Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | thiara chairun nisa
ilustrasi sedekah (Unsplash/Bayu Prayuda)

"Uang dari mana bantu bangun masjid? Buat makan besok aja masih gak jelas."

Amal jariyah seolah diperuntukkan bagi orang yang berkecukupan aja. Yang paling umum dan paling sering tersiarkan hanya seputar membangun masjid, majelis taklim, hingga panti yatim. Walhasil, hal ini yang jadi penyebab umum orang-orang gak terlalu acuh untuk beramal jariyah.

Apa yang terlihat seperti menancapkan sebuah prasangka dan menjadi prinsip kalau beramal jariyah itu harus menunggu kaya dulu. Padahal, terlalu egois dan gak adil kalau kamu membatasi pengertiannya hanya sebatas itu.

Di KBBI sendiri, amal jariyah memiliki pengertian yang cukup umum, "perbuatan baik untuk kepentingan masyarakat (umum) ...". Betul, perbuatan baik, bukan pemberian duit, hehe. Jadi, masih aja nih mikir kalau beramal jariyah itu perlu uang? Terus, gimana caranya kalau melulu tentang uang? Sini aku share sedikit yang aku tau.

Pertama, kita harus atur dulu pola pikir baru kalau berbuat baik itu gak terikat dengan uang. Kamu tinggal cari celah, di mana kira-kira perbuatan kamu bisa berdampak untuk masyarakat umum. Yang aku temukan, justru banyak hal yang terkesan sepele tapi ternyata berpeluang jadi amal jariyah, loh. Gak percaya?

Berbagi ilmu gak mesti punya gelar dulu

Mengaitkan antara amal jariyah dengan ilmu mungkin yang langsung terbesit adalah mengajarkan Al-Qur'an. Sedangkan ilmu Al-Qur'an begitu luas; hukum bacaan, makhorijul huruf, atau bahkan tafsir.

"Bacaan sendiri aja masih ngawur, gimana mau ngajarin orang lain?"

Kamu melupakan hal yang paling dasar dari Al-Qur'an, yakni huruf hijaiyah. Kenapa gak coba share dari yang paling dasar dulu? Dimulai dari adik sendiri, keponakan, anak tetangga, mungkin? Satu huruf aja bernilai 10 kali lipat kebaikan. Bayangin berapa banyak pahala yang Allah kasih; di setiap orang yang kamu ajarkan mengamalkan satu huruf tadi.

Dan lagi, ilmu gak sebatas pengetahuan, bisa juga berupa pengalaman yang mencakup nilai kesabaran, tawakal, amanah, ikhtiar, atau muamalah yang baik. Gak perlu takut dicap so pintar, cukup Allah yang tau niat baik kamu. Siapa tau? Nasihat-nasihat kecil itu memberi perubahan besar pada cara pandang seseorang tentang dunia yang fana ini.

Jangan cuma marbot yang menjaga kebersihan masjid

Pernahkah gak sih, gak jadi shalat cuma karena kondisi mushola yang kurang bersih? Yang bikin gak habis pikir, tanpa sadar kita menghina rumah Allah. Padahal, udah jelas yang salah adalah manusianya, bukan musholanya.

Ya namanya juga fasilitas umum, ada yang aware dengan kebersihan, ada yang sebaliknya. Nah, gak mesti ditanya kan, kita harusnya di posisi yang mana? Daripada menghindari musholanya, apalagi sampai melarang orang lain berkunjung ke sana; akan lebih baik kalau kamu menciptakan kebersihan itu sendiri.

Gak perlu menyalahkan marbot masjid, kita gak pernah tau udah seberapa kali beliau membersihkan mushola tapi tetap disalahkan lagi. Menjaga kebersihan masjid adalah tanggung jawab setiap orang.

Bayangin kalau kamu ikut andil menjaga kebersihan masjid, yang cuma sekedar menyapu, menyiram kamar mandinya, atau melipat mukena yang menumpuk tak keruan; berapa banyak muslimin yang akhirnya nyaman dan ketagihan berkunjung demi menunaikan ibadah shalat di sana?

Allah selalu mempermudah umatnya untuk berbuat baik. Di mana pun tempat dan waktunya selalu ada celah. Dari hal besar hingga perbuatan yang remeh tapi bernilai luar biasa di hadapan Allah. Perlu diyakini, semakin sering kamu melibatkan Allah setiap saat, semakin banyak pula celah kebaikan yang terlihat. In syaa Allah.

thiara chairun nisa