bikin Foto Polaroid Estetik Pakai Gemini AI!
-
Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
-
10 Prompt Foto Polaroid Gemini AI untuk Hasil yang Estetik dan Vintage
-
Cara Buat Poster ala Pembalap F1 dan MotoGP di Gemini AI yang Lagi Viral, Ini Prompt-nya
Kolom
-
Batas Sehat Ketergantungan dalam Budaya Kolektivisme Masyarakat Indonesia
-
Bencana yang Berulang, Apakah Kita Benar-Benar Siap Menghadapi Hujan Deras?
-
Pipi Balon: Tren Selfie Receh Gen Z yang Mengubah Cara Kita Berkomunikasi
-
Lagu Populer di TikTok: Mengapa Cepat Viral Tapi Mudah Tergantikan?
-
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu: Harapan Baru atau Sama Saja?
Terkini
-
Terjatuh dari Gedung, Aktor China Yu Menglong Tutup Usia di Umur 37 Tahun
-
Dari Flu hingga Leptospirosis: 8 Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai
-
Es Antartika Terus Menyusut, Ilmuwan Bongkar Faktor Tersembunyi
-
Minta Maaf Soal Ghosting Unpad, Zita Anjani Malah Ketahuan 'Dibantu' ChatGPT?
-
Harjo Sutanto, Pendiri Wings Group Wafat 102 Tahun dan Warisan Bisnisnya