Sobat Yoursay, pernahkah kamu berpikir kalau deru mesin motor bisa jadi musik penggerak ekonomi daerah? Di Mandalika, hal itu menjadi kenyataan.
Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 yang baru saja berakhir awal Oktober lalu seolah menjelma jadi festival besar di mana kecepatan, pariwisata, dan kebanggaan nasional berbaur jadi satu.
Tercatat 140.324 penonton memadati sirkuit Mandalika selama tiga hari penyelenggaraan, angka itu naik 15,73% dibanding tahun 2024. Jika dibandingkan dengan 2023, lonjakannya bahkan mencapai lebih dari 35%.
Artinya, antusiasme masyarakat terus tumbuh dari tahun ke tahun. Mandalika, yang dulu sering dipandang sebelah mata, kini jadi wajah baru pariwisata olahraga Indonesia.
Tapi, yang menarik bukan hanya jumlah penontonnya. Efek domino dari event ini terasa sampai ke warung, hotel, bahkan tukang parkir.
Data menunjukkan, okupansi hotel di Mandalika mencapai 100%. Di wilayah NTB secara umum, angka itu menembus 93%, dan di Mataram, sekitar 90%. Tak heran kalau kamar hotel seolah jadi barang langka sepanjang akhir pekan itu.
Bahkan, menurut catatan otoritas bandara, ada tambahan 44 penerbangan ekstra menuju Lombok untuk mengakomodasi lonjakan pengunjung.
Tak hanya itu, lebih dari 2.073 tenaga kerja lokal terserap di berbagai sektor, mulai dari petugas kebersihan, pengemudi shuttle, hingga penjual suvenir. Bagi masyarakat NTB yang masih berjuang memperluas peluang kerja, ini jelas bukan hal remeh
Namun, di balik gemerlapnya, ada satu pertanyaan yang seharusnya muncul di benak kita, Sobat Yoursay, apakah euforia ini akan terus berlanjut setelah bendera finish dikibarkan?
Kita tahu, Indonesia sering punya semangat tinggi saat ada event besar, tapi cepat redup setelahnya. Lihat saja nasib beberapa venue olahraga pasca Asian Games 2018 atau PON di berbagai provinsi, banyak yang kini berakhir jadi monumen sepi.
Padahal, Mandalika berpotensi menjadi simbol transformasi ekonomi daerah yang berkelanjutan, bukan hanya pesta tahunan. Jika Mandalika bisa menjaga konsistensi dalam menarik wisatawan bahkan di luar musim balapan, dampaknya bisa lebih besar daripada sekadar tiga hari event.
Sayangnya, keberlanjutan itu butuh strategi yang jelas. Tidak cukup dengan promosi dan infrastruktur megah. Diperlukan penguatan kapasitas lokal, mulai dari pelatihan pariwisata, manajemen UMKM, hingga literasi digital bagi warga sekitar.
Namun, Mandalika memang sudah melangkah ke arah yang lebih baik dibanding dua tahun lalu. Kritik soal infrastruktur, harga tiket, dan manajemen penonton tampaknya mulai direspons serius.
Tahun ini, penyelenggaraan terasa lebih tertib, fasilitas lebih siap, dan yang paling penting, semangat masyarakat lokal tampak lebih terlibat.
Bahkan, menurut beberapa laporan media, banyak penonton asing yang memuji keramahan warga Lombok dan kebersihan area sekitar sirkuit.
Hal yang mungkin dulu kita anggap remeh, kini justru jadi nilai jual yang tak ternilai. Bukankah citra bangsa sering dibangun dari hal-hal kecil seperti ini, Sobat Yoursay?
Kalau melihat semua ini, bisa dibilang Mandalika bukan lagi proyek ambisius, tapi mulai menjelma menjadi ekosistem hidup.
Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 telah menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang memukau dunia.
Jadi, Sobat Yoursay, saat deru mesin MotoGP kembali menggema tahun depan, semoga kita tak hanya melihatnya sebagai tontonan spektakuler.
Mari kita lihat juga siapa yang berada di baliknya, yaitu masyarakat lokal yang sedang menenun harapan, pemerintah yang ditantang menjaga keberlanjutan, dan kita semua sebagai penonton yang seharusnya tak sekadar bersorak, tapi juga ikut berpikir.
Sebab, balapan paling penting bukan di lintasan Mandalika, tapi di jalan panjang menuju pemerataan ekonomi dan kebanggaan nasional yang benar-benar bermakna.
Tag
Baca Juga
-
Melawan Serangan Personal: Menimbang Ide Kritik Pendidikan Anies Baswedan
-
Psikologi Publik: Mengapa Hacker Jadi Pahlawan di Mata Warganet?
-
Siapa Bjorka yang Asli? Ketika Panggung Siber Menjadi Panggung Sandiwara
-
Drama Anggaran MBG: Tarik Ulur Purbaya dan Luhut
-
Pendidikan atau Pangan? Debat Pengalihan Anggaran yang Kian Panas
Artikel Terkait
-
Listrik PLN Andal, Kunci Suksesnya Ajang MotoGP Mandalika 2025
-
Mandalika Menguji Nyali: Aksi Heroik Pembalap Muda Indonesia di Asia Talent Cup
-
MotoGP Indonesia: Fermin Aldeguer Jadi Pembalap Termuda Kedua Menangi Seri
-
Insiden di Sirkuit Mandalika, Marc Marquez Terbang ke Madrid untuk Penanganan Cedera
-
Detik-detik Kecelakaan Marc Marquez hingga Alami Patah Tulang Bahu
Kolom
-
Melawan Serangan Personal: Menimbang Ide Kritik Pendidikan Anies Baswedan
-
Psikologi Publik: Mengapa Hacker Jadi Pahlawan di Mata Warganet?
-
Siapa Bjorka yang Asli? Ketika Panggung Siber Menjadi Panggung Sandiwara
-
Drama Anggaran MBG: Tarik Ulur Purbaya dan Luhut
-
Pendidikan atau Pangan? Debat Pengalihan Anggaran yang Kian Panas
Terkini
-
Fans Semakin Yakin! Jisoo BLACKPINK Diduga Bakal Duet dengan Zayn Malik
-
Review Film One Battle After Another: Sebuah Cerminan Masyarakat Modern!
-
3 Brand Kebaya Kekinian Cocok untuk Wisuda, Modal Rp100 Ribuan Saja!
-
4 Night Cream dengan Niacinamide yang Bikin Wajah Glowing saat Bangun Tidur
-
Ferry Maryadi Akui El Putra Punya Sikap Gentle, Restu untuk Leya Princy?