Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | sari rachmah
Ilustrasi kemarahan (Pixabay)

Siapa sih  yang menyukai seseorang dengan sifat pemarah? Bos pemarah, suami pemarah, istri pemarah, kakak pemarah, tetangga pemarah dan dari semuanya itu hanya akan membuat orang-orang sekitar merasa terganggu dan terlebih memperburuk suasana.

Jika orang sekitar kita atau barangkali kita sendiri memiliki sifat pemarah yang seperti bom waktu siap meledak kapan saja, maka pertimbangkanlah barangkali terdapat faktor depresi dan gangguan kecemasan yang mengacaukan emosi.

Namun demikian, ada beberapa hal lainnya di luar itu yang menyebabkan individu secara tidak sadar bersifat pemarah. Penasaran kan apa saja itu? Yuk, cek, barangkali salah satunya ada dalam diri kita.

1. Individu dengan jenis kepribadian koleris memiliki bakat pemarah

pribadi koleris berbakat menjadi pemarah (pexels.com/AndreaPiacquadio)

Dalam ilmu psikologi, kepribadian manusia dibagi ke dalam 4 golongan, yaitu koleris, plegmatis, sanguin dan melankolis. Nah, individu yang terlahir sebagai manusia koleris salah satunya memiliki sifat bawaan pemarah. Pada dasarnya, manusia koleris akan marah ketika situasi tidak sesuai harapannya. 

Misalnya, individu koleris yang disiplin waktu akan tersulut emosinya ketika terlambat datang ke kantor atau sekolah. Karena manusia koleris sangat disiplin dalam masalah waktu dan ketika situasinya tidak memungkinkan dirinya datang tepat waktu, maka dalam situasi genting ini emosinya mudah meledak. 

Sifat pemarah dan tidak sabaran merupakan kekurangan individu yang terlahir dengan sifat koleris. Disinilah orangtua seharusnya berperan, memupuk sifat sabar dan pengendalian emosi kepada anaknya yang memiliki sifat koleris. Sehingga kelak anaknya dewasa menjadi manusia koleris dengan sifat penyabar dan tidak mudah tersulut emosi.

2. Sifat pemarah dapat disebabkan adanya kelainan pada struktur otak

ilustrasi kelainan struktur otak (pexels.com/AnnaShvets)

Dokter ahli saraf Dr Andreas Harry, SpS(K), dalam Kompas menyebutkan penderita Cognitive emotional behavioral disorder, memiliki kelainan struktur di otak. Ini menyebabkan penderita mudah terpancing amarah hingga tak terkendalikan bahkan oleh stimulus kecil sekalipun. Penderita akan mengalami penyempitan pembuluh darah  ketika tidak melampiaskan amarahnya sehingga menyebabkan sakit kepala. 

3. Orang dengan trauma masa lalu bisa menjadi individu pemarah ketika dewasa

ilustrasi trauma pada individu (pexels.com/Cottonbro)

Dalam istilah psikologi ada yang disebut inner child, yaitu pengalaman baik dan buruk yang dialami seseorang pada masa kecil dan membentuk kepribadiannya hingga dewasa. Dengan kata lain, baik buruknya kepribadian seseorang dibentuk oleh inner child yang positif dan negatif. 

Inner child negatif akan mempengaruhi karakter individu secara emosi, pengambilan keputusan, hubungan dengan pasangan, reaksi terhadap suatu masalah dan lain sebagainya. 

Sayangnya, sering juga semua pengalaman negatif itu berasal dari keluarga yang seharusnya melindungi anak dari  kalimat dan tindakan negatif. Perasaan terluka yang terus menerus terulang pada masa kecil ini kemudian akan mempengaruhi individu dewasa secara negatif terhadap keputusan dan hubungan sesama manusia dan pada tahap inilah sudah bisa dikatakan sebagai trauma. 

Dikutip dari Verywellmind , bahwa Kemarahan dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) sering terjadi bersamaan dan menjadi salah satu gejalanya. Kemarahan pada penderita PTSD dapat menjadi diluar kendali sehingga pribadi ini dapat sangat agresif terhadap orang lain. Namun, penderita PTSD juga dapat menyembunyikan kemarahannya agar tak terlihat orang lain dan justru menyebabkan perilaku merusak diri sendiri. 

