Ternyata pengucilan tidak hanya terjadi dalam pergaulan dalam kehidupan sehari-hari saja, namun juga terjadi dalam lingkungan pekerjaan. Pengucilan dalam lingkungan kerja ini dikenal dengan istilah workplace ostracism yaitu pengalaman seseorang yang diabaikan atau diasingkan oleh rekan di lingkungan kerjanya.
Pernyataan ini diperkuat oleh Ferris, Brown, Berry, dan Lian (2008) yang menyatakan bahwa workplace ostracism adalah sebuah keadaan yang dialami seseorang yaitu dikucilkan atau tidak dianggap oleh orang lain dalam lingkungan kerja.
Kondisi pengucilan ini tentu saja akan berdampak terhadap psikologis seseorang dalam menjalankan aktivitasnya di lingkungan kerja. Perilaku yang kerap kali ditampilkan yaitu pengabaian, dihindari, atau dikecualikan secara sengaja dari individu maupun kelompok di tempat kerjanya.
Beberapa ciri dari workplace ostracism diantaranya adanya ketidakpedulian atas keberadaannya, mengalami isolasi sosial, pesan atau komunikasi dari individu tersebut diabaikan hingga menghindar untuk berkolaborasi dengan orang yang diabaikan tersebut. Kondisi ini secara sengaja dilakukan oleh individu maupun kelompok kerja dengan motif yang beragam.
Einarsen dkk (2002) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi perilaku workplace ostracism, yaitu:
1. Kurangnya kompetensi sosial
Kebanyakan perilaku workplace ostracism memiliki kompetensi sosial yang kurang baik, pelaku tidak dapat menerima hadirnya karyawan baru karena takut apabila mengganggu posisi dalam bekerja atau bahkan ada ketakutan jika karyawan baru lebih unggul dibandingkan dengan karyawan yang telah lama bekerja.
2. Faktor kepribadian
Pelaku barangkali memiliki kepribadian yang sulit menerima kehadiran orang lain atau bahkan memiliki gangguan kepribadian diantaranya psikopat, otoriter, impulsif. Individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi pada umumnya bersifat agresif.
3. Faktor budaya organisasi
Tempat bekerja pelaku dan korban memandang bahwa perilaku workplace ostracism adalah perilaku yang wajar dan biasa dilakukan sehingga tidak melanggar moral, atau bahkan pelaku dulunya pernah menjadi korban perilaku workplace ostracism. Oleh sebab itu, perilaku ini terus menjamur di lingkungan kerjanya.
Adanya workplace ostracism ini tentu saja membawa dampak negatif dalam iklim organisasi dan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan psikologis serta kinerja korban atau individu yang mengalami pengucilan tersebut.
Tidak menutup kemungkinan juga, individu yang menjadi korban akan mendapatkan tekanan sehingga dapat memunculkan stres, penurunan motivasi kerja, menurunnya produktivitas kerja, serta masalah kesehatan mental.
Perlu komitmen dari pimpinan maupun karyawan ditempat kerja untuk dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung bagi semua sehingga karyawan dapat bekerja secara aman dan nyaman.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Go Internasional, Dosen FKIK UNJA Gelar Pengabdian di PPWNI Malaysia
-
Ruang Publik yang Terkolonisasi: Literasi, Media, dan Pertarungan Wacana
-
Kesadaran Diri, Antara Jalan Menuju Kebebasan atau Jerat Overthinking
-
Komunikasi Massa: Antara Kuasa Informasi dan Manipulasi Realitas
-
Aroma Cempaka: Kesederhanaan yang Menyimpan Kemewahan Rasa
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Gak Perlu Panik! Ini Cara Mudah Nabung Buat Pernikahan Meski Gaji Pas-pasan
-
Low Budget, High Style: Rahasia Fashion Hemat ala Anak Muda Kekinian
-
4 Tinted Lip Balm Harga Pelajar Rp30 Ribuan, Bikin Bibir Sehat Bebas Pucat!
-
5 Produk Sunscreen Alcohol Free Low Budget Buat Kulit Sensitif, Wajib Coba!
-
4 Cleansing Oil Centella Asiatica Kaya Anti-Inflamasi untuk Cegah Iritasi!
Terkini
-
Nasib Tragis Luffy di Elbaf: Spekulasi Panas Kalangan Penggemar One Piece
-
Bumi Watu Obong Jadi Wajah Budaya Gunungkidul di Malam Puncak Mataf Unisa
-
Divonis 9 Tahun, Vadel Badjideh Tetap Ngeyel dan Tolak Mengaku Bersalah
-
Ramalan Kiamat di Uganda: Ratusan Warga Tinggalkan Rumah dan Masuk Hutan
-
Dipanggil Sabin, Bintang Emon dan Istri Rayakan Kelahiran Anak Pertama