Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | thiara chairun nisa
ilustrasi sepasang sepatu pengantin. (Unsplash/Marc A. Sporys)

Menginjak usia 20-an, ada banyak kekhawatiran yang muncul akibat banyaknya tuntutan. Dari perekonomian hingga kesejahteraan hidup. Di antara rasa cemas itu, menikah juga jadi salah satu penyebabnya.

Bagi laki-laki, menikah adalah tahap yang masih bisa ditunda hingga usia 30-an. Berbeda dengan perempuan yang umumnya merasa harus berumah tangga di bawah usia 30. Namun, sebelum kamu terjerumus lebih lanjut dengan pikiran tersebut. Coba cerna beberapa hal ini.

BACA JUGA: Persiapan Pernikahan Itu Bukan Tenda, MUA, dan Gaun Pengantinnya, Tapi Persiapkan Hal Ini

1. Awal di balik pernikahan

Jangan hanya melihat senyuman orang-orang yang berdiri di atas pelaminan. Menikah bukan hanya tidur dan bangun dengan keberadaan seseorang yang dicintai. Jauh dari itu, ada banyak tuntutan kasat mata yang menanti.

Ada tumpukan urusan rumah tangga yang harus diselesaikan; tuntutan beradaptasi dengan orang-orang baru yang mendadak jadi keluarga, kebutuhan ekonomi yang terkadang tidak stabil, sampai keinginan yang harus ditunda karena prioritas rumah tangga. Siapkah kita menerima itu?

2. Ada yang harus dituntaskan

Akan ada masalah baru yang hanya muncul ketika kita sudah menikah, seperti tabungan bersama, orang tua pasangan, biaya persalinan dan keperluan anak, hingga perencanaan yang terkadang mengundang perbedaan pendapat.

Kalau kamu membawa banyak konflik di masa lalu yang belum selesai, menikah jelas bukan hal yang tepat. Bukannya selesai, menikah justru membuat masalah itu semakin menumpuk. Bukannya ringan, pikiran malah bercabang; antara memprioritaskan rumah tangga atau masalah pribadi.

3. Cita-cita yang terkubur

Impian ketika sudah menikah jelas berbeda ketika masih sendirian. Akan jadi masalah saat kamu merasa pernikahan merenggut impian yang sebelumnya tak sempat terwujud. Akibatnya, kamu melampiaskan itu ke orang terdekat seperti pasangan atau bahkan anak.

Jika dibiarkan, keinginan dan cita-cita kecil kamu yang menumpuk suatu hari bisa jadi boomerang ketika tak tertahankan. Dari sini, penting untuk memilih pasangan yang tak hanya mampu mengelola rumah tangga, tapi juga perasaan dan cita-cita pasangan. Sebelum menikah, mari wujudkan mimpi mana yang ingin kamu lakukan!

4. Dua kepala terkadang jauh lebih sulit

Sama seperti kamu yang ingin dimengerti, begitu pula dengan pasangan. Terkadang, ada beberapa masalah yang sulit dipecahkan karena ego masing-masing, terutama jika menyangkut hak dan kewajiban.

Seperti kasus baru-baru ini, misalnya, seorang laki-laki selain harus bertanggung jawab sebagai suami bagi pasangan, juga harus berbakti sebagai anak dari sang ibu. Di sisi lain, seorang perempuan juga ingin tetap berbakti meski sudah memilki seorang suami.

BACA JUGA: Buktikan Bukan Golongan IQ Rendah, Begini Cara Menangkal Berita Hoaks di Media Sosial

5. Menikah sama saja dengan hidup sendiri

Setelah melewati berbagai macam perbedaan dan permasalahan, pada akhirnya menikah tak jauh berbeda dengan hidup sendiri. Sebab menikah hanya perpindahan fase dari sendiri menjadi hidup berdua; dari satu masalah menjadi dua masalah; dari satu sudut pandang menjadi sudut pandang lain; dari kebahagiaan yang satu menjadi bentuk kebahagiaan yang berbeda.

Jadi, tak perlu khawatir soal pernikahan. Kalau sendiri saja masih kewalahan, lebih baik perbaiki diri seperti menghilangkan kebiasaan buruk, pengelolaan ego yang baik, hingga mewujudkan kebahagiaan dengan belajar mensyukuri segala keadaan.

Sekarang, apa keinginan menikah itu sudah mulai terkendali? Tenang aja, kalau kamu sudah siap, menikah adalah fase yang mudah. Jadi, gak perlu buru-buru. Mari bersyukur!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

thiara chairun nisa