4. Lingkungan yang pemarah akan memengaruhi anak hingga dia dewasa

ilustrasi anak dengan karakter pemarah (pexels.com/Mohamedadbelghaffar)

Ingat, pada prinsipnya anak akan meniru apa yang dilihatnya dan apa yang didengar dari lingkungan terdekat seperti keluarga. Pada dasarnya meniru adalah proses pembelajaran semua makhluk hidup. Begitupun anak meniru lingkungan sejak dia lahir. Meniru ekspresi wajah orang tuanya, meniru ketika orang tuanya tersenyum, menjulurkan lidah, tertawa dan berbicara, kata Rosdiana, psikolog anak dan keluarga dalam Parenting

Hal ini akan terus berlangsung seiring bertambahnya usia, hingga ia akan meniru ucapan, gerakan, tindakan dan emosi orang tuanya. Rosdiana juga menambahkan, bayi yang terlahir tuli akan secara otomatis menjadi bisu bukan karena ada masalah dengan pita suara tapi karena ia tidak dapat mendengar suara dan menirukannya. 

Jadi sudah paham kan, mengapa sifat pemarah pada orang tua akan ditiru oleh anak dan jika tidak segera diubah akan berkelanjutan hingga anak itu menjadi orangtua saat dewasa. Lalu kembali ditiru oleh keturunannya dan menjadi lingkaran setan yang turun temurun antara generasi. 

5. Urutan kelahiran memengaruhi karakter anak hingga menjadi pemarah

adik kakak (pexels.com/OliaDanilevich)

Benar, urutan kelahiran sedikit atau banyaknya akan mempengaruhi karakter individu, sebab anak pertama, anak kedua, anak ketiga dan seterusnya akan mendapat perlakuan berbeda dari lingkungan sekitar terutama orang tua. 

Anak pertama biasanya akan diberi tanggung jawab oleh orang tua untuk menjadi model bagi adik-adiknya dan hal ini akan berimbas pada pembentukan kepribadian anak pertama lebih dewasa, mandiri, perfeksionis, pekerja keras sekaligus mudah stress. 

Semua beban yang tertumpu pada anak pertama secara berlebihan akan membuat anak pertama mudah stress. Ia harus menjalankan peran sebagai kakak yang baik, mencapai target-target orang tua sekaligus harus berbagi kasih sayang orang tua dengan adik-adiknya yang lebih dimanjakan dan sedikit beban tanggungjawab. Ini akan membuat anak pertama mendapat tekanan psikologi seperti mudah cemas hingga mudah merasa stress. 

Tekanan psikologi anak pertama akan bertambah parah saat orangtua tidak memahami perasaannya dan tumbuhlah ia menjadi pribadi yang pemarah dan sensitif. Emosinya menjadi mudah terpancing menjadi amarah sekalipun untuk hal-hal sederhana yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara berbicara baik-baik tanpa kemarahan. 

Kemarahan memang umumnya bersumber dari rasa terlalu cemas dan depresi, tetapi tidak selamanya seperti itu. Sebab sifat pemarah juga didapatkan sejak lahir untuk individu dengan jenis kepribadian koleris. Tugas orang tua mengenali ini sejak dini dan memperbaikinya hingga anak koleris ini dapat menjadi pribadi yang mampu menahan emosi dan tidak mudah marah.

Di sisi lain, sifat pemarah juga didapatkan karena bawaan penyakit tertentu dan ini tentu tak dapat dihindari kecuali melalui pengobatan medis. Juga, sifat pemarah didapatkan karena faktor didikan keluarga dan lingkungan sekitar.  Namun, apapun itu bersikap tenang dan tidak terlalu reaktif akan lebih baik sehingga tidak membuat suasana memanas dan pastinya dapat menjaga silaturahmi tetap terpelihara dengan baik. 

Itulah lima kondisi khusus yang membuat seseorang menjadi pribadi pemarah. Apakah kamu pernah merasakan salah satunya?

sari rachmah